maandag 19 november 2012

Puasa Asyura




Alhamdulillah, saat ini kita telah berada di bulan Muharram. Mungkin masih banyak yang belum tahu amalan apa saja yang dianjurkan di bulan ini, terutama mengenai amalan puasa. Insya Allah kita akan membahasnya pada tulisan kali ini. Semoga bermanfaat.

Dianjurkan Banyak Berpuasa di Bulan Muharram
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendorong kita untuk banyak melakukan puasa pada bulan tersebut sebagaimana sabdanya,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[1]
An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.”[2]
Lalu mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diketahui banyak berpuasa di bulan Sya’ban bukan malah bulan Muharram? Ada dua jawaban yang dikemukakan oleh An Nawawi.
Pertama: Mungkin saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui keutamaan banyak berpuasa di bulan Muharram di akhir hayat hidup beliau.
Kedua: Boleh jadi pula beliau memiliki udzur ketika berada di bulan Muharram (seperti bersafar atau sakit) sehingga tidak sempat menunaikan banyak puasa pada bulan Muharram.[3]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Puasa yang paling utama di antara bulan-bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram, Rajab -pen) adalah puasa di bulan Muharram (syahrullah).”[4]
Sesuai penjelasan Ibnu Rajab, puasa sunnah (tathowwu’) ada dua macam:
  1. Puasa sunnah muthlaq. Sebaik-baik puasa sunnah muthlaq adalah puasa di bulan Muharram.
  2. Puasa sunnah sebelum dan sesudah yang mengiringi puasa wajib di bulan Ramadhan. Ini bukan dinamakan puasa sunnah muthlaq. Contoh puasa ini adalah puasa enam hari di bulan Syawal.[5]
Di antara sahabat yang gemar melakukan puasa pada bulan-bulan haram (termasuk bulan haram adalah Muharram) yaitu ‘Umar, Aisyah dan Abu Tholhah. Bahkan Ibnu ‘Umar dan Al Hasan Al Bashri gemar melakukan puasa pada setiap bulan haram.[6] Bulan haram adalah bulan Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram dan Rajab.

Puasa yang Utama di Bulan Muharram adalah Puasa ‘Asyura
Dari hari-hari yang sebulan itu, puasa yang paling ditekankan untuk dilakukan adalah puasa pada hari ’Asyura’ yaitu pada tanggal 10 Muharram[7]. Berpuasa pada hari tersebut akan menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”[8]
An Nawawi -rahimahullah- mengatakan, “Para ulama sepakat, hukum melaksanakan puasa ‘Asyura untuk saat ini (setelah diwajibkannya puasa Ramadhan, -pen) adalah sunnah dan bukan wajib.”[9]

Sejarah Pelaksanaan Puasa ‘Asyura [10]
Tahapan pertama: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa ‘Asyura di Makkah dan beliau tidak perintahkan yang lain untuk melakukannya.
Dari ’Aisyah -radhiyallahu ’anha-, beliau berkata,
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُهُ ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Di zaman jahiliyah dahulu, orang Quraisy biasa melakukan puasa ’Asyura. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam juga melakukan puasa tersebut. Tatkala tiba di Madinah, beliau melakukan puasa tersebut dan memerintahkan yang lain untuk melakukannya. Namun tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa ’Asyura. (Lalu beliau mengatakan:) Barangsiapa yang mau, silakan berpuasa. Barangsiapa yang mau, silakan meninggalkannya (tidak berpuasa).”[11]
Tahapan kedua: Ketika tiba di Madinah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Ahlul Kitab melakukan puasa ‘Asyura dan memuliakan hari tersebut. Lalu beliau pun ikut berpuasa ketika itu. Kemudian ketika itu, beliau memerintahkan pada para sahabat untuk ikut berpuasa. Melakukan puasa ‘Asyura ketika itu semakin ditekankan perintahnya. Sampai-sampai para sahabat memerintah anak-anak kecil untuk turut berpuasa.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, beliau berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
“Ketika tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bertanya, ”Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?” Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, ”Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas berkata, ”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallammemerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.”[12]
Apakah ini berarti Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam meniru-niru (tasyabbuh dengan) Yahudi?
An Nawawi –rahimahullah- menjelaskan, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam biasa melakukan puasa ’Asyura di Makkah sebagaimana dilakukan pula oleh orang-orang Quraisy. Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiba di Madinah dan menemukan orang Yahudi melakukan puasa ‘Asyura, lalu beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun ikut melakukannya. Namun beliau melakukan puasa ini berdasarkan wahyu, berita mutawatir (dari jalur yang sangat banyak), atau dari ijtihad beliau, dan bukan semata-mata berita salah seorang dari mereka (orang Yahudi). Wallahu a’lam.”[13]
Para ulama berselisih pendapat apakah puasa ‘Asyura sebelum diwajibkan puasa Ramadhan dihukumi wajib ataukah sunnah mu’akkad? Di sini ada dua pendapat:
Pendapat pertama: Sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, pada masa tahapan kedua, puasa ‘Asyura dihukumi wajib. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan Abu Bakr Al Atsrom.
Pendapat kedua: Pada masa tahapan kedua ini, puasa ‘Asyura dihukumi sunnah mu’akkad. Ini adalah pendapat Imam Asy Syafi’i dan kebanyakan dari ulama Hambali.[14]
Namun yang jelas setelah datang puasa Ramadhan, puasa ‘Asyura tidaklah diwajibkan lagi dan dinilai sunnah. Hal ini telah menjadi kesepakatan para ulama sebagaimana disebutkan oleh An Nawawi -rahimahullah-.[15]
Tahapan ketiga: Ketika diwajibkannya puasa Ramadhan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan para sahabat untuk berpuasa ‘Asyura dan tidak terlalu menekankannya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan bahwa siapa yang ingin berpuasa, silakan dan siapa yang tidak ingin berpuasa, silakan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh ’Aisyah radhiyallahu ’anha dalam hadits yang telah lewat dan dikatakan pula oleh Ibnu ’Umar berikut ini. Ibnu ’Umar -radhiyallahu ’anhuma- mengatakan,
أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ.
Sesungguhnya orang-orang Jahiliyah biasa melakukan puasa pada hari ’Asyura. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pun melakukan puasa tersebut sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, begitu pula kaum muslimin saat itu. Tatkala Ramadhan diwajibkan, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan: Sesungguhnya hari Asyura adalah hari di antara hari-hari Allah. Barangsiapa yang ingin berpuasa, silakan berpuasa. Barangsiapa meninggalkannya juga silakan.”[16]
Ibnu Rajab -rahimahullah- mengatakan, “Setiap hadits yang serupa dengan ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan lagi untuk melakukan puasa ‘Asyura setelah diwajibkannya puasa Ramadhan. Akan tetapi, beliau meninggalkan hal ini tanpa melarang jika ada yang masih tetap melaksanakannya. Jika puasa ‘Asyura sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan dikatakan wajib, maka selanjutnya apakah jika hukum wajib di sini dihapus (dinaskh) akan beralih menjadi mustahab (disunnahkan)? Hal ini terdapat perselisihan di antara para ulama.
Begitu pula jika hukum puasa ‘Asyura sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan adalah sunnah muakkad, maka ada ulama yang mengatakan bahwa hukum puasa Asyura beralih menjadi sunnah saja tanpa muakkad (ditekankan). Oleh karenanya, Qois bin Sa’ad mengatakan, “Kami masih tetap melakukannya.”[17]
Intinya, puasa ‘Asyura setelah diwajibkannya puasa Ramadhan masih tetap dianjurkan (disunnahkan).
Tahapan keempat: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad  di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari lainnya. Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.”[18]
Menambahkan Puasa 9 Muharram
Sebagaimana dijelaskan di atas (pada hadits Ibnu Abbas) bahwa di akhir umurnya, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bertekad untuk menambah puasa pada hari kesembilan Muharram untuk menyelisihi Ahlu Kitab. Namun beliau sudah keburu meninggal sehingga beliau belum sempat melakukan puasa pada hari itu.
Lalu bagaimana hukum menambahkan puasa pada hari kesembilan Muharram? Berikut kami sarikan penjelasan An Nawawirahimahullah.
Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan.
Apa hikmah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menambah puasa pada hari kesembilan? An Nawawi rahimahullah melanjutkan penjelasannya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sebab Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bepuasa pada hari kesepuluh sekaligus kesembilan agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja. Dalam hadits Ibnu Abbas juga terdapat isyarat mengenai hal ini. Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk kehati-hatian, siapa tahu salah dalam penentuan hari ’Asyura’ (tanggal 10 Muharram). Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi menambah hari kesembilan agar tidak menyerupai puasa Yahudi adalah pendapat yang lebih kuat. Wallahu a’lam.[19]
Ibnu Rojab mengatakan, ”Di antara ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishaq. Adapun Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.”[20]
Intinya, kita lebih baik berpuasa dua hari sekaligus yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Karena dalam melakukan puasa ‘Asyura ada dua tingkatan yaitu:
  1. Tingkatan yang lebih sempurna adalah berpuasa pada 9 dan 10 Muharram sekaligus.
  2. Tingkatan di bawahnya adalah berpuasa pada 10 Muharram saja.[21]
Puasa 9, 10, dan 11 Muharram
Sebagian ulama berpendapat tentang dianjurkannya berpuasa pada hari ke-9, 10, dan 11 Muharram. Inilah yang dianggap sebagai tingkatan lain dalam melakukan puasa Asy Syura[22]. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbasradhiyallahu ’anhuma. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً
Puasalah pada hari ’Asyura’ (10 Muharram, pen) dan selisilah Yahudi. Puasalah pada hari sebelumnya atau hari sesudahnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Khuzaimah, Ibnu ’Adiy, Al Baihaqiy, Al Bazzar, Ath Thohawiy dan Al Hamidiy, namun sanadnya dho’if (lemah). Di dalam sanad tersebut terdapat Ibnu Abi Laila -yang nama aslinya Muhammad bin Abdur Rahman-, hafalannya dinilai jelek. Juga terdapat Daud bin ’Ali. Dia tidak dikatakan tsiqoh kecuali oleh Ibnu Hibban. Beliau berkata, ”Daud kadang yukhti’ (keliru).” Adz Dzahabiy mengatakan bahwa hadits ini tidak bisa dijadikan hujjah (dalil).
Namun, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Rozaq, Ath Thohawiy dalam Ma’anil Atsar, dan juga Al Baihaqi, dari jalan Ibnu Juraij dari ’Atho’ dari Ibnu Abbas. Beliau radhiyallahu ’anhuma berkata,
خَالِفُوْا اليَهُوْدَ وَصُوْمُوْا التَّاسِعَ وَالعَاشِرَ
Selisilah Yahudi. Puasalah pada hari kesembilan dan kesepuluh Muharram.” Sanad hadits ini adalah shohih, namun diriwayatkan secara mauquf (hanya dinilai sebagai perkataan sahabat). [23]
Catatan: Jika ragu dalam penentuan awal Muharram, maka boleh ditambahkan dengan berpuasa pada tanggal 11 Muharram.
Imam Ahmad -rahimahullah- mengatakan, ”Jika ragu mengenai penentuan awal  Muharram, maka boleh berpuasa pada tiga hari (hari 9, 10, dan 11 Muharram, pen) untuk kehati-hatian.”[24]

Sebagai Motivasi
Semoga kita terdorong untuk melakukan puasa Asyura. Cukup ayat ini sebagai renungan. Allah Ta’ala berfirman,
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
“(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”.” (QS. Al Haqqah: 24)
Mujahid dan selainnya mengatakan, ”Ayat ini turun pada orang yang berpuasa. Barangsiapa meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Allah, maka Allah akan memberi ganti dengan makanan dan minuman yang lebih baik, serta akan mendapat ganti dengan pasangan di akhirat yang kekal (tidak mati).”[25] Inilah balasan untuk orang yang gemar berpuasa.
Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amalan puasa ini. Hanya Allah yang memberi taufik.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Diselesaikan di Panggang-Gunung Kidul, pada hari mubarrok (Jum’at), 1 Muharram 1431 H


[1] HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah.
[2] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibnu Al Hajjaj, An Nawawi, 8/55, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392.
[3] Idem.
[4] Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 67, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, tahun 1428 H.
[5] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 66.
[6] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 71.
[7] Inilah yang dimaksud dengan ‘Asyura yaitu tanggal 10 Muharram. Yang memiliki pendapat berbeda adalah Ibnu ‘Abbas yang menganggap ‘Asyura adalah tanggal 9 Muharrram. Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 99.
[8] HR. Muslim no. 1162.
[9] Al Minhaj Syarh Muslim, 8/4.
[10] Diolah dari penjelasan Ibnu Rajab Al Hambali dalam Latho-if Al Ma’arif, hal. 92-98.
[11] HR. Bukhari no. 2002 dan Muslim no. 1125
[12] HR. Muslim no. 1130
[13] Al Minhaj Syarh Muslim, 8/11.
[14] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 94.
[15] Lihat Al Minhaj Syarh Muslim, 8/4.
[16] HR. Muslim no. 1126.
[17] Latho-if Al Ma’arif, hal. 96.
[18] HR. Muslim no. 1134.
[19] Lihat Al Minhaj Syarh Muslim, 8/12-13.
[20] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 99.
[21] Lihat Tajridul Ittiba’, Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhaili, hal. 128, Dar Al Imam Ahmad, cetakan pertama, tahun 1428 H.
[22] Sebagaimana pendapat Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad.
[23] Dinukil dari catatan kaki dalam kitab Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 2/60, terbitan Darul Fikr yang ditahqiq oleh Syaikh Abdul Qodir Arfan.
[24] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 99.
[25] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 72.

sumber :  http://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/tag/puasa-sunnah/

NB : Insya Allah puasa Asyura jatuh pada hari Sabtu, 24 November 2012.

vrijdag 24 augustus 2012

Ramadhankoe : Ini Ramadhan keempat (3)

Takziah dan Membantu Merawat Jenazah

Kematian adalah nasehat yang paling ampuh bagi kita. Nasehat agar terus memanfaatkan nikmat umur yang telah Allah berikan. Kabar duka kali ini datang dari salah satu keluarga Indonesia yang sudah tinggal bertahun-tahun di Belgia. Seorang ibu yang sudah berusia lebih dari 80 tahun, meninggal dunia di rumah sakit di Leuven. Saya baca berita duka ini dari wall FB KPMI. Tak lama kemudian, suamiku nelpon. Ternyata ia dikontak oleh pihak KBRI (mewakili keluarga yang berduka). Mereka butuh bantuan tenaga untuk merawat jenazahnya, begitu juga kelengkapannya. Selain itu juga belum ada kepastian tentang bagaimana merawat jenazahnya nanti. Insya Allah saya bersedia membantu untuk merawat jenazah, kebetulan ada sedikit ilmu dan sedikit pengalaman. Tinggal kemudian, saya kontak ibu-ibu yg lain. Alhamdulillah suami juga berhasil menghubungi masjid Al Ihsaan di leuven. Mereka akan membantu menyediakan kain kafan. Hmm...kalau seperti ini, saya jadi terbayang negeri tercinta. Seandainya kejadian ini terjadi di sana. Pasti tetangga kanan-kiri, sodara sekampung pun bergotong-royong untuk meringankan beban tanpa diminta. Belum lagi kelengkapan untuk merawat jenazah juga mudah didapatkan.

Tak lama kemudian, saya dikontak lagi bahwa kita diijinkan untuk memandikan jenazah di rumah sakit. Syukurlah kalau bisa dirawat di rumah sakit, meski agak panik karena kelengkapan belum tersedia semuanya. Nggak lama kemudian....kriiing. HPku berbunyi. O...dari salah satu ibu-ibu yang merupakan teman dekat dengan keluarga almarhum. Saya dikabari kalau ternyata jenazah tidak bisa dimandikan di rumah sakit, besok siang baru akan dibawa ke tempat khusus di Zaventem. Setelah mendapat kabar itu, saya dan suami tetap memutuskan untuk berangkat ke rumah sakit untuk bertakziah dan bertemu dengan keluarga yang berduka. Di rumah sakit, setelah bertemu keluarga, kami menyempatkan diri membicarakan persiapan perawatan jenazah esok hari. Mulai dari kain kafan, kapas, kapur barus, sabun dan wewangian non alkohol, gunting, gayung, sisir, sarung tangan, kain waslap dan kain panjang. Alhamdulillah semua kelengkapan sudah terpenuhi, tinggal kita baca-baca lagi aturan dan tata cara memandikan dan mengkafani jenazahnya. Alhamdulillah pelajaran yang disampaikan oleh pak Junaidi dan Bu Mukarromah, guru Agama SMA ku masih kuingat dengan baik, apalagi sempat diminta membantu adik-adik kelas untuk ikut mengajarkan tata cara merawat jenazah dalam Islam. Meski juga jadi terbayang kembali kejadian 5 tahun yang lalu, saat saya mempraktekkan langsung ilmu yang didapat, yaitu merawat jenazah almarhumah nenek tercinta.

Keesokan harinya, tepat jam satu siang, saya dan beberapa ibu-ibu yang akan merawat jenazah sudah berada di lokasi. Sambil menunggu keluarga datang, kami membaca al Qur'an bersama. Setelah selesai, dimulai-lah prosesi memandikan dan mengkafani jenazah. Alhamdulillah sebelum prosesi diawali, Pak Umar, salah seorang ustadz kami, memberikan sedikit penjelasan terkait tata cara merawat jenazah.

Sekitar sejam waktu yang dibutuhkan oleh saya dan 4 org ibu-ibu untuk memandikan dan mengkafani jenazah. Setelah selesai dikafani, jenazah diletakkan di ruang tengah dan kemudian disholati oleh beberapa tamu yang hadir. Alhamdulillah, tertunaikan sudah kewajiban kami sebagai sesama muslim, tinggal menguburkan. Akan tetapi, jenazah ini lusa akan diterbangkan ke Indonesia dan akan dimakamkan di Tanah Kusir, jakarta.

Allohummaghfirlaha warhamha wa'afihi wa' fu 'anha
Allohumma laa tahrimna ajroha walaa taftinna ba'daha waghfirlana walaha
Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kesabaran dan kekuatan
Semoga kematian ini menjadi pelajaran juga buat kita semua

Membuat Kue Lebaran

Lebaran kali ini agak istimewa. Saya bersama temen-temen yang lain berencana membuat kue lebaran bersama. Asyiiiiiknyaaa.... kita akan praktek bikin kue nastar dan choco cookies. Bertempat di salah satu rumah teman, mbak Dekta, kita masak-masak bareng.. seruuu deh. Cuma, ga ada sesi icip-icip, maklum kan lagi puasa...hehe. Kalau ingin tahu resepnya, silakan lihat di  resep choco chips dan resep nastar.

Menjemput Lailatul Qadar 

Seperti yang sudah semapat saya ceritakan di awal, bahwa saya punya satu keinginan di Ramadhan ini. Saya ingin mengobati kerinduan saya untuk melaksanakan i'tikaf. Sudah empat Ramadhan, selama saya tinggal di Belgia, belum pernah saya i'tikaf bersama saat Ramadhan. Sediiih deh... Alhamdulillah, Allah mendengar do'a saya. Melalui salah seorang teman, saya mendapat informasi bahwa ada sebuah masjid di Leuven yang menyelenggarakan acara i'tikaf untuk muslimah. Meski hanya semalam, yaitu malam tanggal 27 Ramadhan, saya udah sangat bersyukur. Alhamdulillah, sesuatu bangeet!

Hari itu, setelah berbuka, sholat maghrib dan  menyiapkan bekal untuk sahur dan membawa perlengkapan seperlunya, saya dan suami menggowes sepeda menuju masjid Al Ihsaan.  Kurang dari 30 menit, kami sampai di lokasi. Saya pun langsung menuju lantai atas tempat untuk muslimah. Subhanalloh...meski jam masih menunjukkan jam 22.30, masjid sudah ramai. Parkiran mobil sudah penuh. Jama'ah sudah berkumpul untuk mendengarkan tausyiah dari seorang ulama'. Sayangnya, ceramahnya dalam bahasa Barbar, maklum ini adalah salah satu masjid orang Maroko yang ada di kota kami. Setelah itu baru, diterjemahkan dalam bahasa belanda. Alhamdulillah...jadi rada ngerti lah. Intinya, beliau mengingatkan tentang keutamaan malam Lailatul Qadar. Sampai-sampai mereka mengadakan i'tikaf ini dengan nama "Lailatul Qadar". Sebagian ulama memang ada yang berkeyakinan bahwa lailatul Qadar jatuh di malam ke 27, meski sebagian hadits juga menyebutkan bahwa kita dianjurkan untuk "berburu" di 10 hari terakhir.

Setelah tiba waktu sholat isya, kami sholat berjama'ah dan disambung dengan sholat tarawih. Setelah berdzikir, saya melihat bahwa jama'ah sholat muslimah yang berjumlah lebih dari seratus orang itu mulai berkemas dan menuju bagian belakang. Di bagian belakang tempat sholat ini terdapat meja-meja bundar yang dikelilingi sekitar 8 kursi. Saya yang baru pertama kalinya mengikuti acara ini pun ikut-ikutan. Saya kira mungkin mereka akan tilawah atau mengadakan diskusi-diskusi kecil di meja-meja itu. Saya pun melempar pandangan, mencari sosok yang kukenal. Akhirnya saya menemukan salah satu sosok yang kukenal, Hanifa namanya. Nu is het vrijtijd voor ons? (Apakah sekarang ini adalah waktu bebas untuk kita?) Dia menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Nee, we gaan samen eten" Saya pun mengerutkan kening, gaan we samen eten? echt? Saya melirik jam di HP, dan menunjukkan pukul 00.00 CET. Kita berarti akan makan di tengah malam...waah, mantaaps! Bisa sukses nih program penggemukan badan...hehe. Karena belum ada tanda-tanda makanan terhidang, baru roti-roti dan minuman yang dibagikan. Saya mengambil mushaf dari tas, kemudian tilawah. Kebetulan kursi di samping kanan kiri saya juga masih kosong, orang-orang yang ada di meja saya pun tidak ada yang saya kenal dan asyik berbicara sendiri.

Sekitar sepuluh menit saya tilawah, kemudian ada ibu-ibu yang duduk di sebelah saya beserta anak lelakinya yang mungkin berusia 3 tahunan. Akhirnya, saya pun memilih "bersosialisasi". Sebenernya sih karena ada satu hal yang ingin saya tanyakan. Setelah berkenalan, bermain-main dengan anak lelaki yang cakep dan sangat aktif itu, saya pun bertanya apakah makan setelah sholat tarawih seperti ini adalah kebiasaan mereka. Kemudian mereka menjawab bahwa makan tengah malam seperti ini tidaklah menjadi kebiasaan mereka, mereka hanya biasa makan sahur saja. Dan apa yang akan kita lakukan sekarang ini adalah special, karena setelah ini tidak tidur untuk beribadah. Nah, mungkin untuk isi "bensin" begitu lah. Oo... akhirnya saya mengerti. Tak lama kemudian, datanglah beberapa ibu-ibu yang membawa nampan berisi potongan daging-daging berukuran besar dan berbumbu ala maroko, juga ada potongan wortel dan kentang di situ. Daging berbumbu itu dimakan dengan roti-roti yang tadi sudah dibagikan. Alhamdulillah.... Belum tuntas makan besarnya, datang lagi sebuah nampan berisi buah semangka dan melon. Wah...lengkap nih! Sekitar pukul satu malam, acara makan pun tuntas. Setelah itu kami dipersilakan untuk mengisi waktu dengan beribadah.

Untuk mengisi waktu malam, saya berupaya menjemput malam yang lebih mulia dari seribu bulan ini dengan tilawah, sholat tahajjud, dzikir. Saya lihat, kebanyakan ibu-ibu pun melakukan yang sama. Meski ada juga beberapa orang yang asyik berbincang. Tetapi mata saya tertuju di sekelompok remaja putri yang duduk berkumpul. Apa yang mereka kerjakan? Sepertinya agar tidak merasa bosan dan mengantuk, mereka berdiskusi. Ada satu-dua orang yang memoderatori. Subhanalloh, cerdas sekali idenya. Semoga mereka diberikan keistiqomahan dan bisa menyebar kebajikan di sekitar mereka. Aamiin

Waktu berlalu begitu cepat, jam menunjukkan hampir pukul tiga. Kemudian ada pemberitahuan bahwa sholat witir akan dimulai. Saya mengambil wudlu lagi, agar lebih segar. Sholat witir kali ini kayaknya yang terindah dalam ramadhan ini. Syahduu sekali saya menikmatinya...mulai bacaan Al Qur'annya yang indah, do'a qunut yang membuat hati bergetar dan mata berkaca-kaca, dan gerakan yang tidak terlalu cepat/lambat. Masya Allah....kenikmatan yang luar biasa. Setelah salam terakhir sholat witir, tak kuasa lagi saya membendung air mata ini. Air mata campur-campur...ada rasa penyesalan atas segala dosa, ada kesyukuran atas semua nikmat yang tak terkira, atas kerinduan pada keluarga tercinta dan tanah air, juga...teringat pada almarhum Abah. Allohumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa' fu'annii...Di penghujungnya, hanya do'a-do'a lah yang tercurah untuk orang terkasih, terselip pula permohonan agar Allah mengabulkan hajat terbaik kami tahun ini juga bermohon agar diberi kesempatan bertemu ramadhan lagi dalam keadaan yang lebih baik.

Setelah itu, kami menuju meja-meja yang sudah penuh dengan makanan, untuk makan sahur. Meski saya membawa bekal nasi dan lauk, saya memilih makan sahur ala maroko...hehe. makan sahur dengan menu roti, keju, jus buah, susu, dan kue-kue manis lainnya. Semoga Allah memberi kekuatan untuk menjalankan puasa hari ini.

Setelah selesai sahur, saya bersiap untuk sholat subuh. Setelah itu, sambil menunggu "panggilan" dari suami, saya bertilawah. Alhamdulillah setelah beberapa lembar, akhirnya ada call dari suami tercinta. Okee... time to go! Saya pun berpamitan dengan beberapa ibu yang masih ada di sana. Siaaaap...ngegowes lagi! Ramadhan mubarak!

Alhamdulillahirobbil 'aalamiin... bersyukur sekali Allah telah memberi kesempatan kepadaku untuk bisa bertemu Ramadhan tahun ini, 
semoga Allah menerima semua amal ibadah kita, mengampuni kekhilafan kita, mengabulkan do'a-do'a kita, memudahkan urusan kita, melapangkan dada kita, 
memberi kemampuan pada kita untuk bisa meng-istiqomah-kan ibadah yang sudah kita latih selama ramadhan, mengangkat derajat ketaqwaan kita dan 
mematikan kita dalam keadaan husnul khotimah. 
Aamin Yaa Robbal 'aalamiin


Ramadhankoe : Ini Ramadhan keempat (2)

Tadarus Al Qur'an Online, Khatam Tiga kali 

Alhamdulillah di sini ada perkumpulan ibu-ibu yang mengadakan pengajian rutin setiap hari Jum'at, kebetulan saya diminta untuk mengkoordinir. Nah beberapa waktu sebelum Ramadhan, kita sempat membicarakan tentang keberlangsungan pengajian kita selama ramadhan. Eh...kemudian ada yang usul untuk dilaksanakan Tadarus Al Qur'an. Ada yang usul sepekan sekali, 2 kali per pekan sampai setiap hari Senin-Jum'at. Sungguh di luar dugaan, sebagian besar menyetujui usulan tadarusan setiap hari. bahkan kemudian, ibu-ibu yang selama ini jarang hadir pengajian pun ikut bergabung. Sungguh berkah Ramadhan, mampu menggerakkan hati orang-orang untuk melakukan amal kebajikan. Akhirnya disepakati bahwa selama Ramadhan kita akan melaksanakan tadarus Al Qur'an dari hari Senin-Jum'at, mulai jam 10-12. Nah, kemudian saya usulkan, agar tadarusannya ada nilai plus-nya, ngajinya 1,5 jam saja, kemudian stengah jam sisanya dipakai untuk membacakan terjemah/tafsir dari ayat-ayat yang dibaca. Jadi skalian mentadabburi begitu... Dan tentunya, selama ngaji, diharapkan kita juga bisa membenahi bacaan Al Qur'an kita. Saling mengingatkan begitu lah kira-kira.

Sepulang saya dari Praha dan setelah saya 'suci", saya baru bisa bergabung dengan grup tadarusan. Alhamdulillah, saya yang biasanya membutuhkan waktu beberapa hari untuk beradaptasi dengan ritme/target tilawah setelah "cuti", kali ini saya tidak butuh waktu lama. melihat semangat ibu-ibu dalam membaca Al qur'an, saya jadi ketularan semangatnya. Alhamdulillah...inilah salah satu keuntungannya kalau berkumpul dengan orang-orang sholeh:-)

Dalam sekali tadarusan, biasanya yang "hadir" sekitar 4-7 orang. Kami membaca selembar-selembar secara bergiliran. Saat seseorang membaca, peserta yang lain musti menyimak untuk kemudian membetulkan jika ada bacaan yang salah. Nah, sejak saya bergabung, saya nih yang ketiban sampur alias kebagian tugas untuk mengkoreksi bacaan Al Qur'an. padahal ilmu tahsin saya masih sangat sedikit dan saya juga masih terus belajar. 'ala kulli hal, saya bersyukur, ilmu yang sedikit ini bisa membawa manfaat. Meski demikian, saya pun minta diingatkan juga kalau melakukan kesalahan saat membaca. Sungguh, saya sangat terharu dengan semangat ibu-ibu untuk menghiasi hari dengan Al Qur'an, begitu pula mereka tidak marah jika saya menyela untuk membetulkan bacaan yang kurang tepat.

Setelah membaca bergiliran, salah satu dari kami membacakan terjemah dari ayat-ayat yang kita baca. Jika ada hal-hal yang kurang jelas biasanya kami berdiskusi. Kadang-kadang kita baca juga tafsirnya. Alhamdulillah kami bisa men-download (sebagian) tafsir yang ada e-book-nya, seperti tafsir Ibnu Katsir dan Fii Dzilalil Qur'an. Ada juga ibu-ibu yang memiliki Al Qur'an yang ada keterangan asbabun nuzul/hadits yang terkait (seperti mushaf Al Burhan). Alhamdulillah, kami jadi lebih bisa memahami apa yang sudah kami baca dengan cara seperti ini.

Acara tadarusan pun diakhiri dengan pembagian bacaan mandiri, maksudnya ibu-ibu yang ingin membaca sendiri, di luar jadwal Tadarusan, bisa saling melanjutkan bacaannya. Nah kemudian batas bacaan yang paling akhir akan kita baca saat Tadarusan keesokan harinya. Biasanya ibu-ibu yang berhalangan untuk hadir online, juga ikutan tadarusan dengan membaca mandiri seperti ini. Subhanalloh, malu hati ini...melihat ibu-ibu yang kesibukannya jelas, pasti lebih sibuk dari saya, mulai mengurus rumah, mengurus anak dan ada pula yang bekerja, saling berlomba-lomba... tak heran di hari ke-11 Ramadhan kami sudah khatam untuk pertama kalinya, kemudian dilanjutkan hari ke 20 ramadhan kita khatam untuk kali yang kedua.

Setelah khatam yang kedua ini, saya mengusulkan agar agenda tadarusan kita divariasikan lagi. 1 jam tilawah bergiliran, stengah jam baca terjemah/tafsir, dan stengah jam "bedah tajwid". Kenapa saya usul ada bedah tajwid? itu berdasar pengamatan sederhana saya saja. Saat membaca juz 'amma, ternyata masih banyak yang membacanya belum sesuai tajwid. jadilah saya mengusulkan dalam satu pertemuan dibedah satu surat pendek. Alhamdulillah, gayung bersambut...dan akhirnya kita bisa "membedah" surat Al Fatihah dan beberapa surat pendek. Setidaknya untuk bekal bacaan sholat kita lah.

Dengan semangat yang semakin membara, alhamdulillah di ramadhan hari ke 28, kita bisa khatam untuk ketiga kalinya. Allohummarhamni bil Qur'an... Semoga semangat untuk terus menghiasi hari dengan Al Qur'an ini tetap bersemayam di hati kita dan terus bersemi selepas ramadhan...aamiin Ya Robbal 'aalamiin

Tadarusan dan Bukber bersama mahasiswa/i Indonesia di Leuven

Tinggal di negeri barat, bukan berarti kita mesti lebur dengan semua culture yang ada. Ambil aja yang baik-baik lah...yang tidak baik dan tidak sesuai syariat, buang deh jauh-jauh:-) Ketika kita tinggal di negeri barat, hidup sebagai kaum muslimin yang minoritas, kita ga boleh mati gaya untuk terus berupaya menjaga keimanan. dan alhamdulillah, komunitas muslim Indonesia di Leuven, kota tempat kami tinggal, pun memiliki kegiatan rutin dalam rangka untuk terus meningkatkan keimanan dan menguatkan ukhuwah, salah satunya yakni tadarusan pekanan. Selama Ramadhan pun kegiatan ini tetap berlangsung, bahkan terasa lebih semarak.

Rabu pekan pertama puasa diadakan pengajian. Muwajjihnya diimport dari Indonesia. Kereeen kan? beliau adalah ust. Dr. Abas mansur Tamam. Alhamdulillah kami mendapat siraman ruhani yang mencerahkan dari ustadz muda lulusan Al Azhar ini. Insya Allah resume tausyiah ustadz Abas akan saya sampaikan terpisah ya, biar kumplit. rabu-rabu pekan berikutnya, seperti biasa dilaksanakan tadarusan dan dilanjutkan buka bersama. Alhamdulillah kami berkesempatan menjadi tuan rumah sekali. Senang bisa menghiasi studio mungil kami dengan bacaan Al Qur'an, moga mendatangkan keberkahan bagi semuanya. Apalagi bisa menjamu orang-orang yang berpuasa, senanggg sekali. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal kebajikan. aamiin

Pengajian KPMI dan Pesantren Sehari - KPMI Kids

Tidak hanya di Leuven, di kota-kota yang lain ada juga komunitas muslim Indonesia yang memiliki kegiatan serupa, meski ada yang bersifat kegiatan bulanan, dua bulanan atau insidental. yang penting, kita tetap ada upaya dan semangat untuk meningkatkan ketaqwaan dan saling menasehati antar sesama muslim. Nah, begitu pula di Belgia, ada KPMI. Keluarga pengajian Muslimin Indonesia di Belgia. Setiap bulan sekali, umat muslim di Belgia mengadakan pengajian di Aula KBRI. Selain sarana untuk menambah pengetahuan agama, acara seperti ini juga bermanfaat untuk saling mengenal antar sesama muslim dan menguatkan ukhuwah. Dan buat saya sendiri, saya merasa merekalah keluarga saya di sini, saya jadi tidak merasa kesepian. Alhamdulillah.

Khusus di bulan ramadhan, pengajian KPMI tidak dilaksanakan bulanan, melainkan pekanan. jadi setiap hari Sabtu selama ramadhan ada pengajian dan buka puasa bersama. Alhamdulillah, meski tidak bisa hadir setiap pekan, saya bisa hadir dua kali selama Ramadhan.

Satu kegiatan bagus yang di-organize adalah Pesantren Sehari - KPMI Kids. Setahu saya, sebelum ini belum pernah ada kegiatan seperti ini. anak-anak yang berusia 6-15 tahun, dikumpulkan bersama dalam suatu kegiatan, lalu menginap bersama. Alhamdulillah, saya pun berkesempatan untuk menjadi bagian dari acara ini. Saya dihubungi oleh kak Andi, koordinator acara ini, untuk ikut membantu menjadi pengisi. Meski baru dihubungi H-1, saya yang memang pecinta anak-anak dan rindu kebersamaan bersama anak-anak (dulu saya pengajar TPA dan pengelola pengajian anak-anak...hehe), langsung meng-iya-kan. Apalagi suami juga mendukung.

Singkat cerita, hari itu, Sabtu 28 Juli, berkumpullah sekitar 20-an anak-anak dengan usia yang cukup beragam, mulai 6 th sampai 15 tahun, bahkan ada anak yg berusia 3 dan 4 th yang ikut-ikutan (karena kakak-kakaknya ikut). Pokoknya ramee deh... Anak-anak ini meskipun berpuasa, seperti punya seribu energi. Kejar-kejaran terus, teriak-teriak, kaya' ga habis energinya...hehe. Bertempat di salah satu sisi gedung KBRI, kami berkumpul bersama.

Sekitar jam 5 sore, acara pun dimulai oleh kak Andi. Acara dilanjutkan dengan belajar gerakan dan bacaan sholat, belajar do'a sehari-hari, serta belajar surat-surat pendak dan membaca sholawat. Nah di sesi yg terakhir inilah, belajar surat-surat pendek dan membaca sholawat, saya diminta untuk membantu menjadi pengajar. Wah...ternyata mengajar anak-anak butuh kesabaran dan ketelatenan yang luar biasa. Dikke duim voor alle mama, alle juffrouw! Musti kreatif dan punya cara khusus untuk menarik perhatian anak-anak. Setelah acara belajar, kita sholat ashar berjam'ah kemudian berlanjut ke acara dongeng. kak Andi yang super kreatif itu pun mendongeng sambil menggambar di papan tulis. Kereen deh... mulutnya bercerita dan tangannya menggoreskan tinta untuk menggambar. Cerita hikmah yang disampaikan oleh Kak Andi pun jadi tambah seru. Sayangnya, ada beberapa anak yang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar sehingga ia tidak mengerti jalan cerita yang disampaikan kak Andi. Setelah itu berlanjut ke menggambar kaligrafi. Masing-masing anak mengeluarkan alat tulisnya. Setelah kak Andi memberi contoh, suasana pun langsung senyap. Masing-masing anak berkonsentrasi dengan gambarnya. Tak lama kemudian, waktu adzan maghrib berkumandang. Sebagian besar anak-anak telah berpuasa seharian, 19 jam lamanya. Hebaaat kan? Saatnya berbuka...Alhamdulillah. Setelah itu, anak-anak bergabung dengan para orang tua yang sedang pengajian di Aula KBRI. Setelah ta'jil dan sholat maghrib berjama'ah, anak-anak kembali ke ruang pesantren, untuk melanjutkan kegiatan. Sayang...saya ga bisa ikut menemani anak-anak untuk menginap dan melanjutkan kegiatan. Dari kabar yang saya dapat, acara pesantren berlanjut dengan buka puasa bersama, menginap, sahur bersama, dan membuat hiasan magnet. Subhanalloh, kegiatan seru ini berakhir keesokan siang harinya. Banyak pihak yang menilai positif acara ini dan berharap acara serupa bisa dilanjutkan di kesempatan berikutnya. Semoga... kegiatan ini bisa lebih baik dan lebih bermanfaat lagi di masa mendatang.

(bersambung)

Ramadhankoe : Ini Ramadhan keempat (1)


Ramadhan ini bukanlah Ramadhan yang pertama... Sudah hampir 30 Ramadhan, kujalani sejak lahir (aku lahir di bulan Ramadhan :-)) atau Ramadhanku yang ke 4 di tanah rantau. meski demikian, aku tetap excited menyambutnya. Kenapa ya? Apalagi kalau tidak karena "bocoran" Allah tentang betapa mulianya bulan ini. Betapa besar "sale" yang sudah dijanjikan oleh-Nya.... Welkom Ramadhan 1433 H!

Di beberapa tulisan mendatang berisi tentang beberapa aktivitasku untuk menghiasi ramadhan
- Program yaumiah
- Rihlah, Buka dan Sahur bersama Saudara di Praha (21-23 Juli)
- Tadarus Al Qur'an Online, Khatam Tiga kali (setiap hari dari Senin-Jum'at)
- Tadarusan dan Bukber bersama mahasiswa/i Indonesia di Leuven (setiap hari Rabu)
- Pengajian KPMI (setiap Sabtu)
- Pesantren Anak (28 juli)
- Takziah dan Membantu merawat jenazah (7 Agt)
- Bikin kue (9 dan 13 Agt)
- Menjemput Lailatul Qadar (14 Agt)

Program yaumiah

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Setial amal kebajikan akan dilipatgandakan pahalanya. Wah... siapa yg tidak tertarik?? Apalagi saya, yg merasa amal kebajikan belum seberapa, malahan catatan amal keburukan yang mungkin sudah menggunung. Astaghfirullohal adziim...

Katanya bulan ini memang konon sangat istimewa... yg biasanya pelit jadi suka berbagi, yg biasanya jarang senyum, jadi ramah, dan yang biasa kurang tidur jadi... (isi sendiri yaah...hehe). Memang dahsyat bulan ini, sampai-sampai Allah mengikat syetan-syetan dan menutup rapat pintu neraka. So, kalau masih saja ada yang bermaksiat berarti bukan karena syetan donk... Bulan ini memang bulan yang pas untuk melatih diri untuk menahan lapar, dahaga dan nafsu. nah, saya sendiri menjadikan bulan ini untuk melatih diri untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah. Bersyukur saya tidak sendirian, ada suami, teman, sodara yang memiliki keinginan yang sama...sehingga kita mebisa saling menguatkan dan saling menyemangati.

Ibadah yaumiah seperti sholat fardhu, sholat sunnah, tilawah Al Qur'an, tadabbur Al Qur'an, hafalan, shodaqoh, sampai i'tikaf pun di-planning. Kami buat catatannya, agar bisa di-mutabaah alias dievaluasi. Semoga Allah memudahkan dan menerima...dan yang tidak kalah pentingnya, semoga tetap bisa di-istiqomah-kan selepas ramadhan...aamiin...

Satu target yaumiah yang belum terlaksana tiga Ramadhan belakangan adalah i'tikaf. Hmmm... rinduu skali dg kegiatan ini. Semoga tahun ini terlaksana... (cerita lengkapnya baca di tulisan selanjutnya ya).

Emang benar bahwa "al imaanu yaziidu wa yankus", artinya : iman itu naik dan turun. Itu dalil yang sering dijadikan alasan kalau ibadah kita naik-turun, saat terasa malas beribadah. tetapi apa iman seperti itu secara otomatis?secara tiba-tiba? ternyata tidak... iman akan naik karena amal sholeh dan akan turun karena kemaksiatan. Nah, berarti ibarat maen mobil-mobilan, kita yang pegang remote control-nya. kalau udah melakukan amal sholeh, terus dijaga...ya dijaga ibadahnya dan keikhlasannya. sebaliknya, kalau udah bermaksiat, musti cepat-cepat bertaubat dan memperbanyak amal sholeh utnuk "tambal sulam" begituu... Masalahnya, kadang kita ga sadar kalau sedang/telah bermaksiat. misal ga sengaja bergunjing, berprasangka buruk, sombong, dan sebagainya... Salah satu solusinya, ya belajar dari Umar ra, yang setiap harinya sebelum tidur, beliau bermuhasabah, bertaubat dan memaafkan orang lain. jadi, ga nunggu lebaran saling memaafkannya...hehe

Semoaga dengan bekal "tabungan" ramadhan kita, Allah mengangkat derajat kita menjadi golongan orang yang bertaqwa. taqabbalallohu minna waminkum, syiyamana wasyiyamakum, qiyamana waqiyamakum, kullu 'aam wa antum bi khoir...

Rihlah, Buka dan Sahur bersama Saudara di Praha

Puasa kali ini diawali saat kami tidak berada di rumah kedua kami (rumah kedua=Belgia). Kebetulan, sejak beberapa hari sebelum puasa, suami harus mengikuti conference di Praha. Jadi teringat saat hari pertama puasa, kami bangun kesiangan sehingga ga sempat sahur (sepertinya sih agak kecapaian setelah jalan-jalan ke karlsteijn Castle). Kasihan sekali suamiku karena hari itu hari terakhir conference dan puasanya juga panjang (sekitar 18 jam). kalau saya sih, ga masalah...karena kebetulan memang sedang tidak puasa. Alhamdulillah 'ala kulli hal, Allah memberi kekuatan padanya.

Keesokan harinya, ga pingin kecolongan lagi... saya tidak tidur terlalu larut. Berbekal makanan sisa makan malam (maklum, hotel ga menyediakan makan sahur...hehe), aku menemani suamiku makan sahur. Hari itu, kami harus check out dari hotel. Mas Ali, sepupuku yang memang tinggal di Praha, memboyong kami ke rumahnya. Wah senangnya... Senang karena bakalan buka puasa bersama sodara dan senang akan bertemu duo ponakan yang cantik-cantik dan menggemaskan. Benar sekali dugaanku! Sekitar 2 jam menjelang buka, mas Ali mengajakku menyiapkan buka. Dia mengeluarkan beberapa tas kresek besar dari kulkas...yang isinya daun kemangi dan kangkung. Fresh from the garden! Ya Allah, saya udah lama ga makan kedua jenis sayur ini... di belgia ga ada kemangi dan kangkungnya mahal:) Dengan bimbingan chef Ali, kita bikin sambel kemangi (yang akhirnya saya juga bawa sebotol gedhe ke Belgia...hehe), tumis kangkung, sayur lodeh, ikan bakar, ngegireng kerupuk. Hmm....ngecess dah sepanjang masak-memasak kali ini...hehe.

Allohu Akbar Allohu Akbar...adzan maghrib berkumandang saat jam menunjukkan jam 9 malam. Alhamdulillah... saya yang ga ikut puasa pun ikut senang melihat wajah-wajah sumringah para shooimin...hehe. Setelah berta'jil kurma dan es buah, mereka langsung sholat berjama'ah. dan kemudian dilanjutkan dengan menyantap makan besar. Sungguh menu yg sangat istimewa, berbeda dengan buka puasa kemarin yang serba seadanya. Sambil menikmati sajian luar biasa ini pun kami bercanda dan ngobrol ngalor-ngidul..... fabiayyi 'aala irobbikumaa tukadz dziban. Indahnya!

Keesokan harinya, sekitar jam 2 pagi kita sudah terbangun untuk persiapan sahur. Meski perut masih terasa kenyang karena baru beberapa jam yang lalu diisi, sekarang kami tetap harus mengisinya. 'kan melaksanakan sahur itu sunnah rasul. Apalagi hari ini kami juga berencana akan rihlah ke sumber air panas "Karlovy Vary", yang berjarak 123 km dari Praha. Musti jaga stamina dan isi "bensin" dulu sekarang... insya Allah berkah:-)

Hmmm...kebersamaan ini sepertinya harus berakhir esok hari karena kami harus kembali ke Belgia. Insya Allah akan dilanjutkan lain waktu...Subhanalloh bisa berbuka dan sahur bersama orang terkasih sangatlah menyenangkan, apalagi menunya juga sangaaat istimewa. Di sisi lain, tetep kita harus menghindari berlebih-lebihan...karena bisa jadi, di saat yang sama, saudara-saudara kita di belahan bumi yang lain tidak bersahur atau berbuka. Bukannya tidak mau berbuka/sahur, tetapi mereka tidak punya makanan untuk buka ataupun sahur. Semoga kita terhindar dari berlebih-lebihan dan mubadzir.

(bersambung)

maandag 9 juli 2012

Be Thankful... Alhamdulillah...

 sumber gambar : aqisthiaf.blogspot.com

Alhamdulillah, segala puji hanya kupanjatkan pada-Mu
Tiada kata yang lebih pantas terucap selain puji-pujian atas segala kebesaran-Mu
Syukur...syukur...dan syukur

Mengapa?
karena sampai detik ini,
Kau masih curahkan berjuta nikmat padaku
yang konon kabarnya kenikmatan dunia ini hanya 1% dari seluruh kenikmatan-Mu
di surga-Mu lah kenikmatan yang paripurna

Ya Allah Ar Rahmaan Ar Rahiim

Aku belajar mensyukuri nikmat SEHAT saat SAKIT
Aku belajar mensyukuri nikmat BERKUCUKUPAN saat BERKEKURANGAN
Aku belajar mensyukuri nikmat WAKTU LUANG saat KEHABISAN WAKTU
Aku pun belajar betapa besar nikmat HIDUP saat melayat orang yang MATI

Aku belajar tentang ikhlas saat ujian datang
Aku belajar sabar saat keinginan belum terwujud
Aku belajar tawakkal saat ada yang mengecewakan
Aku belajar berharap (raja') saat dilanda kecemasan
Aku belajar bijak, cerdas dan kreatif saat dihadapkan pada permasalahan
Aku belajar menerima (qana'ah) saat diberi sedikit
Aku belajar syukur saat diberi yang baik
Aku belajar memaafkan saat didzolimi
Aku belajar berlapang dada saat berbeda pendapat
Aku pun belajar amanah saat dikhianati

Aku belajar betapa berartinya hidup saat bisa memberi manfaat
Aku belajar betapa keberkahan harta yang dimiliki saat bisa berbagi
Aku belajar betapa indahnya kasih sayang saat bisa menerima kekurangan dan berbagi cinta
Aku belajar untuk menjadi hamba-Mu yang terbaik saat membaca kisah-kisah manusia pilihan-Mu

Ya Rabbi, di setiap kejadian yang kualami tidaklah ada yang sia-sia, selalu Kau sisipkan sebuah hikmah.
Aku kan selalu belajar untuk selalu berbaik sangka pada-Mu
Ampunilah segala khilaf hamba selama ini dan yang akan datang

Segala puji bagi-Mu atas kesempatan hidup di dunia ini
Semoga aku senantiasa bisa bersyukur...
pada kedua orang tuaku yang telah membesarkan dan mendidikku
pada suamiku yang selalu membimbingku untuk menjadi istri yang sholehah
pada guru-guruku yang telah mengajarkan banyak ilmu untuk semakin dekat pada-Mu
pada saudara-saudaraku yang senantiasa meringankan beban, saling mendo'akan dan saling menguatkan
pada sahabat-sahabatku yang senantiasa mengapresiasi, saling mengingatkan dan saling berbagi
pada semua orang yang telah mengajarkan berjuta hikmah dalam hidup dan kehidupan
karena itu semua, hidupku menjadi terasa INDAH and so colourful
Muliakanlah dan lindungilah mereka semua ya Allah....

Dan hari ini, aku belajar untuk lebih mensyukuri nikmat UMUR, saat berkurang satu jatah umurku...



Allahumma arinal-haqqa haqqan warzuqnat-tiba'ah, wa arinal-batila batilan warzuqnaj-tinabah, bi rahmatika ya arhamar-rahimeen
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii
Rabbigh firli wali walidayya war hamhuma kama rabbayani shoghiro
Rabbana hablana min azwajina wa durriyatina qurrota a'yun wa ja'alna lil muttaqina imaman
Rabbana atina fid-dunya hasanatan wa fil 'akhirati hasanatan waqina 'adhaban-nar

09071983-09072012

NB: Bagi yang ingin baca cerita kelahiranku, silakan diintip di catatan yang terdahulu.

donderdag 28 juni 2012

Hadiah

The environmentally-friendly radio

27 Juni 2012
Teeet...Teeet... Teeet...
Bel di studioku berbunyi. Merasa tidak memiliki janji dengan siapapun, tak kuhiraukan suara itu. Berselang 1-2 menit, bel itu bersuara lagi. Hmm...kuputuskan untuk turun ke lantai dasar. "Siapa tahu ada tamu penting", pikirku.

Sesampainya aku di pintu lantai dasar, ada sepasang bule yang menghampiriku. Dia langsung bilang, bent u Ahmad? Oo... ternyata sepasang suami istri ini janjian dengan suamiku. Aku pun minta maaf, kalau sudah menunggu lama. tetapi dia bilang bahwa mereka baru saja sampai. Oo... terus siapa yang mengebel tadi? Mereka bilang, mungkin postbode-man. Dia tampak baru keluar dari gedung ini. Aku pun langsung mengecek kotak pos kami. Oh ya, ternyata ada beberapa surat dan pesan yang ditinggalkan Pak Pos. Pesan itu untukku, hmm...paket apa ya? dari siapa? isinya apa? Banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiranku. Hmm..sudahlah, besok akan kuambil paket itu di alamat yang ditinggalkannya.

Keesokan harinya, aku langsung ke kantor Pos di centrum. Eeh...paket untukku ga ada. Ternyata aku kurang jeli melihat alamat di surat itu, alamat yang tercantum bukan alamat kantor Post Centrum leuven, melainkan sebuah kios majalah (yang bekerja sama dengan kantor Pos, sebagai tempat pengambilan paket/surat juga). Aku pun langsung pulang, mengambil sepeda dan langsung kugowes sepeda ke kios itu. Setelah memberikan tanda bukti pengambilan paket, bapak pemilik kios itu memberikanku sebuah bungkusan. Aku tersenyum dan berterima kasih. Dengan dipenuhi berbagai pertanyaan, kuuamati bungkusan itu. Aha, aku tahu!, seruku dalam hati begitu melihat logo EU di ujung bungkusan.

---

Tanggal 12 Mei 2012, aku dan seorang temanku, Erin, jalan-jalan ke Brussel, kebetulan sedang ada Open day EU. Untuk sementara, ceritanya kusampaikan melalui foto-foto ini ya. Cerita lengkapnya, lain waktu ya...






hasil perburuan alias hadiah-hadiah yang didapat...hehe

Seruuu kan? Dari info yang saya dapat, Open Day EU ini dilaksanakan setiap tahun sekali (tiap awal Mei). So, bagi yang ingin berburu, dateng aja tahun depan. bawa tas kresek yang besaaar...^_^

---

22 Juni 2012 aku mendapat sebuah email dari pegawai EU. Dia mengabarkan bahwa aku menjadi salah satu pemenang undian dari teen quiz saat Open Doors Day sebulan yang lalu. (Teen quiz? berarti untuk teenager dunk? yup. sewaktu kita minta soal untuk ikutan kuisnya, petugasnya nyodorin kita lembaran untuk teenager. Tadinya kita juga nggak "ngeh". Baru nyadar saat ada bapak-bapak yang ngerjain kuisnya di sebelah kita. Lho koq soalnya lebih sedikit dan lebih gampang (sepertinya...hehe)?, pikirku. Oo...ternyata soal untuk adult lebih sedikit. Yo wes, ngga apa-apa deh. Mungkin wajah kami masih pantes jadi remaja...hehe.).
Alhamdulillah, aku berhak mendapatkan sebuah "environmentally-friendly radio". Radio itu melengkapi hasil perburuanku bulan lalu, dan kini sudah mejeng di meja belajarku...Alhamdulillah

Leuven, 28 Juni 2012

Go to Islamic (Cyber) Campus!



Berawal dari obrolan dengan teman yang sama-sama sedang mendampingi suami di perantauan, saya jadi kepikiran...serasa diingatkan jg akan pentingnya (untuk terus menguatkan) pemahaman syari'ah. Berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama, tinggal di lingkungan yang memiliki "keterbatasan" sarana ibaadah, dan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang (terkadang) tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Waktu itu baru beberapa bulan aku mulai menghirup udara Belgia (yang ternyata sama saja...hehe). Mulai sibuk dengan aktivitas kursus Bahasa Belanda setiap hari. Mulai punya banyak teman dan kegiatan. Pengalaman ditanya oleh teman2 tentang jilbab, tentang makanan halal, puasa, dan sebagainya akhirnya juga saya alami. Hal itu ternyata membuat saya jadi membenarkan statement temen2 saya, yg sudah lebih lama tinggal di benua Eropa atau belahan bumi yg lain. Pemahaman syariah mutlak diperlukan!

Bersyukur sekali, setiap pekan aku masih bisa duduk "melingkar" bersama ikhwah filLah, meski melingkarnya di depan laptop masing-masing. Karena terpisah jarak...seringnya kegiatan itu dilakukan secara online dan temu darat hanya dilakuakan beberapa bulan sekali. Hal sederhana yang menjadi re-charge ruhiyah kita.

Tak hanya itu, terpikir juga untuk mengajak teman2 mahasiswi muslimah asal Indo yg sedang belajar di sini, untuk sama-sama menunaikan hak persaudaraan, yakni saling menasehati dan menguatkan. Akhirnya, terbentuklah pengajian muslimah Az Zahra. yang alhamdulillah, sampai saat ini masih berjalan rutin setiap pekan (seringnya) secara online. Bergabung dg komunitas muslim setempat pun kujalani, meski dengan keterbatasan bahasa. Alhamdulillah, memang Islam tidak membatasi suku-bangsa-bahasa-warna kulit. Ukhuwah pun terasa indah dalam balutan ya Salam...

Seiring berjalannya waktu, azzam pun semakin menguat untuk meningkatkan kompetensi diri. Kompetensi untuk memahami syariah ini dengan baik, agar bisa mengamalkan dan mendakwahkan. Selain itu, sebagai bentuk upaya untuk menjadikan diri ini agar Dia pandang layak untuk menjadi seorang (calon) ummi. "Al Umm madrasatul 'ulaa". Menyiapkan bekal...agar kelak ketika amanah datang, bisa tunaikan kewajiban.


Back to campus! Alhamdulillah, sudah sepekan ini aku terdaftar sebagai mahasiswa di Kampus syariah. Sebuah keputusan yang agak terlambat sepertinya. Akan tetapi, seperti kata wong Londo , "Beter laat dan nooit". Bismillah, aku mengambil keputusan ini. Keputusan yang diiringi sebuah tanggung jawab untuk terus istiqomah, dalam belajar, beramal dan berdakwah.

Bismillah...moga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan... Aamiin Ya Robb

donderdag 21 juni 2012

Ramadhan sebulan lagi...

Pagi ini aku melihat kalender yang telah di print oleh suamiku. Sebuah kalender yang dilengkapi dengan jadwal sholat (kami men-download-nya dari islamicfinder.org). Bukan apa-apa, karena hampir selalu ada perubahan jam sholat setiap harinya, walau perubahannya tidak pernah lebih dari 5 menit. Ditambah lagi di sini tak dapat kudengarkan suara adzan, kecuali jika laptopku menyala (aku sudah meng-install software adzan). Hmm...saat-saat seperti membuatku merasa bersyukur sebagai orang yang lahir dan besar di Indonesia. Di mana setiap waktu sholat terdengar jelas suara adzan dari corong-corong masjid. Bahkan tak jarang suaranya saling bersahutan, karena saking banyaknya masjid/mushola yang berdekatan. Sebuah kondisi yang mungkin saja kurang disyukuri saat aku ada di sana. Sekali pun adzan sudah berkumandang jelas, masih saja ada seribu satu alasan untuk tidak bergegas menyambut seruannya. Astaghfirullahal adziim

Kembali berbicara tentang kalender, sengaja aku melirik angka yang tertera di kolom ketiga (kolom pertama dan kedua adalah bulan dan tanggal dalam penanggalan Masehi). Tertulis angka "1", artinya tanggal 21 Juni ini bertepatan dengan tanggal 1 Sya'ban 1433 H. Aku pun terhenyak... Ya Allah, sebulan lagi Ramadhan. Apa aku sudah siap menyambut bulan-Mu yang mulia, penghulu dari bulan-bulan yang lain? Aku jadi malu hati...apalagi teringat, bahwa hari ini aku bangun kesiangan (jam stengah 5 pagi saja langit sudah ceraah..) jadi tidak sempat sahur untuk puasa sunnah, apalagi Qiyamul Lail. Padahal kedua ibadah yaumiah ini ingin kulatih untuk lebih diistiqomahkan...mengingat sebentar lagi bulan mulia yang telah ditunggu-tunggu akan datang. Semoga masih ada waktu untuk terus bersiap dengan persiapan yang terbaik...

Nah, setelah membaca dari berbagai referensi, saya coba share nih. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyambut Ramadhan...

1. Hendaknya kita berdo'a agar Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiyat.
Kalau kita ingat-ingat mungkin ada di antara kita yang tahun lalu masih bisa melaksanakan puasa dan tahun ini tidak lagi bisa menjalankannya, karena sudah tidak ada umur. Bahkan saya juga ingat, biasanya di daerah saya, menjelang Ramadhan ada orang yang meninggal dalam waktu hampir bersamaan. *kalau yg ini, mungkin hanya faktor kebetulan. karena umur adalah rahasia Allah* Dengan badan yang sehat, insya Allah kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Apalagi tahun ini, umat Islam di Belgia khususnya, akan menjalankan ibadah puasa di musim panas. yang artinya, waktu puasanya bakal panjaaang, sekitar 17-18 jam lamanya. Jadi, kondisi fisik yang sehat mutalk diperlukan...tentu dengan selalu berharap pada pertolongan Allah.
Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)
Para salafush-shalih pun selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Hendaknya kita syukuri atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita.
Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Hendaknya kita bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan.
Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Hendaknya kita buat agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan.
Ramadhan sangat singkat, berkisar 29 atau 30 hari saja! Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Hmm...bagi para orang tua, musti jadi orang tua yang kreatif nih. Apalagi Ramadhan kali ini bersamaan dengan musim liburan sekolah (zomer vakantie), yang artinya anak-anak banyak beraktivitas di rumah.
Sebagai alternatif kegiatan, bisa diintip : http://mideastfood.about.com/od/middleeasternfood101/a/ramadankids.htm , http://kluboase.com/2011/08/tantangan-30-hari-klub-oase-album/ , dan insya Allah masih banyak lagi alternatif kegiatan yang seru, mengasyikkan, dan bermanfaat. Being creative parents!

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan.
Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Bekali diri dengan ilmu yang terkait dengan ibadah di bulan Ramadhan, seperti hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. 
Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. "Al 'ilmu qobla 'amal" Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambutlah Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk.
Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]
Saya jadi ingat, kalau tidak salah... salah satu kebiasaan sahabat Umar bin Khoththob ra adalah beliau bertekad untuk menghilangkan SATU sifat buruk di setiap Ramadhan. So, adakah di antara kita yang tidak punya sifat/kebiasaan buruk?? Saya kira tidak ada. Oleh karena itu, saatnya kita jadikan Ramadhan ini sebagai bulan training untuk menghapus kebiasaan buruk kita, dan semoga selepas Ramadhan pun kebiasaan buruk tersebut tidak kembali lagi.

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs.
Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Menyiapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan, misalnya dengan :
- berbagi nasehat kebaikan melalui jejaring sosial yang kita ikuti, seperti FB, twitter, blog, dan sebagainya
- berusaha mengoptimalkan amaliyah sebagai seorang muslim yang baik, karena tidak jarang orang melihat apa yang kita perbuat. Jadikan senyum kita, akhlak kita, pakaian kita, ucapan kita...sebagai sarana dakwah, untuk mendekatkan seseorang kepada Allah dan untuk mengenalkan Islam (bagi non muslim).
dan masih banyak bentuk dakwah yang bisa kita lakukan. Semoga dakwah ini pun tidak berhenti saat Takbir kemenangan 1 Syawal...melainkan justru semakin semangat untuk menyebar kebaikan dan keindahan Islam.
10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih.
Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

11. Persiapan maaliyah/keuangan.
Mengapa kita perlu juga mempersiapkan hal ini? seperti yang kita pahami bersama bahwa ibadah di bulan Ramadhan, pahalanya akan dilipat-gandakan, termasuk berbagi dengan sesama dalam bentuk shodaqoh, infaq,dan juga ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat fitrah. Dengan adanya alokasi dana yang memang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, banyak hal yang akan bisa kita kerjakan, tentu dengan mengharap ridlo Allah.
Kita pun bisa menjalankan ibadah dengan lebih tenang. Bisa dibayangkan, jika di bulan Ramadhan kita masih harus kejar setoran, untuk biaya mudik, angpau ponakan, kue-kue, dan sebagainya. Waktu-waktu yang seharusnya banyak kita gunakan untuk tilawah Al Qur'an, berdzikir, sholat tarawih, hadir di kajian-kajian, dan berbagai ibadah yang dianjurkan lainnya, malahan habis di tempat kerja (atau terkadang, melewatkan sholat tarawih begitu saja dengan alasan capek...atau kadang tidak puasa... Naudzubillahi min dzalik).karena kita justra mengambil kerja extra untuk keperluan tadi. Hal ini tentu pengecualian bagi saudara-saudara yang masuk kategori dalam orang-orang yang diberikan rukhsoh/keringanan oleh Allah.
Ya, sebenernya, memang apapun yang dilakukan dengan niat mengharap ridlo Allah dan menjalankan amanah, bisa juga bernilai ibadah. Akan tetapi, bukankah akan lebih baik kalau kerjaan kita biasa-biasa saja (seperti hari-hari biasa atau bahkan dikurangkan -dengan catatan tanpa mengurangi produktivitas-), dan kemudian ibadah kita ditingkatkan?

Demikian beberapa persiapan yang bisa kita lakukan, semoga bisa jadi pengingat buat kita semua, khususnya saya sendiri yang masih teruuuus belajar. Semoga Allah memudahkan...

Wallohu a'lam bish showab
Referensi : dari berbagai sumber

woensdag 20 juni 2012

Met Milad Ummiku sayang...






tuuut...tuuut...tuuut....
"Assalamu'alaykum", kata ummi
"Wa'alaykumsalam...Ummi, ini Elly. Selamat ulang tahuuun...", sahutku cepat
"Makasih ya..."jawab ummi lembut
Belum sempat aku berbicara lebih lanjut, ummi sudah memberondongku dengan banyak pertanyaan. Lagi dimana? Sedang apa? Gimana dengan...ini...itu...? lancar? Dan aku pun menjawabnya dengan detail...panjang...lebar... Seperti lagi diwawancarai. hmmm...Berasa jadi orang penting. Ya...begituah sosok ummi, selalu perhatian. selalu ingat apa yang sedang aku geluti. Khususnya dengan rencana kami untuk menunaikan rukun Islam kelima, di tahun ini. Di akhir penjelasan, aku pun minta do'a beliau, agar Allah memberikan kelancaran semua urusan ini. Ummi pun meng-Aamiin-kan.
Kemudian, aku pun mengembalikan pembicaraan ke topik utama urusan telpon menelepon kali ini.
"Ummi pingin hadiah apa?", tanyaku ingin tahu. Berharap ummi menyebutkan sesuatu yang bisa kupenuhi. Mengingat aku belum banyak membahagiakannya...hmm, apa salahnya di hari ini aku memberikan apa yang beliau inginkan?
"Lha...kan sudah.", jawab ummi singkat.
Seolah menangkap kebingunganku, beliau meneruskan, "Kirimanmu kemarin, ummi tambahin dikit. Terus ummi beliin HP. HP made in C*** koq".
"HP ummi rusak?", tanyaku kembali setelah aku ingat transferanku beberapa hari yg lalu, yg tiada seberapa itu, bahkan untuk beli HP itu pun ga cukup.
"Ngga, itu loh...ummi beli HP yg bisa buat ngaji. Dah dari dulu ummi pingin itu", jawab ummi dengan senang
"Bisa buat ngaji?", tanyaku lagi
"Ya, HP ini memorinya besar, ga seperti HP yang ummi pake ini. jadi, tambah banyak surat yang bisa di-install. Selain mendengar murottal, biisa sambil baca juga karena layarnya lebar....", jawab ummi panjang lebar.
"Oo...syukurlah, alhamdulillah" jawabku singkat, sambil merenung. Ummi tetep seperti yang dulu...sederhana. Aku juga senang, ummi semakin menyibukkan diri dengan hal-hal yang mendekatkan diri pada Allah.
Setelah ngobrol tidak kurang dari 20 menit...sekaligus saling berlepas rindu, bertukar kabar..., aku pun menyudahi telepon dengan berucap, "Udah dulu ya Ummi. Moga ummi sehat terus... jangan cape-cape. semoga selalu dilapangkan rizkinya, dicukupkan sama Allah". Sejujurnya kuucapkan kalimat-kalimat penutup ini dengan dada sesak, mata memanas, dan mulut yang terbata-bata...
Bak sekam yang tersulut api, ummi yang berada di ujung telepon menjawab dengan suara bergetar, "Aamiin...makasiih yaa... Ati-ati yo Nduk, mugo lancar kabeeh...".
Aku yang tidak bisa lagi banyak kata menjawab, "Nggih ummi, insya Allah...matur nuwun, do'ain terus ya. Assalamu'alaykum"
"Wa'alaykumsalam warohmatullohi wabarokatuh", sambung ummi dengan nada yang tampak ditegar-tegarkan, meski kuyakin air mata sejuknya sudah menetes...menyisakan aku yang duduk termangu larut dalam haru, sambil terus memanjatkan do'a untuk ummi tercinta.
Click, sambungan telepon terputus.

Ya Allah, ampuni hamba yang belum berterima kasih dengan layak pada ummi, atas semua cinta, kasih sayang dan pengorbanannya
Ya Allah, hanya kepada-Mu beliau kutitipkan, semoga beliau selalu berada dalam perlindungan-Mu
Ya Allah, hanya kepada-Mu hamba memohon...
Karuniakanlah ummi kesehatan yang barokah dan bukakanlah jalan kebaikan untuknya
Karuniakanlah ummi kekuatan, ketegaran dan kesabaran
Karuniakanlah beliau keimanan yang semakin kuat setiap harinya, hingga ajal menjemput
Muliakanlah beliau di dunia dan di akhirat (nanti), Ampunilah khilafnya dan jadikanlah ia orang yang dicintai orang-orang yang disekelilingnya...aamiin 
Robbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaani shoghiiro

I love u, Ummi.

Leuven, 20 Juni 2012

maandag 11 juni 2012

Ingin Belajar Bahasa Arab? (2)

sumber gambar :  http://puchsukahujan.wordpress.com/tag/bahasa-arab/

Assalamu'alaykum

Kaifa haluk ya ukhti wa akhi?

Membaca judul postingan kali ini, mengingatkan kembali pada postingan saya setahun yang lalu : http://ellyromdliyana.blogspot.be/2011/06/belajar-bahasa-arab.html , ya kan?

Nah saya beri judul yang sama karena kali ini saya ingin share lagi link lain sebagai alternatif belajar Bahasa Arab. Saya sendiri bertekad...bismillah...mg ikhtiar kali ini tidak putus di tengah jalan (lagi), seperti sebelum-sebelumnya.

Berikut ini link :
Kuliah Online (bisa diunduh mp3-nya): http://edywitanto.wordpress.com/belajar-bahasa-arab/
Rekomendasi: jika memungkinkan, mohon beli hardcopy-nya dari alamat yg ada di buku tsb.
 
Yuuuk...mari kita luruskan niat, kuatkan azzam, bismillah...mulaiii...  ^_^
Semoga Allah beri kekuatan, kemudahan dan keistiqomahan... barokallohu fiik..bit taufik wannajah, aamiin


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-sunnah), 
serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab
maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam 
kecuali dengan bahasa Arab
Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. 
Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah dan menegakkan syi’ar-syi’ar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.” 
(Iqtidho Shirotil Mustaqim).
 
 
Wassalam

dinsdag 8 mei 2012

Aku (Belum) Terlambat Mengatakannya...

Hari itu seusai sholat maghrib, aku dan suami berkunjung ke tetangga seberang. Senang sekali setelah bertahun-tahun tinggal di Belgia, sekarang punya tetangga, sama-sama orang Indo pula. Jadi bisa saling anjang sana, seperti yang kami lakukan malam ini.

Apartemen yang hanya berjarak beberapa meter, tepatnya hanya berseberangan jalan dengan studio kami, nampak minimalis dan agak modern. Modelnya yang modern sangat pas jika dilihat bangunan keren di seberangnya, yaitu campus Vlerick. Eiits...koq jadi ngomongin bangunan apartemennya sih...hehe. Kembali ke laptop!

Keluarga yang akan kami kunjungi kali ini adalah keluarga asal Aceh. Keluarga kecil ini sedang berbahagia sekali karena setelah penantian berbulan-bulan, akhirnya mereka bisa berkumpul bersama. Mbak Dekta dan putrinya, Nadia, baru datang menyusul ke Belgia beberapa hari yang lalu. Alhamdulillah...

Meski jam sudah menunjukkan waktu yang agak larut, kami masih asyik mengobrol. Sampai suatu saat mbak Dekta menunjukkan setumpuk novel yang baru dibawanya dari Indonesia. Hwaa... aku langsung menyambutnya dengan mata berbinar-binar. Kalaaap! Maklumlah sejak tinggal di Belgia, kesukaanku membaca novel agak sulit dikerjakan, aku hanya mengandalkan ebook-ebook gratisan yang bertebaran di dunia maya. Padahal tidak semua novel yang best seller itu ada ebook-nya. Nyaris kalap pingin pinjem semuanya, akhirnya kuputuskan untuk meminjam sebuah novel berjudul "Ayahku (Bukan) Pembohong" karya Tere Liye. Ingin tahu kenapa saya tertarik dengan novel ini?

Mbak Dekta bercerita, setelah membaca buku ini, 
Nadia langsung menelepon ayahnya dan berkata, "Nadia sayang Ayah...". 
Kalimat sederhana itu meluncur lembut dari bibir mungilnya 
dan berhasil membuat sang Ayah yang berada di ujung telepon berkaca-kaca menahan haru.


Baru membaca sinopsis belakangnya, hatiku membeku...kaku...perih seperti terantuk batu...teringat almarhum Abah yang sudah beristirahat di sana. Setitik embun nyaris menetes dari sudut mataku. Tahaaan...tahaaan... Alhamdulillah, aku berhasil menahan "bendungan" ini agar tidak jebol. 'Kan malu kalo ketahuan...hehe

Tak lama kemudian, kami pun berpamitan... Tak sabar rasanya kutunggu hari esok, untuk memulai petualanganku bersama "Ayah".

Keesokan harinya, mulai kubaca halaman demi halaman, lembar demi lembar dengan penuh semangat...meski pekerjaan itu kulakukan sambil disambi, atau terhenti karena memasak, berbelanja, membersihkan rumah, makan, sholat, ngaji, mandi, dan tidur. 

Sejujurnya, membaca bagian awal dari novel ini, jiwaku tak terlalu terbawa karena Abah-ku (agak) berbeda dengan karakter "Ayah". Hal ini agak berbeda saaat aku membaca novel Hafalan Sholat Delisa karya penulis yang sama, sejak awal aku sudah bersimbah air mata. Alur cerita yang maju-mundur, membuat novel ini menjadi seru (menurutku). Dan akhirnya....tiba di bagian-bagian akhir... aku menyerah. Tak mampu kumenahannya...terlebih saat kusadari bahwa Aku terlambat mengatakannya...

 ..., dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat mengatakannya. (kutipan sinopsis di sampul belakang novel)

Aku tak bisa melakukan seperti yang dilakukan Nadia. Mengangkat telpon dan memencet nomor telpon Abah mungkin bisa... tapi yang akan mengangkatnya adalah Ummi, bukan Abah. Abah sudah tiada setahun yang lalu, tanpa kusempat mengatakannya. Mengungkapkan kata-kata yang sama seperti yang diucapkan Nadia pada ayahnya. Begitu pun berlari memeluknya...aku juga tak bisa. Bahkan aku sudah tak serumah dengan beliau hampir empat tahun yang lalu.

Memohon pada Allah untuk bisa mengatakannya meski lewat mimpi? itu tidak menjadi pilihanku.

Apa yang bisa kulakukan? Ya Allah, aku hanya ingin mengatakannya... Sudahkan ini betul-betul terlambat?


Seusai sholat maghrib, aku terpekur. Hanyut dalam syahdu permohonan pada Sang Maha Kuasa. Kuungkapkan semua rasa. Mungkin ini salah satu cara Allah untuk mengingatkanku agar aku terus berbakti pada kedua orang tuaku, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada. Aku tak akan pernah mampu membalas kebaikan mereka. Bahkan aku merasa belum bisa membahagiakan almarhum Abah dan aku...aku belum sempat mengatakannya. 

Dalam hati aku terus berjanji, untuk bisa mengungkapkan rasa ini dengan caraku sendiri. Suatu cara yang berbeda dengan yang dilakukan Nadia. Aku hanya ingin berusaha menjadi anak yang sholeh yang kebaikannya terus mengalir pada kedua orang tuanya... Semoga amal kebaikanku yang masih sedikit ini terus mengalir pada beliau berdua....Abah dan Ummi...

Kalau pun aku tak mampu membahagiakan mereka di dunia, 
semoga aku bisa membuatnya tersenyum bahagia di Jannah-Nya nanti.
aamiin

Abah, meski raga telah terpisah. Aku berjanji...berjanji pada diriku sendiri. 
Untuk selalu mendo'akanmu...
Allohummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu
Allohumma laa tahrimna ajrohu walaa taftinna ba'dahu waghfirlana walahu
Untuk selalu mencontoh kebaikan yang telah kau ajarkan...
Agar pahalanya juga mengalir padamu
I love u, Abah

Robbanaa aatina fid dunya hasanah wafil aakhiroti hasanah wa qina 'adzaabannaar
Robbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaani shoghiiro


Leuven, 8 mei 2012
with love,
Elly
*suasana di luar mendung...terkadang gerimis...membuat hatiku semakin melow dibuatnya*