donderdag 22 augustus 2013

Takdir



Dear all,

Baru saja saya membaca status FB seorang sahabat yang membuat saya semakin yakin bahwa inilah hidup...kehidupan dan kematian menjadi rahasia Allah.

Penasaran dengan statusnya? kurang lebih isinya begini (saya ubah dengan bahasa saya yaa... )...
"... Alhamdulillah, telah lahir putri pertama kami....pagi tadi. Tak sabar kuceritakan kabar gembira ini kepada ibunda tercinta. Kurasakan aroma bahagia dari seberang sana, dari suara ibunda tercinta. Sore harinya, tak dinyana kuterima kabar duka. Ibunda tercinta telah berpulang kepada Pencipta-nya. ..."

Ya Allah, senyum manis yang terlukis di bibirku saat membaca status ini di awal pun...sontak berubah menjadi genangan air mata saat membaca kalimat-kalimat terakhirnya. Alhamdulillah wa innalillah....

Hidup mati memang benar-benar ada di tangan-Nya. Semoga kita mengisi hidup ini dengan memperbanyak bekal untuk kehidupan setelah kematian kita..aamiin

teriring do'a tuk sahabatku...semoga Allah kuatkan dan beri kesabaran... semoga putrinda menjadi anak yang tumbuh sehat, cerdas dan sholehah. dan semoga ibunda senantiasa dalam naungan rahmat-Nya. aamiin # peluk erat #


maandag 19 augustus 2013

Rindu



Duhai...
Kerinduan ini terasa semakin jelas
Bahkan sampai terekam di bawah alam sadarku

Terima kasih ya Allah
Kau telah mengobati kerinduanku
Kau telah mempertemukanku
dengan orang-orang yang kurindukan
meski hanya sekejap
meski hanya dalam mimpi

Alhamdulillah...

Do'aku
agar Allah selalu menyertai setiap langkahmu
agar Allah membahagiakan dan menenttramkan hatimu
agar Allah sampaikan salam rinduku padamu

Leuven, 19 Agustus 2013

dinsdag 13 augustus 2013

Cerita Charlotte



Dear all,

Setelah sebelumnya saya bercerita tentang Victoria, muallaf Belgia yang kutemui di acara Benefit Ramadan yang lalu, kali ini aku ingin cerita tentang Charlotte. Siapakah dia? Dimanakah aku bertemu dengannya? Apa yang ingin kuceritakan tentangnya? siip..simpan dulu pertanyaannya yaa...Aku akan menceritakannya satu per satu :-)

Charlotte adalah seorang gadis cantik kelahiran Belgia yang usianya belum genap18 tahun. Pertemuan kami memang tidak disengaja. Saat Ikram, anak dari temanku yang orang Maroko, silaturrahim ke rumahku beberapa hari yang lalu, dia mengajak temannya, Charlotte. Awalnya, nothing special dalam obrolan kami. Sampai kemudian Ikram memperkenalkan temannya ini.

Si gadis manis berkulit putih ini tampil cantik dengan hijabnya. Dengan santun ia menceritakan bahwa Ramadhan ini adalah puasanya yang pertama. Lho koq? Ya, Charlotte ini baru mengucap syahadat bulan Oktober tahun lalu. Charlotte yang memiliki nama muslim Amina ini mengaku senang dan tenang selepas memutuskan menjadi muslimah, meski belum semua keluarga besarnya menerima ke-Islam-annya. Akhirnya aku pun menodongnya untuk menceritakan perjalanannya menemukan hidayah Islam dan kondisinya saat ini.

Akhirnya mengalirlah cerita ini dari bibir oeghti Amina :-)

Charlotte mulai mengenal Islam dari teman-temannya saat ia bekerja di supermarket SPAR. Dia juga sempat terlibat dalam obrolan teman-temannya, tapi sedikit pun dia tidak tertarik, hanya respect saja. Teman-temannya ini sesekali memberikannya buku-buku tentang Islam. Ada beberapa sih yang ia baca, tapi masih saja tidak ada ketertarikan.

Seiring berjalannya waktu dia semakin sering berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya yang muslimah juga. Mereka semuanya berbuat baik padanya. Suatu ketika tanpa disadarinya dia menyebut dirinya seorang muslimah. "Ik ben moslem", ucapnya. Setelah itu, dia kaget sendiri dengan apa yang barusan dia ucapkan. Apa yang terjadi? sebagai sosok yang lahir dan tumbung di lingkungan keluarga Katolik, jelas dia baru akhir-akhir ini mengenal Islam. Keluarganya memang bukanlah keluarga yang religius. Bahkan dia bersama keluarga besarnya terakhir ke gereja di saat usianya 12 tahun. Ayahnya sendiri sudah tidak pernah lagi practice ke-Katolik-annya, kalau oma dan opanya sih masih rajin ke gereja setiap minggu.

Sejak kejadian itu, dia mulai serius untuk browsing tentang Islam, tak segan pula ia bertanya pada teman-temannya yang muslim. Alhamdulillah Allah memudahkan jalan baginya... Dia bertemu dengan muslimah-muslimah yang berhati baik dan sabar memberikan penjelasan padanya tentang apa yang ingin diketahuinya. Akhirnya, setelah berjalan sekitar setahun dia semakin mantap dan yakin akan keputusannya untuk bersyahadat.

Oktober 2012 menjadi bulan yang istimewa buatnya, dihadapan beberapa muslimah, dia mengucapkan syahadat. Ahlan wa sahlan ya oeghti! Semoga Allah menguatkan imanmu. Setelah itu, ia mulai semakin intensif mempelajari tentang Islam. Alhamdulillah keberadaan organisasi yang mewadahi para muallaf ini semakin menguatkan dirinya, dia menjadi merasa tidak sendirian. bagaimana dengan respon keluarganya? Dia masih merahasiakan ke-Islam-annya ini dari kedua orang tuanya. Kedua saudara perempuannya mengetahui, tetapi keduanya berbeda sikap. Yang pertama menerima atau tidak mempermasalahkan, tetapi yang kedua menjaga jarak darinya.

Seiring berjalannya waktu, dia merasa sudah cukup kuat (meski masih takut dan khawatir dengan respon keluarganya) dan merasa perlu untuk menyampaikan ke-Islam-annya ini pada kedua orang tuanya.**Aku jadi ingat, tgl 5 Juli yg lalu aku mendapat sms begini : Salam, als jullie dohor gaan bidden doe dan doea voor onze bekeerde zuster, ze gaat vandaag aan haar ouders laten weten dat ze bekeerd is en ze is meskina heel bang. Dan aku baru tahu, sister yg dimaksud adalah Charlotte** Dia memilih menjelang Ramadhan tahun ini untuk membuka rahasianya. Bagaimana responnya? keduanya tidak bisa menerima, meskipun mereka sebenernya juga agamanya Katolik KTP alias tidak pernah lagi ibadah ke gereja. Semoga lambat laun, nantinya mereka bisa menerima.

Sejak dia menceritakan ke-Islam-annya, hubungan keluarganya menjadi kurang harmonis. Dia tetap bersabar dan terus berdo'a. Bahkan ketika di bulan Ramadhan ini dia berpuasa, untuk kali yang pertama, kedua orang tuanya menanggapi dengan sinis bahwa dia hanya menyakiti dirinya sendiri. Saat dia memutuskan untuk berjilbab, kedua orang tuanya mengancamnya tidak akan membiayainya sekolah. jadilah dia berjilbab saat menemui adik-adiknya, saat keluar rumah tanpa kedua orang tuanya. kalau jalan bersama kedua orang tuanya atau saat sekolah, dia tidak memakai jilbabnya, meski dia merasa sedih dan tertekan. **Masya Allah, saat kutanya mengapa memutuskan berjilbab? dia menjawab, sudah hampir setahun ini dia memeluk Islam dan dia merasa sudah cukup yakin akan kewajiban seorang muslimah untuk berhijab. Aku jadi malu, aku butuh waktu belasan tahun untuk memahami kewajiban itu. Luar biasa muslimah yang satu ini...smg smakin Allah kuatkan iman Islamnya.** Dia pun meminta bantuan do'a dari kita semua agar kedua orang tuanya dilembutkan hatinya.

Saat di acara I'tikaf di malam 27 Ramadhan yang lalu di masjid Al Ihsan, dia mendatangiku. Dia ingin belajar membaca Al Qur'an. Dia memintaku membaca beberapa ayat Al Qur'an dan dia menirukan. Aku terharu saat dia menunjukkan Al Qur'annya. Juz 'Amma terjemahan yang penuh dengan label warna-warni sebagai penanda surat-surat mana yang sudah dipelajari dan mana yang sedang dipelajari. Dia cerita bahwa sudah ada beberapa surat pendek yang dia pelajari. Dia baru bisa membaca latinnya saja, belum belajar Arabnya. Sungguh...kalau boleh jujur aku terharu dengan kejujurannya dan keseriusannya untuk belajar. bahkan ia juga menunjukkan sebuah buku (kisah nabi-nabi) yang sedang ia baca. Bukan hanya dibaca, tapi dia pun sambil membuat resume-nya. Aku pun menawarkan dia belajar dengan IQRA, kebetulan aku punya file-nya. Dia pun mengangguk senang. Alhamdulillah... Ya Allah, perkuatlah Islam dengan orang-orang yang sungguh-sungguh dalam belajar dan mengamalkan syariat-Mu..aamiin

Itulah ceritaku tentang sosok Amina alias Charlotte. Semoga bisa menginspirasi kita semua, para muslimah khususnya untuk terus semangat dalam belajar Islam, dalam mengamalkan dan mendakwahkannya...
jangan pernah meremehkan kebaikan-kebaikan kecil sebagai sarana dakwah.

Semoga Allah memberi hidayah kepada kita hingga akhir hayat...aamiin
ya muqollibal quluub, tsabbit quluubana 'ala diinik

Pesantren Keluarga Ramadan di Belgia



Di hari pertama Ramadhan aku mendapat inbox dari Kak Andi, ketua panitia Pesantren Keluarga. Beliau memintaku membantunya untuk meng-handle Pesantren Anak, seperti tahun lalu. Konsep pesantren tahun ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya. kalau tahun lalu pesantren ini hanya diperuntukkan anak-anak, tahun ini pesertanya adalah anak-anak dan dewasa (mahasiswa/i dan orang tua). Suamiku sendiri sudah dikontak beberapa hari yang lalu untuj diminta meng-handle Pesantren untuk dewasa. Bismillah...kami pun menyanggupinya dengan suka cita, hitung2 ikut sedikit berkontribusi lah...setidaknya kontribusi ide, meski waktunya juga sudah mepeet :-)

Konsep acara anak-anak tidak banyak banyak yang berubah dari tahun lalu, tetapi karena tahun ini pesertanya cukup banyak, maka tidak semua acara dilaksanakan secara klasikal. Itu pun belajar dari pengalaman tahun lalu. Berbeda dengan anak-anak, acara dewasa semuanya dilaksanakan secara klasikal dengan 3 materi.

Nah, karena saya diamanahi membantu di pesantren anak-anak, mungkin akan saya ceritakan pesantren anak-anak saja yaa... soalnya tidak sempat mengikuti acara dewasa sesaat pun, hanya mendapat laporan dan cerita dari suami tercinta :-).

Hari Jum'at saya dan suami sampai di KBRI sekitar pukul 16.30 CET. Setelah mengintip lokasi untuk pesantren anak-anak dan tempat menginapnya, kami pun menuju Aula (yang nantinya jadi tempat sholat berjama'ah dan acara dewasa). Di sana kami berkoordinasi dengan kak Andi, dan juga beberapa rekan yang akan membantu (maklumlah..meng-handle anak-anak butuh tenaga yang cukup banyak, jadi kami buat tim kecil lah, apalagi ada acara berkelompok). Saat briefing tersebut, kami menyepakati susunan acara, konsep dan pembagian tugasnya. Eh...kami baru kali ini loh rapatnya, selama ini pembahasan acara hanya via email. Sayang juga sebetulnya, karena tentu idealnya perlu pembahasan jauh-jauh hari. Tetapi karena kesibukan dan lain hal, dihukumi dhorurot lah...hehe Sembari menunggu peserta lain yang mulai berdatangan satu per satu, kami terus berkoordinasi, memantapkan konsep acara.

Saat tiba waktu sholat ashar, kami pun sholat berjamaah di aula. Usai sholat, dilaksanakanlah acara pembukaan Pesantren Keluarga ini. Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur'an dan terjemahnya oleh perwakilan peserta, kemudian dilanjut pengarahan dari ketua panitia. Dari daftar peserta yang ada, telah terdaftar sekitar 30-an peserta dewasa dan 40-an peserta anak-anak. Jumlah yang tidak sedikit... semoga acara berjalan lancar dan barokah.

Usai acara pembukaan, peserta pun dibagi menjadi dua, peserta dewasa tetap tinggal di aula dan peserta anak-anak menuju lokasi acara di aula gedung sebelah yang berdekatan dengan kamar-kamar tempat menginap anak-anak dan peserta dewasa putri.

Setelah sampai di tempat acara anak-anak, kami meminta adik-adik menyimpan tas-nya di kamar masing-masing (kami sudah menempel nama-nama penghuni di kamar masing-masing) dan hanya membawa Al Qur'an plus alat tulis. Setelah semuanya berkumpul, kami pun memulainya, waktu itu jam menunjukkan pukul 19.00 CET.

Sesi pertama dari pesantren anak ini diisi dengan belajar do'a Al Qur'an yang dibimbing langsung oleh Kak Andi. Hebatnya lagi..beberapa adik-adik ternyata langsung hafal padahal hanya setengah jam mengulang-ulangnya. Do'a yang indah..semoga Allah merahmati kita dengan Al Qur'an.



Sesi berikutnya kita belajar bacaan dan gerakan sholat yang dibimbing pak Fahmi. Yang membuat seru sesi ini, adik-adik diminta menirukan gerakan yang dicontohkan melalui gambar-gambar yang dipampang di depan. Kami pun turut membantu membetulkan gerakan adik-adik yang masih kurang tepat. Semoga setelah ini, kualitas dari sholat kita lebih baik.

Sekitar pukul 20.00 CET, sesi ketiga dilanjutkan dengan belajar membaca Al Qur'an. Di sesi ini, adik-adik dibentuk menjadi tiga kelompok berdasar usianya.
Kelompok pertama usia 6-8 tahun (dihandle Kak Andi). Di kelompok ini adik-adik dikenalkan tentang surat-surat pendek, menggambar, bercerita. Jadi... pas lah kalau yang pegang adalah Kak Andi, sang master Dongeng. Setengah mengintip, kelompok ini pake acara lari-lari dan pindah tempat...hehe, aktif bergerak!
Kelompok kedua usia 9-12 tahun. Nah kelompok ini nih saya yang handle bersama dik Inas. Kelompok ini ternyata banyak anggotanya, 18 anak. Ruamee...! Belum lagi di usia-usia segini, anak-anak agak sulit diambil perhatiannya, mereka asyik mengobrol apalagi kalau bertemu teman karibnya. Setelah mengaji bersama-sama, adik-adik saya minta mengaji satu per satu, sambil disimak dan diperbaiki. Alhamdulillah, sebagian besar sudah bisa membaca dengan baik. salut dengan mereka dan orang tuanya yang meski tinggal di Eropa, tetapi masih mau belajar Al Qur'an. Di sisi lain, ada rasa sedih yang menyelimuti hati ini kala mengetahui ada satu dua anak yang tidak bisa mengaji, bahkan ada yang tidak mengenal huruf hijaiyah satu pun, di usianya yang 10 tahun. Aku pun bertanya kepada mereka, siapa yang rutin mengaji di rumah? sebagian besar tunjuk tangan, kecuali satu dua anak yang tadi tidak mengenal huruf hijayah itu. Saat kutanya satu per satu dengan siapa mereka mengaji, sebagian besar mereka menjawab bahwa mereka mengaji dengan ibunya. Benarkah? wallohu a'lam...tapi, bagiku itu seolah harapan anak-anak bahwa mereka ingin mengaji bersama orang tuanya. Semoga harapan mulia anak-anak ini terwujud. Ada yang jawabannya lucu, dia menjawab "Saya mengajinya rutin, tapi terpaksa loh!" (hehe..namanya juga anak-anak)Pada adik-adik yang tidak bisa mengaji, saya menanyakan apakah mereka benar-benar tidak bisa mengaji atau masih mengaji IQRA? Ada yang menjawab, dulu sudah mengaji memang sampai Al Qur'an tetapi sudah lamaaa tidak mengaji lagi (deg! astaghfirullah). Ada pula yang menjawab, saya tidak pernah diajari sama mama (deg (lagi)! Astaghfirullah). Ya Allah... semoga orang tua mereka tersadar akan kewajiban orang tua dalam mendidik agama anak-anaknya dan semoga kelak nanti saat aku menjadi seorang ibu (aamiin), aku bisa menjalankan amanah Allah dengan sebaik-baiknya. Aku pun berusaha memotivasi mereka untuk rajin mengaji.
Kelompok ketiga usia lebih dari 12 tahun, dihandle oleh Mbak Ima dan beberapa adik-adik yang sudah besar. Di kelompok ini, mereka belajar tajwid dengan lebih serius dan mendalam.

Setelah satu jam kita belajar Al Qur'an, anak-anak dipersilakan berkreasi membuat kaligrafi. Hasilnya... masya Allah, keren-keren. Anak-anak memang luar biasa ketika diberikan ruang untuk berinovasi. Ada anak-anak yang menggambar hanya dengan berbekal pensil, ada pula yang memakai spidol warna-warni kumplit.

Saat jam menunjukkan pukul 21.30, anak-anak dipersilakan untuk wudlu sebagai persiapan sholat maghrib, lalu segera bersama-sama kita berjalan ke ruang bawah aula untuk menikmati takjil.

Allohu Akbar...Allohu Akbar... Alhamdulillah adzan berkumandang saat jam menunjukkan pukul 21.45. Jempol besar buat adik-adik yang sudah kuat berpuasa sekitar 18 jam, moga tambah sholeh-sholehah. Setelah menikmati takjil, kita menuju aula atas untuk sholat maghrib berjama'ah. Baru setelah itu, kita menikmati makan malam yang telah disediakan. TOP banget deh untuk tim konsumsi...nikmaat skali hidangannya, mabruk!

Saat masuk waktu Isya, kami pun bersiap untuk melaksanakan sholat Isya dan sholat tarawih berjama'ah. Nikmaaat sekali bisa berjama'ah seperti ini. Yang skali lagi membuat salut adalah adik-adik pun masih "bertahan" bahkan suka cita karena bersama-sama teman-temannya, adik-adik yang sudah kecil sebagian sudah terkapar tak berdaya...hehe.

Usai sholat tarawih, jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 lewat tengah malam. Apakah anak-anak mengantuk? Jawabannya adalah tentu tidaaak..hehe Saat adik-adik saya intip di kamarnya masing-masing, sebagian besar berkata bahwa mereka akan begadang, tidurnya ba'da shubuh saja. Hmm... ya juga sih, jam 02.30 nanti mereka memang sudah harus bangun lagi untuk makan sahur. Ya sudahlah...asal mereka tidak mengganggu teman-temannya yang lain. Saya sendiri? setelah bebersih diri dan ngobrol sebentar dengan beberapa ibu-ibu, saya tidur meski cuma sejam saja.

Tepat jam 02.30 saya terbangun, ambil air wudlu dan mengintip ruang tidur anak-anak dan mengingatkan mereka untuk segera ke aula bawah untuk makan sahur. Saya sendiri menyusul usai sholat tahajud. Ba'da shubuh, kita mendapat siraman rohani alias kultum dari salah satu sesepuh KPMI, yakni Mang Elan. Beliau mengingatkan kita semua tentang pentingnya sholat berjama'ah.

Usai shubuh, sebagian besar jama'ah langsung bersiap untuk...berlayar ke pulau kapuk. Bisa dimaklumi lah karena semalam tidurnya sangat kurang atau bahkan sebagian tidak tidur. Saya dan mbak Ima punya ide untuk tadarusan dengan para remaja putri sekaligus berdiskusi tentang masalah "wanita". Alhamdulillah.. gayung bersambut, adik-adik bersedia meski (sejujurnya) mata mereka sudah lima watt. Setelah bergiliran tilawah, kami berdiskusi tentang thaharah dan haid. Alhamdulillah diskusi berlangsung seru. Diskusi yang singkat dan bermanfaat. Setelah itu peserta dipersilakan istirahat.

Pukul 9 pagi adik-adik dibangunin dan dipersilakan bersih diri, setelah itu acara dilanjutkan dengan "nobar" alias nonton bareng. Kak Andi memutarkan beberapa film yang bisa diambil hikmahnya dan beliau juga menyampaikan tausyiahnya yang cukup menarik tentang "The 9".

Apakah The 9 itu adalah Shalat, Bersedekah, Baca Qur'an, Belajar, Berdzikir, Berdo'a, Berlomba-lomba dalam kebaikan, Berkreasi dan Berolah-raga. Semua kebaikan-kebaikan itu yang harus dibiasakan oleh seorang anak muslim.

Alhamdulillah pesantren keluarga yang cukup kilat ini diakhiri sekitar pukul 11 CET. Acara ini ditutup dengan penyerahan piagam untuk peserta dan kesan-pesan. Intinya, semua peserta dan panitia senang. See u next year, in syaa Allah. Semoga acara ini membawa keberkahan...aamiin

 ini nih foto keluarganya...ceriaaa!

zondag 11 augustus 2013

Cerita Victoria



Dear all,

Kali ini saya ingin cerita tentang sosok Victoria yang kutemui di acara Benefit Ramadan yang lalu.Sebenarnya kali itu bukanlah kali pertama aku bertemu dengannya. Sebelumnya, aku sudah melihatnya sebagai MC sebuah acara bertajuk "Women in Islam" yang diselelnggarakan oleh IMSAL dan dihadiri oleh pembicara dari Bridges Foundation, UK yakni Faddel Soliman. Kali kedua, aku bertemu dengannya saat acara Benefit Al Fath, sebuah acara penggalangan dana untuk pembangunan Masjid Al Fath di Leuven. Pada waktu itu dia tampil untuk memberi tausyiah tentang Shodaqoh (dalam bahasa Belanda). Di kedua pertemuan pertama, saya belum sempat ngobrol langsung dengannya.

Alhamdulillah di acara Benefit Ramadan 2013 ini saya duduk semeja dengannya, bahkan bersebelahan. Akhirnya kami saling berkenalan dan bertukar pikiran.

Victoria ini adalah muslimah yang tinggal di Tienen, kota kecil yang tak jauh dari Leuven, sekitar 45 menit - 1 jam dengan bus. Dia kini bekerja sebagai researcher di UGhent, penerjemah, dan berbagai aktivitas sosial lainnya. Dia yang asli Belgia ini pun cukup terbuka orangnya, termasuk ketika menceritakan perjalanannya mengenal Islam.

Victoria tumbuh di lingkungan keluarga Katolik. Dia sejak kecil hingga remaja rajin ke gereja. Bahkan tak jarang, orang lain menganggapnya aneh. Masih muda koq rajin ke gereja? Itu yang mereka duga. Memang biasanya gereja selalu penuh dengan orang-orang tua.

Victoria remaja tumbuh dengan jiwa sosial dan religius. Dia berteman dengan siapa saja dan sepekan sekali dia berguru pada seorang pastur. Suatu ketika dia merasakan ada yang "tidak beres" dalam jiwanya. Tubuhnya pun sempat sakit dan harus dirawat secara intensif. Setelah berkonsultasi dengan guru spiritualnya, dia pun memutuskan untuk "berpuasa". Sang guru pun sempat berpesan, agar dia menghentikan "puasanya" jika ia sakit. Victoria yang kala itu berusia 17 tahun, mengatur pola makannya, seperti layaknya seorang muslim berpuasa. Ia pun mulai merasakan manfaatnya.

Seiring berjalannya waktu, ia memiliki teman-teman yang beragama Islam. Seingatnya, ada 3 anak laki-laki yang dikenalnya suka "minum", tapi suatu saat dia melihatnya mereka tidak "minum". Dia sangat kagum dan bertanya-tanya, apakah mereka sedang menjalani terapi? mengingat biasanya mereka selalu dengan botolnya, tetapi beberapa hari ini tidak. Selidik punya selidik, ternyata ketiga teman laki-lakinya itu sedang berpuasa Ramadhan. Wow, semakin kagumlah dia dengan "puasa". Akhirnya dia baru tahu, bahwa dalam Islam itu ada kewajiban untuk berpuasa, tetapi tidak hanya tidak boleh makan dan minum tetapi juga menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang. Dia semakin yakin dengan puasa yang sudah dijalaninya, bahkan ia juga mencoba untuk tidak "bermaksiat" selama puasa.

Victoria pun menceritakan tentang kebiasaannya berpuasa pada teman-temannya yang muslimah. Hatinya pun terharu, ketika mereka menyebut bahwa dia adalah saudarinya. Dengan tang terbuka mereka meladeni rasa ingin tahu Victoria tentang Islam. Dia pun kerap kali diundang untuk berbuka puasa bersama oleh teman-temannya yang muslimah, meskipun mereka tahu bahwa Victoria bukanlah seorang muslimah.

Victoria juga termasuk orang yang rasa ingin tahunya besar, termasuk tentang islam. Banyak buku yang dilahapnya, browsing, bertanya, tak lelah semua itu ia lakukan. Dan memang benar, Allah akan memberikan hidayah pada mereka yang mencarinya.

Menjadi seorang muslimah, adalah sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Dia tidak ingin keputusan itu sekedarnya saja. Bahkan ia menargetkan bahwa ia harus benarbenar paham tentang Islam, Ia harus sudah membaca Al Qur'an secara keseluruhan, ia harus bisa berbahasa Arab (karena Al Qur'an ditulis dalam bahasa Arab), dan beberapa syarat yang ia buat sendiri. Butuh waktu bertahun-tahun ia memantapkan hatinya dan mempersiapkan dirinya, alhamdulillah di usianya yang ke 23 dia memutuskan untuk menjadi seorang muslimah. Konflik dalam keluarga terkait dengan ke-Islam-annya, ia hadapi dengan sabar. Dia tetap baik dan hormat pada keluarga besarnya.

Setelah menjadi seorang muslimah, ia merasakan ketenangan hati yang luar biasa, kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan. Ia memiliki tante dan seorang sepupu yang sangat baik, mereka yang paling bisa menerima keputusannya. Tanpa sepengetahuan tante dan sepupunya, Victoria sering mendo'akan agar mereka juga mendapat hidayah Islam, seperti dirinya.

Hal yang luar biasa pun terjadi! Empat tahun setelah ia mengucap syahadat di Islamic centre Brussels, dia kembali ke masjid itu. tapi kali ini ia tidak sendiri, ia bersama seorang gadis kecil yang merupakan buah cintanya dengan seorang laki-laki keturunan maroko. Setelah ia sholat, seperti biasa ia berdo'a. tak jauh dari tempatnya duduk ada seorang muslimah yang juga tengah berdo'a. Dia merasa mengenal sosok wanita itu. Dia dekati...dan ternyata, wanita yang berjilbab itu adalah sepupunya yang sudah lama tidak kontak dengannya. Dia lah sepupu yang sering ia sebut dalam do'anya. Allohu Akbar! Allah mengabulkan do'anya... Mereka pun berpelukan dalam haru.

Kejadian di Islamic center itu sangat istimewa buat Victoria. Dia pun menceritakan hal ini kepada teman-temannya, yang dulu sering mengundangnya berbuka puasa dan kini pun menjadi seperti saudarinya sendiri. Teman-temannya tersenyum bahagia dan larut dalam haru. Hingga tiba-tiba ada salah satu dari mereka bersuara, "Allohu Akbar, betapa Allah mengabulkan do'a kita semua. Allah Maha Baik". "Do'a kita?" Victoria langsung menyela. "Ya, do'a kita." jawab temannya mantap. "Tahukah kamu Victoria, sejak kau menceritakan tentang keingintahuanmu tentang islam, dan kau berinteraksi lebih intens dengan kami saat berbuka puasa dan seterusnya. Kami melihat kesungguhanmu dan kebersihan hatimu. Kami pun juga mendo'akanmu agar kau mendapat hidayah", lanjutnya. Victoria pun tak dapat berkata-kata lagi, air matanya tak dapat lagi ditahan, dan akhirnya mereka pun saling berpelukan.

Ya, sekali lagi kekuatan do'a. Allah ingin mengajariku tentang kekuatan do'a melalui cerita Victoria. Bagi seorang mukmin, tiadalah ceritanya putus asa. karena yakin, ada Allah yang Maha Kuasa. terus berdo'a...ketuk pintu langit dengan segala daya, upaya dan air mata.

terima kasih Victoria, semoga Allah meneguhkan keimananmu dan membukakan jalan kebaikan untukmu.

Dari Abu Ad-Darda’ dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ “
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(HR. Muslim no. 4912)

Leuven, 13 Juli 2013 / 4 Ramadhan 1434 H

Benefit Ramadan 2013



Hari ini, Sabtu 13 Juli, bertepatan dengan hari ke-4 Ramadhan, aku akan menghadiri sebuah acara, yakni Benefit Ramadan. Di acara ini, aku tidak hanya akan mendengarkan tausyiah, berpartisipasi dalam penggalangan dana untuk kaum dhuafa di Maroko, tetapi juga harus tampil untuk membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an. Lho koq bisa? ya...berawal dari telpon Khadija, salah seorang panitia acara ini 3 pekan yang lalu.

Assalamu'alaykum.
Wa'alaykumsalam warohmatulloh.
Hallo, ben je Elly?
ja, ik ben Elly. met wie ik spreek?
Ik ben Khadija, ik weet je nummer van Saida (Saida itu temen saya, ornag Maroko).
Ach..ja. Kan ik u helpen?
Ja, ik wil iets vragen.
Ok, zeg maar.
Wil je naar Al Ihsan (moskee) komen om Koran recitatie te doen?
Ja, natuurlijk. maar gewoon lezen of moet ik speciaal oden? ik heb geen mooi stem, he.
Je moet gewoon lezen. Amai, je heb toch een mooie stem. Ik weet het al. Daarom ik bel u nu.
Nee, je bent beetje overdreven. Mijn stem is gewoon. Ok, ik zal het doen. Wanneer dan?
Als 13 Juli, is de datum pas bij u?
Wacht..ik zie mijn agenda. Hmm...ja, in syaa Allah ik kan.
OK, ik zal noteren. Ik zal u laten weten als er is iets veranderd. Jazakillah, lieve oeghti. Assalamu'alaykum
Waiyyaki... wa'alaykumsalam wr wb
klik (telpon ditutup)

Sejak saat itu kami bertukar kabar via email, FB dan sms. Baru beberapa hari sebelum Ramadhan, aku mendapat email yang berisi flyer Benefit Ramadan. Berbekal informasi itu aku pun mengajak teman-teman muslimah di Leuven yang kukenal, khususnya teman Indonesia. Biar sekalian, kalau ada yang bisa hadir, bisa nemenin, setidaknya teman ngobrol. Pengalaman tahun lalu, saat aku ikut acara Vrouwendag, "terpaksa" membisu di hampir sepanjang acara.

Sayangnya, setelah aku kontak beberapa teman, semuanya berhalangan ikut. Ya sudahlah...bismillah. Niat silaturrahim kupancang kuat di dada. lagi pula sekarang ini, sudah ada beberapa orang maroko, aktivis masjid Al Ihsan, yang kukenal baik.

Hari Sabtu, 13 Juli akhirnya tiba... Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore ketika aku masih sibuk di dapur menyiapkan masakan untuk berbuka puasa suami tercinta. Cepeeet elly! Alhamdulillah kelarr... Sekitar pukul 17.50 CET aku meluncur ke masjid Al Ihsan dengan mengendarai sepeda. Gowesss...gowesss...serr...serr... Alhamdulillah akhirnya sampai di masjid. Sayaaang...sholat berjamaah baru aja usai. It's ok, saya langsung sholat sendirian. Setelah itu saya coba kontak Khadija, dan akhirnya dia membawa saya ke ruangan acara. Saya pun dipersilakan duduk di sebelah.... (hmm...saya seperti pernah bertemu dengannya). Khadija pun mempersilakan saya duduk di sebelah wanita itu, yang diperkenalkannya sebagai salah satu pemateri. melihat mukanya yang bule, aku pun memberanikan diri berkenalan dan ngobrol dengan bahasa Belanda. Wanita itu namanya Victoria. Banyak hal yang kami obrolkan..dia seruu sekali orangnya. Dia, muslimah asli Belgia yang masuk Islam 17 tahun yang lalu. In syaa Allah ceritanya saya tuliskan di postingan berikutnya yaa... *alhamdulillah, akhirnya ada temen ngobrol...hehe*

Tak lama kemudian acara pun dimulai *meski te laat hampir sejam dari jadwal*, setelah panitia menjelaskan tujuan acara ini diselenggarakan, saya dipersilakan maju untuk tilawah. Saya baca surat Ar Rahman. Setelah itu, Victoria menyampaikan tausyiah tentang Do'a. Tausyiah yang sejuk dan merasuk di hati. Alhamdulillah mendapat pencerahan di hari yang penuh berkah ini... Setelah itu acara di-break dengan sesi pengumpulan dana. Panitia menjual berbagai jenis barang yang dijual, dimana keuntungannya akan didonasikan untuk kaum dhuafa di Maroko. Acara pun dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci al Qur'an dari salah seorang muslimah. Parasnya yang cantik, semakin tampak cantik dengan bacaan Al Qur'annya yang indah. Barokallohu fiik! Setelah itu dilanjutkan dengan sesi kedua tausyiah dari Victoria. Lalu tausyiah dalam bahasa Maroko. Setelah itu acara pun ditutup, meski tetap dipersilakan untuk belanja di stand bazar.

Beberapa menit lagi adzan maghrib. Aku masih memanfaatkan waktu untuk bertukar pikiran dengan Victoria, bahkan dia sempat memberikan kartu namanya.

Allohu Akbar...Allohu Akbar *adzan maghrib berkumandang*
Kami pun menikmati sajian buka yang ada di meja bundar yang ditata manis. Tiap-tiap meja diperuntukkan untuk sekitar 6-8 orang. Di meja itu disediakan aneka minuman botol (susu, air putih, coca-cola, Jus, dan sebagainya), kue-kue manis dalam piring jumbo, dan telur rebus (plus garam dan cumin bubuk). Baru saja kubatalkan puasa dengan makan kurma dan meneguk segelas susu dingin yang dihidangkan, terdengar suara imam memimpin sholat maghrib. Kami pun berhamburan menuju ruang sholat.

Ba'da sholat maghrib kami pun langsung kembali ke ruang acara, kembali melanjutkan menikmati hidangan. Tak lama kemudian panitia mendatangi meja-meja kami sambil membawa mangkuk-mangkuk berisi sup. Ada sup ikan dan ada yang sup sayuran. Aku diambilkan sup ikan oleh Victoria, alhamdulillah....lekker. Belum habis sup di mangkuk, mereka sudah mempersilakan jika ingin nambah. Waah...buatku porsi ini sudah cukup memenuhi perut. Aku pun menolak tawarannya dengan halus.

Usai menyantap sup ikan, aku pun beranjak untuk pamit agar tidak kemalaman. Goweees...Goweees... Alhamdulillah, sampai rumah dengan selamat. Tak sabar aku bertemu dengan suami tercinta untuk berbagi cerita aktivitas Ramadhanku yang cukup istimewa hari ini.

Alhamdulillah, moga Allah memberi keberkahan kepada kita semua

Leuven, 13 Juli 2013 / 4 Ramadhan 1434 H

zaterdag 10 augustus 2013

Ramadan 1434 H in Belgie




Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan kelima yang kujalani di perantauan. Jangan ditanya lagi tentang kerinduan kami pada tanah air. Kangeeeen… Banyak perbedaan yang kami rasakan, khususnya di bulan Ramadhan seperti ini.

Di tanah air, beberapa pekan menjelang Ramadhan semaraknya sudah terasa. Di jalanan, biasanya sudah mulai banyak baliho atau spanduk yang berisi suka cita menyambut Ramadhan atau nasehat-nasehat. Di Televisi, tiap station TV berlomba untuk menyajikan acara Ramadhan, mulai dari acara yang pyur Islami, sampai yang hanya labelnya saja yang Islami (malah banyak mudhorotnya, astaghfirulloh). Di Jawa pun, mendekati Ramadhan, ada tradisi untuk saling mengirim hantaran dengan tetangga, “megengan” namanya. Di mana isi hantaran yang paling khas adalah kue apem. Dan yang pernah kulakukan dulu juga adalah dengan menyelenggarakan (dan mengikuti) kajian-kajian Tarhib Ramadhan. Belum lagi ada beberapa TPA, TK dan SD Islam yang mengadakan pawai sambut Tamadhan. Seruu deh. Rasa gembira pun menyeruak mulai di kalangan anak-anak, remaja, dewasa, sampai kakek-nenek. Marhaban yaa Ramadhan

Di Belgia, tiada bedanya antara Ramadhan dan tidak. Tidak ada baliho, acara TV special Ramadhan, apalagi pawai sambut Ramadhan. Café atau rumah makan pun buka seperti biasa. Apalagi “warung” es yang di musim panas seperti ini ramai dikunjungi pembeli. Yang tampak sedikit berbeda adalah suasana masjid. Berdasarkan reportase dari suami tercinta, masjid “lebih penuh” disbanding hari-hari biasanya. Alhamdulillah… meski kegembiraan itu tak tampak di sudut-sudut kota, tapi yakin deh…kegembiraan itu bersemayam kuat di dalam hati setiap muslim di negeri ini.

Kali ini Ramadhan hadir di musim panas…cerah ceria dunk! Yup, benar, suhu yang “hangat” membuat kami musti pandai merancang acara agar tetap ceria hingga di waktu maghrib. Di awal shaum, kami sahur sekitar pukul 3 pagi dan baru berbuka sekitar pukul 10 malam. 19 jam puasanya! Suhu pun biasanya berkisar antara 27-35 derajat. Kuat kah? Pertanyaan itu yang biasa muncul, dan jawabannya pun relative. Intinya adalah sebesar apa azzam yang tertanam, in syaa Allah Dia pun akan memberi kemudahan. Alhamdulillah…hingga hari ini kami bisa menjalaninya dengan lancar.

Ada beberapa hal yang saya lakukan untuk menjaga keceriaan ramadhan :

1.      Berbahagia dengan kehadiran Ramadhan, seperti kedatangan tamu agung yang telah lama dinanti. Hal ini pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
2.      Mengikuti kajian sambut Ramadhan. Alhamdulillah meski muslim adalah minoritas di sini, bersyukur sekali komunitas muslim Indonesia masih rajin dan semangat untuk menghidupkan majelis ilmu. Sebut saja, pengajian ibu-ibu Mutiara kita, keluarga muslim leuven, dan keluarga pengajian muslimin Indonesia di belgia. Menjelang Ramadhan, kami sama-sama kembali “belajar” untuk menyambut Ramadhan dengan sambutan terbaik, termasuk mengingat kembali fiqh shoum dan pernak-perniknya.
3.      Menghias rumah dengan pernak-pernik berbau Ramadhan. Ini kali pertama saya melakukannya selama tinggal di Belgia. Bukan karena apa-apa, tetapi lebih karena kemarin-kemarin tempatnya tidak memungkinkan (baca : kecil dan imuut…hehe). Alhamdulillah sejak bulan Juni kemarin kami pindah ke studio yang lebih besar dan memungkinkan untuk dihias. Sebagai pecinta anak-anak dan mantan guru TPA pun  saya mulai beraksi. Melipat, menggunting, menulis, menggantungkan tali, dan sebagainya. Tidak terlalu ramai sih…tapi, lumayan dapat menyemarakkan suasana rumah.



4.      Menghidupkan masjid. Masjid sebagai pusat aktivitas umat Islam memang kurang terasa di kota tempat saya tinggal. Di sini, masjid terbatas hanya sebagai tempat ibadah saja. Namun, alhamdulillah sudah ada masjid. Banayk di daerah yang lain tidak ada masjid atau kalaupun ada musti ditempuh berkilo-kilo meter. Sepertinya Allah memang sangat sayang pada kami, Ia memudahkan jalan ini untuk kami. Koq bisa? Ya…sejak 1 Juni yang lalu kami pindah rumah. Rumah yang baru kami tempati ini lokasinya tepat di seberang masjid. Alhamdulillah, rezeki tak kemana… Semoga kami bisa lebih sering bisa sholat berjama’ah di masjid, karena jujur yaa…rasanya berbeda gituuu.
5.      Mengikuti kegiatan Ramadhan yang ada. Ada beberapa kegiatan yang rencananya saya ikuti : mulai Tadarusan online bersama ibu-ibu dan juga mahasiswi, Pengajian dan buka bersama di KBRI, pesantren keluarga di KBRI, Benefit ramadhan 2013 di masjid Al Ihsan Leuven, Tadarusan dan buka bersama keluarga muslim leuven, I’tikaf lailatul Qadar, dan serentetan target yaumiah yang ingin dipenuhi. Semoga Allah memudahkan dan memberi keberkahan.
6.      Terus berdo’a semoga bisa lulus dari madrasah Ramadhan dan meraih gelar taqwa.

aamiin

Leuven, 12 Juli 2013 / 3 Ramadhan 1434 H

Update!

Dear semuanya,

maapkeun yaa... udah agak lama ga update blog. Padahal ada beberapa tulisan yang ingin di-posting. Jadilah baru di-posting sekarang-sekarang ini... ga papa kan ya? Beter laat dan nooit :-)

Okay, tunggu yaa...