zondag 20 november 2011

Rumah "lama"ku bisa dibuka lagi...



Dear all,

Iseng-iseng, aku coba sign in ke rumah "lama" ku....dan...

Sebenarnya dulu, sebelum membuat rumah "baru" yang ini, alias mulai nge-blog, aku sempat beberapa kali mencoba masuk ke rumah yang lama. Tapi selalu gagal. Sampai banyak momen yang terlewat kuceritakan, banyak kejadian yang terlewat untuk kuabadikan dalam goresan pena, dan puncaknya mulai banyak teman dan saudara yang menanyakan kabar beritaku. "Koq multiply-nya ga pernah di-up date?" keluh mereka. Sebetulnya sih bukan karena tidak ada waktu untuk banyak menulis, sebagai salah satu caraku untuk berbagi...berbagi ilmu, pengalaman, hikmah, sampai resep masakan...hehe. Akan tetapi, lebih karena alasan nggak bisa masuk rumah...hehe. Entah mengapa beberapa kali aku coba sign in, dengan ID dan password yang masih kuingat dengan jelas, tidak bisa juga. Ya sudahlah...

Tak lama berselang, aku mulai gabung si-muka buku. eh muka buku atau buku muka ya? terserah deh...hehe. pokoknya itu tuh, yang dibikin sama bung Mark Zuckerberg. Subhanalloh walhamdulillah...aku bisa menyambung silaturrahim dengan saudara, teman atau bahkan orang-orang terkenal, seperti para ustadz dan ustadzah yang kunantikan tausyiahnya, juga para penulis terkenal yang sering berbagi tips. Aku pun bisa saling bertukar kabar dan belakangan aku bisa mengikuti beberapa event menulis yang infonya kudapat dari sini. Hmm...tapi, lama-kelamaan aku merasa skill menulisku belum banyak terlatih. Seringnya aku hanya menuliskan status-status singkat. Hanya beberapa kali aku menulis panjang di note-nya. Entah mengapa aku kurang tertarik menulis di sini. Singkat cerita, akhirnya kuputuskan mulai membangun rumah baru ini. Sekali lagi dengan niatan semakin mengasah skill menulis dan berbagi.

Iseng-iseng, aku coba sign in ke rumah "lama" ku....dan ternyata bisa! Alhamdulillah...

Wah, sekarang aku punya dua rumah...hehe. Punya satu rumah saja, agak repot merawatnya, apalagi dua ^_*. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kuputuskan aku akan terus tinggal di rumah baruku ini. Semoga dari tulisan yang kubuat, berdasarkan ilmu yang kudapat dan pengalaman yang kualami serta segenap hasil olah mata-telinga-rasa-jiwa, ada sesuatu yang bisa diambil hikmahnya. Amien
Dan buat  teman-teman yang sedang asyik menulis, melalui blog, multiply, twitter, FB, buku atau media apapun, semoga semakin semangat menuliskan hal-hal yang bermanfaat...
Keep writing...semoga istiqomah...

zaterdag 19 november 2011

Apa hikmah enam tahun pernikahan kita, Mas?

 "Apa hikmah enam tahun pernikahan kita, Mas? tanyaku ingin tahu pada mas Achmad, yang tak lain adalah suamiku tercinta, di perjalanan pulang menuju rumah dari dinner date semalam.
...

Dear all,
Hari ini...tepat 6 tahun yang lalu, rumahku ramai, tidak seperti biasanya. Hampir seluruh keluargaku sibuk, begitu pun dengan tetangga kanan-kiriku. Bahkan kesibukan sudah mulai tampak beberapa hari sebelumnya. Meski repot, tetapi semuanya bahagia. Keceriaan tampak di wajah-wajah mereka. Bunga-bunga yang dirangkai dengan indah ditata di setiap sudut rumah. Kursi-kursi ditata rapi dan tenda yang cukup besar pun sudah berdiri tegak di halaman rumah (bahkan) sampai di jalan depan rumah. Beraneka makanan dan minuman telah disiapkan untuk suguhan bagi para tamu undangan. Tidak berlebihan sepertinya, karena akan banyak orang yang berdatangan. Tetapi, semua itu tetap dalam kesederhanaan. Ada apa gerangan? Ternyata ada hajatan di rumahku. Abah dan ummi melakukan tasyakuran atas pernikahan putri bungsunya, yaitu aku.


Almarhum Abah dan suamiku
- dua laki-laki yang sangat kucintai dan kuhormati -

Alhamdulillah, enam tahun sudah kami menjalani bahtera rumah tangga ini. Mungkin usia yang masih belum lama, meski tidak juga bisa dikatakan sebentar, karena kami masih terus belajar...belajar dengan rumah tangga teladan ala Rasulullah SAW. Dan rasanya, perjalanan ini juga masih panjang...dan masih banyak yang harus kami pelajari, pahami dan perbaiki... Tapi insya Allah, kami akan terus berusaha.

Banyak hikmah dan pelajaran yang kami dapat. Di antaranya adalah hikmah KEBERSAMAAN. Hikmah ini sangatlah kami rasakan. Mengapa?

Awal kebersamaan, rahasia Tuhan

Pada awalnya, kami adalah dua insan yang tidak saling mengenal. Sampai suatu ketika, biidznillah, ada teman kami yang mengenalkan. Singkat cerita, akhirnya kami ber-ta'aruf. Sebuah istilah yang cukup nge-trend beberapa tahun yang lalu, saat lahir sebuah novel karya Kang Abik yang cukup fenomenal, yaitu "Ayat-Ayat Cinta". Ada juga teman yang bilang proses pernikahan kita ala Fahri dan Aisha, tokoh yang ada di novel itu.Hmm...sebenarnya aku ga terima dibilang begitu. Karena mungkin kisahku akan lebih indah dibanding novel itu, hanya saja aku yang tak sepandai kang Abik dalam merangkai cerita...hehe, just kidding loh! tetapi yang pasti, kelebihannya adalah kisahku adalah sebuah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun sebelum novel ini terbit (teuteup yach...hehe. maksa.com). Tetapi, pada intinya...tahap pernikahan dengan cara seperti ini adalah sangat mungkin terjadi (soalnya banyak yang menganggap metode ini ngga mungkin...) dan lebih seru...pacaran setelah menikah:-).

Proses ta'aruf yang tidak lama ini (mulai dari ta'aruf, perkenalan keluarga hingga hari -H- memakan waktu skitar 2 bln...ingin tahu cerita serunya? tunggu saja ya...:D), alhamdulillah berujung pada pernikahan ini, membuatku merasa semakin tak berarti di hadapan Allah yang Maha Besar. Apalagi kalau dipikir-pikir, waktu itu saya adalah seorang mahasiswi baru (meski sebelumnya aku sudah bergelar Ahli Madya / A.Md dan sempat bekerja sebagai junior auditor). Baru duduk di semester satu lagi. hari-hari kuliah akan dipenuhi dengan berbagai tugas, belum lagi KKN dan PPL yang masih harus kutempuh di semester-semester berikutnya. Suatu hal yang tak pernah terpikir oleh kami sebelumnya, terjadi begitu saja (tentu akhirnya, keputusan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab loh...), tentu atas kehendak-Nya. Sejak awal "kebersamaan" kami, aku merasa bahwa inilah anugerah dari Allah, yang mungkin juga jawaban atas pintaku pada-Nya:). Bahkan "kebersamaan" ini, dengan suka dukanya, ternyata tidak menjadi penghalang bagiku untuk kemudian bisa menyelesaikan studi selama (tepat) 2 tahun dan dengan hasil "cumlaude". Alhamdulillah. Tentu, tidak terlepas dari support, pengertian dan do'a yang cukup besar dari suami dan juga keluargaku.

LDR

Sebelum aku menyelesaikan tugas akhir, aku mendapat kabar gembira. Suamiku berkesempatan melanjutkan studi di Belgia dengan beasiswa. Alhamdulillah, sebuah kesyukuran yang tak terhingga. Namun di sisi lain, ada perasaan yang hampa. Di saat aku ingin memulai kehidupan rumah tangga yang normal, dimana aku bisa berperan sebagai istri yang (lebih) baik, seiring dengan selesainya tugasku sebagai seorang mahasiswi. Dalam kondisi itu, aku dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa aku harus "berjauhan" dengan suami. Karena tidak mungkin kami bisa pergi bersama-sama. Aku masih harus menuntaskan tugas akhir dan suami yang juga masih harus beradaptasi kondisi di Belgia (apakah aku memungkinkan ikut atau tidak?).Ya Allah... dalam sujudku pun aku berharap agar Allah memberi jalan keluar terbaik untuk kami. Suamiku berusaha meyakinkanku bahwa ia akan mencari informasi ttg kemungkinan aku menyusul ke sana. Sungguh...aku jadi agak terhibur dengan janjinya, apalagi aku memang mendukung rencana studi-nya ini. Demi mengejar ilmu dan pengalaman yang barokah...insya Allah. Akhirnya, di pertengahan Ramadhan th 2007, aku melepas keberangkatan suamiku untuk menuntut ilmu. Berattt... tapi, berusaha ikhlas. terasa berat, mungkin karena selama ini aku belum pernah terpisah dari orang-orang terdekatku. Sejak lahir hingga menikah aku menetap di Malang bersama keluarga. Berbeda dengan suamiku, setidaknya dia sudah lebih terlatih untuk "jauh", dengan pengalamannya merantau sejak kuliah. Otomatis sejak hari itu, kami menjalani yang namanya LDR (Long Distance Relationship). Hari-hari dipenuhi dengan suka duka. Kadang-kadang ada tawa, air mata, canda atau kesalah-pahaman. Alhamdulillah masih ada telpon dan internet yang cukup membantu kami dalam menjaga "kebersamaan" ini. Satu sarana lain yang luar biasa membantu terjaganya "kebersamaan" ini adalah Do'a. Kami yakin, do'a itu tidak terbatas dimensi ruang dan waktu, dan juga akan didengar oleh Allah yang Maha mendengar. Hal ini membuatku sering terhanyut dalam buaian do'a.

Family Reunion

Alhamdulillah setelah setahun lebih menjalani LDR, saya berkesempatan untuk menyusul suami ke Belgia. Cerita tentang awal perjalananku ke Belgia secara lengkapnya bisa dibaca di sini. Alhamdulillah, fabiayyi aala i robbikuma tukadz dzibaan...Sungguh dengan adanya pengalaman LDR, membuatku lebih menghargai "kebersamaan" ini. Apalagi banyak nikmat yang telah Ia berikan padaku, termasuk kesempatan untuk melihat kebesaran Allah di belahan bumi yang lain. Kesempatan untuk hidup di negara yang berbeda jauh budaya dan karakter orang-orangnya. Kesempatan untuk bergaul dengan berbagai macam orang dengan berbagai karakter dan latar belakang. Kesempatan untuk menikmati hal-hal yang belum pernah kubayangkan, tinggal di luar negeri. Semoga barokah (edisi berbagi cerita ttg aktivitas yang kuikuti di sini menyusul ya, sedang dalam proses "pengetikan"...hehe).

Enam Tahun

Subhanalloh walhamdulillah...enam tahun sudah layar ini terkembang, mengarungi bahtera kehidupan. Semoga semakin terarah pada tujuan dan semakin kokoh dalam menghadapi setiap halang rintang. Semoga indahnya "kebersamaan" kami yang masih berdua ini, disempurnakan oleh Allah dengan hadirnya keturunan yang sholeh/ah, yang bisa menjadi pewaris kebaikan dan menjadi investasi bagi kami di dunia dan di akhirat. Semoga "kebarsamaan" kami bisa memberi manfaat bagi kami sendiri, dimana kami bisa saling melengkapi satu sama lain dan saling berbagi, dan juga bagi orang-orang di sekeliling kami. Semoga Allah meridloi.

Suamiku, terima kasih atas segenap cinta, kasih sayang, pengertian dan pengorbanan... semoga Allah membalas semua itu dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Suamiku, mohon maaf jikalau aku masih belum menjadi istri yang baik untukmu, aku masih belajar untuk menjadi istri yang shalihat, qanitat dan hafidzat. Bimbing aku ya..

Semoga Allah memberikan keberkahan, sakinah, mawaddah, rahmah, wad da'wah dalam rumah tangga kita khususnya, dan rumah tangga-rumah tangga muslim yang lain.

"Apa hikmah enam tahun pernikahan kita, Mas?" tanyaku ingin tahu pada mas Achmad, yang tak lain adalah suamiku tercinta, di perjalanan pulang menuju rumah dari dinner date semalam.
"Kebersamaan" jawabnya singkat sambil tersenyum padaku.
Semoga kami semakin mensyukuri "kebersamaan" ini dengan semakin menyempurnakan ketaatan pada-Nya

mijn man en ik
- Wij houden van elkaar omwille van Allah -

Leuven, 19 November 2011

Kado Pernikahan yang Tertunda



Dear all,

Kira-kira sepekan yang lalu saya mendapat undangan walimah dari teman. Subhanalloh...Allohu Akbar...Surprise! Keduanya (pengantin laki-laki dan perempuan) adalah orang yang cukup kukenal. Keduanya adalah adik kelasku dan juniorku di ekskul PMR. Begitulah...ketika Allah sudah berkehendak, tidak ada seseorang pun yang bisa menghalangi. Dulunya sih, sepertinya mereka biasa-biasa saja. Tidak ada hubungan special. Hmm....atau aku yang tidak tahu saja? Wallohu a'lam... Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan tentang ihwal hubungan mereka, karena aku memang tidak perlu tahu...hehe.

Kembali ke laptop...hehe, maksudnya tentang undangan walimah, dengan keberadaanku yang di negeri seberang...atau seberangnya seberang malah..., aku mohon maaf tidak bisa menghadirinya. Hanya seuntai do'a yang kutulis lewat wall FB-nya yang bisa kuberikan.

Hari pun berlalu...aku sempat mengintip wall FB-nya, subhanalloh ada upload-an beberapa foto pernikahan mereka...sumringah, keduanya tampak bahagia.Alhamdulillah... dan melalui "muka buku" mereka pula lah, aku tahu bahwa mereka ber-honeymoon ke luar negeri. Wah...senangnya.

Sejenak pikiranku melayang ke peristiwa yang terjadi padaku di th 2005. Setelah menikah, kami tidak sempat berbulan madu. Bahkan 3 hari setelah menikah, saya harus masuk kuliah, meski hanya untuk mengikuti sebuah ujian. Wah...banyak yang bilang...segitunya.... "pengantin baru masa' langsung ke kampus". tak kuhiraukan mereka, karena memang ini darurat...hehe. Dengan pertimbangan dosen yang killer, saya pun tidak berupaya untuk mengambil ujian susulan atau tidak mengikuti kelas-nya. Intinya, aku tidak mau "bermasalah" dengan beliau...hehe. Begitulah "seni"nya pernikahan kami...pernikahan ala mahasiswi...hehe. Eits..tapi jangan dianggap "garing" ya... tetep aja bisa curi-curi romantisnya. Gimana ga romantis coba, waktu ujian itu saya ditungguin sama suami tercinta ^_^ (blushing mode on). Tapi, nungguinnya ga di kelas lah...ntar banyak yang ngiri...hehe.

Nah, tanpa dinyana...si pengantin baru yang kabarnya sedang honeymoon ini menyapaku... Ada kabar apa nih? tumben... Ketika sedang chatt dg si suami baru, Tiiit.... si istri baru juga menyapaku. Komplet dah... Atau skalian conference aja ya? atau jangan2 mereka saling bersebelahan?....so pasti. Hehe....pengantin baru githu loh...

Dari obrolan singkat dengan mereka, membuat tanganku gatal untuk mengirimkan sebuah email yang berisi nasehat. Sebenernya sih nasehat ini adalah untuk diriku sendiri...tapi, aku hanya ingin berbagi. Siapa tahu mereka juga bisa mengambil manfaatnya? Saling berbagi begitu lah... Apalagi dulu, aku sering menjadi tempat curhat bagi teman-teman dan adik-adik kelasku. Sampai-sampai aku dipanggil "ibu kost" (sok keibuan critanya...hehe)...hehe.  Yang membuat aku agak surprise adalah dalam waktu singkat, aku bisa menuliskan sebuah email yang menurutku cukup panjang...subhanalloh. Semoga ini petunjuk dari Allah...untukku dan untuk mereka...

Biar teman-teman ga penasaran sama isinya, ini aq copas aja isinya ya... Siapa tahu bermanfaat dan menjadi "kado pernikahan" bagi kalian...^_^

Leuven, 19112011

****************************************************************************

Assalamu'alaykum wr wb

Dear adik2ku yg sholeh dan sholehah.

Alhamdulillah, puji syukur hanya pada Allah yang skali lagi memunjukkan ke-Maha Besar-an Nya, yang telah menyatukan kalian dalam sebuah ikatan pernikahan yg suci.

Barokallohu laka wa baroka 'alayka wajama'a bainakuma fi khoir.

Semoga "ikatan" ini mendapat ridlo Allah SWT.

Sudah menjadi anjuran bagi setiap muslim untuk ikut ber-tahniah (ikut bahagia) jika ada kabar gembira dari saudaranya. Untuk itu, dg kabar gembira "pernikahan" kalian, saya ingin memberikan hadiah. Mohon maaf jika kami blm bs memberikannya saat hari -H- yg lalu... Dan chatt kita barusan, membuat saya jadi ingin memberikan sesuatu pada kalian. Karena mengingatkan saya pada memori 6 th yg lalu, di saat saya mulai menapaki dunia "rumah tangga". Saya merasa membutuhkan sesuatu yg namanya NASEHAT. so, mudah2an tulisan sederhana ini bisa "dianggap" sebagai hadiah dari seorang kakak *eh, maap...ngaku-ngaku kakak nih...hehe*, sekaligus refleksi diri bagi sy yg belum lama menjalani dunia ini dan sebagai semangat untuk terus belajar...be better and better...biidznillah

----------------------------------

Pesen saya buat kalian yg masih "gress" agar tidak stress adalah sabar... ("jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu"). Biasanya, ketika awal pernikahan, kita mulai menemui perbedaan2. Bayangkan, kalian adalah 2 insan yg lahir dari rahim yg berbeda, besar di lingkungan/latar belakang yg (mungkin) berbeda, budaya/kebiasaan yang berbeda, dan perbedaan2 yg lain. Jadikan perbedaan itu sesuatu yg indah...
Terimalah pasangan kita apa adanya...
Janganlah terlalu banyak menuntut ini-itu pada pasangan...tetapi sebaliknya, tuntutlah diri kita masing2 untuk berbuat yg terbaik pada pasangan dan terus memperbaiki diri...
"Janganlah terlalu menuntut suami kita menjadi se-sholih Muhammad SAW, sementara kita belum se-sholihah Khadijah ra"
Jadikan ridlo Allah, sebagai tujuan utama dalam berumah tangga, insya Allah kalian akan terpelihara.

Khusus buat ....(pengantin laki-laki), jadilah imam yg baik.
Setidaknya kita bisa mengambil hikmah dari seorang "imam" itu :
- imam itu pemimpin : tdk boleh sombong, krn seseorang itu disebut imam karena ada makmum. kl dia sholat sendirian, maka dia tidak bisa disebut imam.
- memimpin gerakan sholat yang ditiru makmum : berhati-hatilah, lakukanlah apa yg diperintahkan dalam Islam, jangan melakukan hal-hal yg dilarang.
Barang siapa berbuat kebaikan maka dia berpahala dan akan mendapat pahala dari orang yang mengikutinya. Barang siapa yang berbuat kejahatan maka dia berdosa dan akan mendapat dosa dari orang yang menirunya (HR. Bukhori-Muslim)
- Gerakan sholatnya sebaiknya tidak terlalu cepat / tidak terlalu lambat : perhatian pada makmum (baca:istri), memperhatikan hak/kebutuhannya.
- Perhatian jika mendapat "teguran" dr makmum : jika ia melakukan kesalahan, ia hendaknya menerima "teguran" dengan lapang dada.

Khusus buat ... (pengantn perempuan), jadilah makmum yang baik.
Setidaknya kita bisa mengambil beberapa hikmah dari seorang "makmum" itu :
- makmum boleh melakukan gerakan setelah imam melakukan : berusahalah untuk menjaga komunikasi yang baik dg suami, lakukan sesuatu dg ijinnya, berusaha untuk setia (selama ia tidak melanggar syariat-Nya).
- makmum wajib mengingatkan imam yg melakukan kesalahan dlm gerakan/bacaan sholat : peliharalah semangat untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, dan tentunya sebaiknya memperhatikan adab/tata caranya dlm menasehati.
- berdiri di bagian belakang/samping belakang imam dan tidak boleh bersuara lantang seperti imam : qanaah dan bersyukur dengan posisnya, tidak mengutamakan ego-nya.

Insya Allah masih banyak hikmah lain yang bisa didapatkan, dan masih banyak dr ayat Al Qur'an dan Hadits yg bisa dikaji, juga banyak tausyiah dari para asatidz yg bisa direnungkan, agar kita mendapatkan keberkahan dalam berumah tangga...

Subhanalloh...entah apa yang membuat tangan saya terbimbing untuk memencet tuts-tuts keyboard dan menuntun jalan pikiran saya hingga menghasilkan tulisan ini, di sela-sela waktu menunggu waktu berbuka puasa. Biidznillah...semoga ada manfaatnya dan menjadi nasehat bagi diri sendri.

----------------------------------

Semoga Allah menjadikan kita semua, pasangan suami istri yang diridloi Allah. Amien

Mhn maaf lahir batin, jika ada yg salah/kurang berkenan.
Selamat ber-honeymoon...mg rihlahnya barokah...

Salam "dingiiin"....,
wassalamu'alaykum wr wb
Elly

maandag 7 november 2011

Drie jaar...


Alhamdulillah, ik ben al drie jaar in Belgie (saya sudah 3 tahun tinggal di Belgia) ^_^

Alhamdulillah sudah 3 tahun ini kami tinggal bersama (lagi), setelah lebih dari setahun kami menjalani suka-duka LDR (Long Distance Relationship). Sebagaimana layaknya setiap pasangan suami istri, kami juga ingin tinggal bersama dalam cinta dan meraih cita, juga saling berbagi suka dan duka dan saling meringankan beban. Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadzdziban. Nikmat dari Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan... Nikmat kesyukuran atas reunion ini pun menginspirasiku untuk mengikuti sebuah ajang lomba penulisan. Hasilnya, alhamdulillah, karyaku yang berjudul "Bersatunya Cinta, Jawaban Atas berjuta Do'a" bersama karya puluhan penulis yang lain dibukukan dalam sebuah buku antologi.

Sebuah pertanyaan besar yang menggelayut di pikiranku saat ini adalah.... Apa yang sudah saya perbuat selama 3 tahun ini?

Bagi seorang balita, 3 tahun adalah waktu yang cukup untuk bisa "merepotkan" kedua orang tuanya karena dia menjadi sangat aktif, lari kesana-kemari. Rasa ingin tahunya yang sudah cukup besar sangat menguji kesabaran kedua orang tuanya juga, begitu pula semangatnya untuk meniru orang yang ada di sekitarnya. So, sudah banyak perkembangan (secara fisik, emosional, mental, rohani, dan sosial) yang terjadi pada balita di usianya yang ke tiga.

Bagi seseorang yang sedang melanjutkan studi pasca sarjana, waktu 3 tahun itu sudah lebih dari cukup untuk bisa menghasilkan sebuah karya tesis (biasanya, hanya dibutuhkan 1-2 tahun untuk meyelesaikan program master).

Bagi seorang pegawai, waktu 3 tahun setidaknya cukup baginya untuk bisa memahami job description dan bisa beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Bahkan, tidak jarang, di tahun yang ke tiga ini, mereka sudah naik jabatan.

Lantas, bagaimana dengan saya?  

Apa yang sudah saya perbuat selama 3 tahun ini? 
Sudahkah ada peningkatan kapabilitas diri saya? Karena Allah menciptakan setiap manusia itu dengan segenap potensi dirinya.
Sudahkah saya memberi manfaat bagi pasangan (suami), keluarga, komunitas sekitar, negara atau umat? Padahal sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat bagi orang lain...

Astaghfirullohal adziim...rasanya belum banyak yang telah saya perbuat. Padahal adalah suatu kenikmatan yang luar biasa bagi saya, bisa tinggal bersama suami tercinta dan kebetulan berkesempatan untuk menikmati hidup di luar negeri. Bukankah itu sebuah kenikmatan yang patut disyukuri? Apalagi juga sudah "berkorban" untuk tinggal jauh dari keluarga besar beserta segala culture, kenyamanan dan makanan-makanan enaknya.
Ya Allah, ampuni hamba yang belum benar-benar mensyukuri semua ini. Padahal hamba yakin seandainya hamba lebih sungguh-sungguh mensyukurinya maka akan Kau tambahkan nikmat ini.

3 tahun bukanlah waktu yang singkat...untuk bisa belajar tentang sebuah kehidupan, untuk bisa melihat setiap kebesaran Allah, untuk bisa mendengar suka duka saudara, untuk bisa mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan, untuk bisa berprestasi yang akan membawa kemanfaatan di dunia dan di akhirat.

Saya sadar bahwa saya masih takut untuk BERMIMPI. Padahal sejak kecil pun kita sudah diajari untuk memiliki CITA-CITA, yang sayangnya seiring berjalannya waktu cita-cita itu hanya menjadi cerita lama. Alhamdulillah, Allah sudah mengingatkan...dengan cara dipertemukan dan berinteraksi dengan teman-teman yang sedang kuliah di sini. Rasanya seperti "tertampar", terbangun dari tidur yang panjang. Tidak sedikit dari mereka yang berkesempatan untuk menuntut ilmu di sini, bukan hanya "kebetulan", tapi berawal dari sebuah IMPIAN yang disempurnakan dengan IKHTIAR dan DO'A.

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” - Arai”
Andrea Hirata, Sang Pemimpi

Mendengar cerita dari orang-orang hebat yang saya temui, membuat saya semakin yakin bahwa pasti Allah juga memberi saya potensi untuk menjadi hebat. Tidak sedikit dari mereka berusia jauh lebih muda dari saya. Dan ada pula yang umurnya hampir sama dengan umur ummi, tapi semangatnya luar biasa. Tidak sedikit dari mereka pun tidak lebih lama dari saya tinggalnya di Belgia-nya...tetapi mereka sudah bisa BERKARYA dan menghasilkan/mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. Meski saya bukanlah mereka, tapi saya ingin mengambil pelajaran dari mereka dan ingin menjadi seperti mereka. Semoga kehebatan itu nantinya benar-benar "bernilai" di dunia dan di akhirat...amien

Sebagai salah satu contohnya adalah keinginan saya untuk melanjutkan studi di sini. Hmm...saya merasa masih belum membuat planning yang jelas untuk persiapannya, kesungguhan pun jadi mengambang. Sehingga waktu pun berlalu begitu saja...tanpa saya bisa menariknya kembali. Astaghfirullohal adziim... Saya perlu lebih pinter lagi dalam mengelola waktu, memprioritaskan pekerjaan, dan sebagainya. Semoga "lecutan" ini bisa mengembalikan semangat saya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Untuk keinginan yang satu ini, suamiku tercinta sangat mendukung dan tidak henti-hentinya terus mengingatkan. Karena memang agar kesempatan yang ada benar-benar saya manfaatkan. *Ayo smangat Ellyyy...*

Bismillah, semoga hari ini menjadi sebuah awalan untuk saya luruskan niat, sempurnakan ikhtiar, dan kuatkan dengan do'a. AWALAN (yang mungkin sudah agak terlambat) untuk IKHTIAR dalam menggapai CITA yang masih belum tertunaikan dengan sempurna (musti lebih SERIUS dan SUNGGUH-SUNGGUH lagi..). Beter laat dan nooit (lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali). Selama kesempatan itu masih ada...semangaaaat...^__^

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" 
(QS. At Taubah 105)

Teruslah bergerak, hingga KELELAHAN itu LELAH mengikutimu
Teruslah berlari, hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejarmu
Teruslah berjalan, hingga KELETIHAN itu LETIH bersamamu
Teruslah bertahan, hingga KEFUTURAN itu FUTUR menyertaimu
Tetaplah berjaga, hingga KELESUAN itu LESU menemanimu
(Ustadz Rahmat Abdullah)


Bismillah...
semoga Allah beri kemudahan dalam mencapai CITA-CITA yang belum tercapai
semoga Allah menerima amalan dan beri ke-istiqomah-an pada amal kebajikan yang baru sedikit, yang sudah saya kerjakan
semoga Allah berikan ampunan dan kemampuan/kekuatan untuk mengurangi dan menghilangkan banyaknya kedzoliman/keburukan yang sudah saya kerjakan
semoga Allah memberi keberkahan di setiap DETIK yang tersisa...


Leuven, 7 November 2011

zaterdag 5 november 2011

Lebaran Haji keempat ...


Dear all,

Sejak kemarin-kemarin saya sempat beberapa kali melihat siaran live haji melalui youtube. Selain karena penasaran dengan "kenikmatan" ibadah haji seperti diceritakan orang-orang sepulang menunaikan ibadah haji, aku juga ingin ikut merasakan suasana di sana. Tidak bisa dipungkiri, ada kerinduan di hati ini...semoga Allah memberi kemudahan pada kami dalam menggenapkan ikhtiar kami untuk menunaikan ibadah haji ini di tahun mendatang.

Subhanalloh...entah berasal dari mana rasa ini, syahdu, haru bercampur "merinding", menyaksikan orang-orang yang melaksanakan tawaf (mengelilingi ka'bah) sambil membaca kalimat talbiyah, sholat berjama'ah di Masjidil Haram, berdo'a samapai mencucurkan air mata, tilawah al Qur'an dan berbagai aktivitas ibadah yang semapt tertangkap kamera. Terselip lagi, sebuah harapan...agar kami pun berkesempatan menikmati jamuan Allah ini.

 

Hari Arafah, 9 Dzulhijjah 

Tibalah hari ini hari Arafah dimana jamaah haji melaksanakan salah satu rukun haji, yaitu wukuf di Arafah. Ingin sebenarnya menyaksikan bagaimana gambaran situasi di Padang Arafah lewat siaran live tersebut, tetapi sayang kesempatan ini terlewatkan karena saya ada keperluan ke luar rumah. Sesampainya di rumah pun langsung sibuk mempersiapkan sajian buka puasa.

Ngomong-ngomong tentang puasa, puasa Arafah ini adalah salah satu puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah, bagi umat Islam yang sedang tidak menjalankan ibadah haji. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang berbunyi: 

عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قالَ  : سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ؟ فَقَالَ: “يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Dari Abu Qatadah RA berkata, Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari ‘Arafah? Rasul saw menjawab, ”Menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR Muslim)
 
Subhanalloh...Allah memberikan fadhilah/keutamaan dalam setiap perintah-Nya. Semoga Allah menerima amal ibadah para jama'ah haji yang sedang wukuf  di Arafah dan menerima pula puasa Arafah dari umat Islam  yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, di mana pun berada. 

Nah, tahun ini, sedih juga rasanya tidak bisa ikut berpuasa bersama suami tercinta karena memang sedang udzur...Tetapi, aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendapat pahala seperti orang yang berpuasa dan mengharap ridlo Allah tentunya, saya menyiapkan menu yang sederhana namun dibuat dengan bumbu "cinta" ...hehe, jadi terasa istimewa, insya Allah. 
 
"Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun." (HR. Ahmad dan An-Nasai serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

Ingin tahu apa menunya? untuk ta'jilnya kali ini cukup dengan kurma, bala-bala plus teh manis. Sedang menu utamanya adalah nasi uduk, sate ayam, bali telur, kering tempe, lalapan, sambal plus kerupuk. Dan alhamdulillah yang menikmati sajian tersebut, bukan hanya suami tercinta saja, tetapi juga 2 orang teman, Erin dan Nino, yang sedang bersilaturrahmi ke tempat tinggal kami (emang mereka saya undang tepatnya...hehe, biar ramai dan terasa seperti Lebaran). Sambil menikmati hidangan, suami pun berinisiatif memutarkan video takbiran.


Allahu Akbar - Allahu Akbar - Allahu Akbar
Laa Ilaaha Illallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar walillaahilhamd...
Sesaat ingatanku melayang ke sebuah kota yang ada di belahan bumi lain, tempat aku dilahirkan.
Gema takbir terdengar dari corong-corong masjid dan langgar. Allohu Akbar Allohu Akbar Allohu Akbar... Sesama tetangga saling berkirim makanan untuk saling berbagi kebahagiaan. Anak-anak  dengan gembiranya mengikuti takbir keliling sambil membawa obor kecil, dan tak sedikit juga yang didampingi orang tuanya. Saya dan Ummi sibuk beberes rumah dan menyiapkan makanan untuk kemudian dibawa ke masjid sebagai suguhan bagi mereka yang mengikuti takbir keliling (ini kebiasaan warga di daerah kami, untuk membawa makanan ke masjid agar bisa dijadikan suguhan bagi orang-orang setelah bertakbir keliling).  Abah dan kakak saya pun sibuk membantu pelaksanaan takbir keliling dan persiapan sholat Ied esok hari. 
Lantas kemana suamiku? Sejak beberapa bulan yang lalu suamiku berangkat ke Belgia untuk melanjutkan srudi S2. Ini Lebaran keduaku (setelah Idul Fitri kemarin) tanpanya. Tidak mudah memang... di saat yang seharusnya berbahagia bersama, kami harus terpisahkan jarak dan waktu. Meski kami selalu menghibur diri, bahwa insya Allah...Allah akan kembali menyatukan kita. Dan Alhamdulillah, komunikasi kami pun juga terbilang cukup lancar. Dalam sehari ini saja, suami sudah menelpon  lebih dari sekali...duh, senengnyaaa, Alhamdulillah. Bersyukur aku mempunyai keluarga yang selalu menghibur dan tidak membiarkan aku larut dalam kesedihan LDR. Insya Allah pasti ada hikmahnya... 
Kesibukanku aktif di organisasi dan lembaga sosial pun membuatku agak terhibur. Saat lebaran Haji ini pun aku kembali disibukkan menjadi salah satu panitia qurban. Menjadi panitia, ternyata tidak hanya sibuk saat hari -H- untuk membungkus-bungkus daging qurban yang akan dibagikan dan mendistribusikannya. Akan tetapi, sebelum hari -H- aku kebagian tugas juga untuk membantu menyusun data warga yang akan menerima bagian daging qurban, tentu kami priorotaskan mereka-mereka yang membutuhkan. Tapi subhanalloh, kelelahan itu seolah terbalas ketika melihat wajah-wajah penerima daging qurban itu tersenyum. Tentu aku tidak berharap semakin banyak orang yang tersenyum dalam kondisi seperti itu, yang artinya semakin banyak orang yang hidup berkekurangan. Tetapi, aku lebih berharap semakin banyak orang yang tersenyum ikhlas saat menyampaikan bahwa dia akan berkurban. Dan semoga aku menjadi salah satunya.
Seolah baru kemarin kejadiaanya ... serasa masih lekat dalam ingatan. Padahal kejadian itu sudah teradi empat tahun yang lalu. Tetapi kerinduan akan suasana seperti itu membuatku selalu teringat akan kisah-kisah indah di masa lalu...
Aroma nasi uduk yang wangi...membuyarkan lamunanku. Kemudian aku pun mempersilakan suami dan para tamuku menikmati hidangan yang telah kupersiapkan. Alhamdulillah suasana makan malam terasa hangat dalam keakraban, diiringi sayup-sayup takbir dari laptop suamiku. Fabiayyi 'alaa irobbikumaa tukadzdzibaan.
Hmm...suasana pun menjadi semakin semarak dengan alunan takbir. Sesekali kami juga melihat live streaming ibadah haji. Subhanalloh...di tengah kebahagiaan ini kami masih merasa, seperti ada yang kurang. Ya...sudah beberapa lebaran ini kami lalui dengan takbiran bersama "laptop". Anyway, jazakalloh khoir cintaku ^_^ ... sungguh inisiatifnya membuat suasana ini semakin "berasa" Lebaran. Dan satu yang perlu disyukuri juga adalah "kebersamaan" ini...semoga Allah mmeberi keberkahan.
Insya Allah, kami pun berencana bersama-sama menghadiri undangan sholat Ied dan silaturrahmi di KBRI besok. Aku yang sedang udzur (haidh) pun akan turut serta. Bukankah memang demikian anjurannya? Seluruh muslimah dianjurkan untuk menghadiri, setidaknya bisa bersilaturrahmi, mendengar khutbah dan juga untuk syiar Islam.
وَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ اَلْعَوَاتِقَ, وَالْحُيَّضَ فِي الْعِيدَيْنِ; يَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ اَلْمُسْلِمِينَ, وَيَعْتَزِلُ اَلْحُيَّضُ اَلْمُصَلَّى مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ummi ‘Athiyah berkata, ”Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan yang sedang haidh keluar pada Dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi tempat shalat.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Allahu Akbar - Allahu Akbar - Allahu Akbar
Laa Ilaaha Illallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar walillaahilhamd...
Mari kita terus kumandangkan  takbir samapai hari tasyrik berlalu (11-13 Dzulhijjah) dan semoga kita juga bisa melaksanakan kurban. Jikalau tahun ini belum, mari diikhtiarkan di tahun mendatang...Semoga Allah memudahkan.

وَاذْكُرُواْ اللّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ

“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS. Al-Baqarah). Para ulama sepakat bahwa beberapa hari berbilang adalah hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.


Selamat hari raya Idul Adha 1432 H
Taqobbalallohu minna wa minkum
Mohon maaf lahir dan batin
Semoga kita bisa mengambil meneladani kesholehan, keikhlasan dan pengorbanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as.

Leuven, 5 November 2011/9 Dzulhijjah 1432 H

sumber gambar/banner : www.acehdesain.wordpress.com

woensdag 2 november 2011

Cerita tentang sebuah kelahiran...

Dear all, 
ini sebuah tulisan yang (ternyataaa) belum sempat diposting...dan setelah sekian bulan baru ditemukan...hehe. I just want to share...^^ enjoy it!


----

Suasana hari ini, sedari pagi mendung...gerimis datang dan pergi. Matahari agak malu-malu memancarkan cahayanya. hmm, jadi semakin sendu...
Dalam kesenduan kulempar pandangan ke luar jendela...
ntah kenapa aku tersenyum...
teringat akan sebuah kisah yang indah...

Alkisah ada sebuah keluarga yang tinggal di kota dingin (yang sekarang, sudah tidak dingin lagi >.<) atau julukan lainnya adalah kota bunga (yang sekarang, "kota ruko" karena jumlah ruko-nya lebih banyak dibanding taman bunganya..huhu). Mereka berempat, ibu-bapak-2 anak, tinggal bersama keluarga besar. Mereka hidup rukun, bahagia, damai dan sentosa...(wih, kumplit yach...hehe).

Ramadhan 1403 H.

Ramadhan kali ini sungguh istimewa, khususnya bagi keluarga kecil ini. Ada apa gerangan? Oo... ternyata si ibu diperkirakan akan melahirkan buah hatinya pada bulan ini. Subhanalloh.... Meski ini bukan kehamilan yang pertama, si ibu sudah memiliki 2 putra yang ganteng-ganteng dan lucu, beliau tetap excited menyambutnya. Tentunya, beliau berharap semuanya berjalan lancar. Oh ya, si ibu ini sosok yang kuat loh. Di saat kehamilan yang mulai menginjak usia sembilan bulan, dengan perut yang semakin membuncit, beliau tetap menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Mengajar. Beliau pun tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan...subhanalloh. Mungkin dalam batin si ibu, ia berpikir, ibadah yang ia kerjakan bisa men-stimulus- si anak yang masih kerasan tinggal di rahimnya. Stimulus untuk apa? Tentu saja, untuk menjadi ahli ibadah nantinya...amien

Robbi, kabulkan do’a ibunda yang sholehah ini…
jadikan bayi mungilnya kelak menjadi hamba-Mu yang sholehah.

Mendekati hari kelahiran si kecil, yang diprediksi oleh bidan (Ibu lebih sreg ke bidan. Bukan karena tidak percaya dokter, tetapi lebih karena pertimbangan biaya:-)) tinggal beberapa hari lagi, beliau pun mulai bersiap kalau-kalau perutnya terasa mules alias ada kontraksi. Si bapak membantu menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa jika sewaktu-waktu istri tercinta mengalami kontraksi. Si (calon) kakak pun tampak senang karena bocah yang masih berumur 4 dan 2 tahun itu akan punya "mainan" baru. Wah, bahaya nih! tp, ya... namanya juga anak-anak...tinggal diawasi aja nanti.

Hari demi hari berlalu...Ramadhan pun hampir meninggalkannya. Di 10 hari terakhir, dimana sebagian orang meramaikan swalayan, keluarga ini tetap tak lupa untuk meramaikan masjid. Apalagi di daerah itu, ada kebiasaan malam "likuran" (dalam bahasa Jawa,  likuran artinya 20-an). Dimana pada malam-malam ganjil, -malam ke-21, malam ke-23, dan seterusnya-, mereka melaksanakan sholat malam berjama’ah di masjid. Setelah sholat tarawih, mereka tidak langsung menutup dengan sholat witir, karena sholat witir ini akan dilaksanakan tengah malam nanti. Orang tua dan remaja, laki-laki dan perempuan, berbondong-bondong ke masjid di tengah malam. Untuk apa? Tak lain adalah menjemput lailatul qadar. Dalam keyakinan umat Islam, orang yang mendapatkannya akan dilipatgandakan pahala ibadahnya di malam itu, seperti ia telah melakukannya 1000 bulan atau 83 tahun. Subhanalloh…siapa yang tidak ingin? Yang usianya sampai 83 tahun saja, belum tentu seumur hidupnya ia gunakan untuk full ibadah.

Suatu hari, si ibu mulai terasa mules. Dengan sigap si bapak seera membawa istri tercintanya ke rumah bu bidan, yang kebetulan tidak terlalu jauh. Tentunya tak lupa ia bawa juga tas yang berisi perlengkapan ibu dan (calon) bayi. Alhamdulillah, akhirnya sampai di rumah bu bidan. Nah…setelah ditunggu-tunggu selama beberapa jam, ternyata tidak ada kontraksi lagi. Ya Alloh, si bayi ternyata masih senang tinggal di dalem perut ibu. Bu Bidan pun mempersilakan pasangan suami istri ini untuk pulang. 
Setelah sesampainya di rumah kembali, beberapa sanak saudara menyarankan agar si ibu minum air degan (air kelapa hijau) agar persalinannya lancar. Lagi-lagi…si bapak mengambil peran. Beliau segera mengambil sepeda motor honda merah kesayangannya untuk mencari air kelapa. 

Belum lama si bapak pergi, si ibu mules-mules lagi. Kali ini, rasanya lebih mules. Keluarga pun berinisiatif memanggil seorang dukun bayi yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Mbah Yah, namanya. Saat mbah dukun bayi ini datang, terdengarlah suara adzan dari corong masjid. Allohu akbar…allohu akbar…Allohumma bariklana fiima rozaktana wa qina a’dzaban naar. Mereka, termasuk si ibu, pun sejenak menikmati ta’jil kolak pisang. Baru 2-3 sendok kolak, perut si ibu kembali mules. Dan alhamdulillah…oeek..oeek…oeeek... lahirlah seorang bayi perempuan yang sehat. Si bapak yang baru datang, langsung sujud syukur begitu mendengar suara tangisan bayi dari kamarnya. Matanya berkaca-kaca…antara haru dan bahagia. 

sumber foto :  http://www.fulltimemuslim.com

Si bayi itu kemudian diberi nama Elly Romdliyana...^_^

Robbana hablana min azwajina wadzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqiina imaama.

A'udzubikalimatillahittaammaati min syarri maa kholaq.

----

Teriring salam rindu untuk Ummi dan almarhum Abah. Robbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaani shoghiro. I miss u my parents...may Allah always bless u wherever you are. amien

9 Juli 1983-9 Juli 2011
27 Ramadhan 1403 H - Sya'ban 1432 H