vrijdag 24 augustus 2012

Ramadhankoe : Ini Ramadhan keempat (3)

Takziah dan Membantu Merawat Jenazah

Kematian adalah nasehat yang paling ampuh bagi kita. Nasehat agar terus memanfaatkan nikmat umur yang telah Allah berikan. Kabar duka kali ini datang dari salah satu keluarga Indonesia yang sudah tinggal bertahun-tahun di Belgia. Seorang ibu yang sudah berusia lebih dari 80 tahun, meninggal dunia di rumah sakit di Leuven. Saya baca berita duka ini dari wall FB KPMI. Tak lama kemudian, suamiku nelpon. Ternyata ia dikontak oleh pihak KBRI (mewakili keluarga yang berduka). Mereka butuh bantuan tenaga untuk merawat jenazahnya, begitu juga kelengkapannya. Selain itu juga belum ada kepastian tentang bagaimana merawat jenazahnya nanti. Insya Allah saya bersedia membantu untuk merawat jenazah, kebetulan ada sedikit ilmu dan sedikit pengalaman. Tinggal kemudian, saya kontak ibu-ibu yg lain. Alhamdulillah suami juga berhasil menghubungi masjid Al Ihsaan di leuven. Mereka akan membantu menyediakan kain kafan. Hmm...kalau seperti ini, saya jadi terbayang negeri tercinta. Seandainya kejadian ini terjadi di sana. Pasti tetangga kanan-kiri, sodara sekampung pun bergotong-royong untuk meringankan beban tanpa diminta. Belum lagi kelengkapan untuk merawat jenazah juga mudah didapatkan.

Tak lama kemudian, saya dikontak lagi bahwa kita diijinkan untuk memandikan jenazah di rumah sakit. Syukurlah kalau bisa dirawat di rumah sakit, meski agak panik karena kelengkapan belum tersedia semuanya. Nggak lama kemudian....kriiing. HPku berbunyi. O...dari salah satu ibu-ibu yang merupakan teman dekat dengan keluarga almarhum. Saya dikabari kalau ternyata jenazah tidak bisa dimandikan di rumah sakit, besok siang baru akan dibawa ke tempat khusus di Zaventem. Setelah mendapat kabar itu, saya dan suami tetap memutuskan untuk berangkat ke rumah sakit untuk bertakziah dan bertemu dengan keluarga yang berduka. Di rumah sakit, setelah bertemu keluarga, kami menyempatkan diri membicarakan persiapan perawatan jenazah esok hari. Mulai dari kain kafan, kapas, kapur barus, sabun dan wewangian non alkohol, gunting, gayung, sisir, sarung tangan, kain waslap dan kain panjang. Alhamdulillah semua kelengkapan sudah terpenuhi, tinggal kita baca-baca lagi aturan dan tata cara memandikan dan mengkafani jenazahnya. Alhamdulillah pelajaran yang disampaikan oleh pak Junaidi dan Bu Mukarromah, guru Agama SMA ku masih kuingat dengan baik, apalagi sempat diminta membantu adik-adik kelas untuk ikut mengajarkan tata cara merawat jenazah dalam Islam. Meski juga jadi terbayang kembali kejadian 5 tahun yang lalu, saat saya mempraktekkan langsung ilmu yang didapat, yaitu merawat jenazah almarhumah nenek tercinta.

Keesokan harinya, tepat jam satu siang, saya dan beberapa ibu-ibu yang akan merawat jenazah sudah berada di lokasi. Sambil menunggu keluarga datang, kami membaca al Qur'an bersama. Setelah selesai, dimulai-lah prosesi memandikan dan mengkafani jenazah. Alhamdulillah sebelum prosesi diawali, Pak Umar, salah seorang ustadz kami, memberikan sedikit penjelasan terkait tata cara merawat jenazah.

Sekitar sejam waktu yang dibutuhkan oleh saya dan 4 org ibu-ibu untuk memandikan dan mengkafani jenazah. Setelah selesai dikafani, jenazah diletakkan di ruang tengah dan kemudian disholati oleh beberapa tamu yang hadir. Alhamdulillah, tertunaikan sudah kewajiban kami sebagai sesama muslim, tinggal menguburkan. Akan tetapi, jenazah ini lusa akan diterbangkan ke Indonesia dan akan dimakamkan di Tanah Kusir, jakarta.

Allohummaghfirlaha warhamha wa'afihi wa' fu 'anha
Allohumma laa tahrimna ajroha walaa taftinna ba'daha waghfirlana walaha
Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kesabaran dan kekuatan
Semoga kematian ini menjadi pelajaran juga buat kita semua

Membuat Kue Lebaran

Lebaran kali ini agak istimewa. Saya bersama temen-temen yang lain berencana membuat kue lebaran bersama. Asyiiiiiknyaaa.... kita akan praktek bikin kue nastar dan choco cookies. Bertempat di salah satu rumah teman, mbak Dekta, kita masak-masak bareng.. seruuu deh. Cuma, ga ada sesi icip-icip, maklum kan lagi puasa...hehe. Kalau ingin tahu resepnya, silakan lihat di  resep choco chips dan resep nastar.

Menjemput Lailatul Qadar 

Seperti yang sudah semapat saya ceritakan di awal, bahwa saya punya satu keinginan di Ramadhan ini. Saya ingin mengobati kerinduan saya untuk melaksanakan i'tikaf. Sudah empat Ramadhan, selama saya tinggal di Belgia, belum pernah saya i'tikaf bersama saat Ramadhan. Sediiih deh... Alhamdulillah, Allah mendengar do'a saya. Melalui salah seorang teman, saya mendapat informasi bahwa ada sebuah masjid di Leuven yang menyelenggarakan acara i'tikaf untuk muslimah. Meski hanya semalam, yaitu malam tanggal 27 Ramadhan, saya udah sangat bersyukur. Alhamdulillah, sesuatu bangeet!

Hari itu, setelah berbuka, sholat maghrib dan  menyiapkan bekal untuk sahur dan membawa perlengkapan seperlunya, saya dan suami menggowes sepeda menuju masjid Al Ihsaan.  Kurang dari 30 menit, kami sampai di lokasi. Saya pun langsung menuju lantai atas tempat untuk muslimah. Subhanalloh...meski jam masih menunjukkan jam 22.30, masjid sudah ramai. Parkiran mobil sudah penuh. Jama'ah sudah berkumpul untuk mendengarkan tausyiah dari seorang ulama'. Sayangnya, ceramahnya dalam bahasa Barbar, maklum ini adalah salah satu masjid orang Maroko yang ada di kota kami. Setelah itu baru, diterjemahkan dalam bahasa belanda. Alhamdulillah...jadi rada ngerti lah. Intinya, beliau mengingatkan tentang keutamaan malam Lailatul Qadar. Sampai-sampai mereka mengadakan i'tikaf ini dengan nama "Lailatul Qadar". Sebagian ulama memang ada yang berkeyakinan bahwa lailatul Qadar jatuh di malam ke 27, meski sebagian hadits juga menyebutkan bahwa kita dianjurkan untuk "berburu" di 10 hari terakhir.

Setelah tiba waktu sholat isya, kami sholat berjama'ah dan disambung dengan sholat tarawih. Setelah berdzikir, saya melihat bahwa jama'ah sholat muslimah yang berjumlah lebih dari seratus orang itu mulai berkemas dan menuju bagian belakang. Di bagian belakang tempat sholat ini terdapat meja-meja bundar yang dikelilingi sekitar 8 kursi. Saya yang baru pertama kalinya mengikuti acara ini pun ikut-ikutan. Saya kira mungkin mereka akan tilawah atau mengadakan diskusi-diskusi kecil di meja-meja itu. Saya pun melempar pandangan, mencari sosok yang kukenal. Akhirnya saya menemukan salah satu sosok yang kukenal, Hanifa namanya. Nu is het vrijtijd voor ons? (Apakah sekarang ini adalah waktu bebas untuk kita?) Dia menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Nee, we gaan samen eten" Saya pun mengerutkan kening, gaan we samen eten? echt? Saya melirik jam di HP, dan menunjukkan pukul 00.00 CET. Kita berarti akan makan di tengah malam...waah, mantaaps! Bisa sukses nih program penggemukan badan...hehe. Karena belum ada tanda-tanda makanan terhidang, baru roti-roti dan minuman yang dibagikan. Saya mengambil mushaf dari tas, kemudian tilawah. Kebetulan kursi di samping kanan kiri saya juga masih kosong, orang-orang yang ada di meja saya pun tidak ada yang saya kenal dan asyik berbicara sendiri.

Sekitar sepuluh menit saya tilawah, kemudian ada ibu-ibu yang duduk di sebelah saya beserta anak lelakinya yang mungkin berusia 3 tahunan. Akhirnya, saya pun memilih "bersosialisasi". Sebenernya sih karena ada satu hal yang ingin saya tanyakan. Setelah berkenalan, bermain-main dengan anak lelaki yang cakep dan sangat aktif itu, saya pun bertanya apakah makan setelah sholat tarawih seperti ini adalah kebiasaan mereka. Kemudian mereka menjawab bahwa makan tengah malam seperti ini tidaklah menjadi kebiasaan mereka, mereka hanya biasa makan sahur saja. Dan apa yang akan kita lakukan sekarang ini adalah special, karena setelah ini tidak tidur untuk beribadah. Nah, mungkin untuk isi "bensin" begitu lah. Oo... akhirnya saya mengerti. Tak lama kemudian, datanglah beberapa ibu-ibu yang membawa nampan berisi potongan daging-daging berukuran besar dan berbumbu ala maroko, juga ada potongan wortel dan kentang di situ. Daging berbumbu itu dimakan dengan roti-roti yang tadi sudah dibagikan. Alhamdulillah.... Belum tuntas makan besarnya, datang lagi sebuah nampan berisi buah semangka dan melon. Wah...lengkap nih! Sekitar pukul satu malam, acara makan pun tuntas. Setelah itu kami dipersilakan untuk mengisi waktu dengan beribadah.

Untuk mengisi waktu malam, saya berupaya menjemput malam yang lebih mulia dari seribu bulan ini dengan tilawah, sholat tahajjud, dzikir. Saya lihat, kebanyakan ibu-ibu pun melakukan yang sama. Meski ada juga beberapa orang yang asyik berbincang. Tetapi mata saya tertuju di sekelompok remaja putri yang duduk berkumpul. Apa yang mereka kerjakan? Sepertinya agar tidak merasa bosan dan mengantuk, mereka berdiskusi. Ada satu-dua orang yang memoderatori. Subhanalloh, cerdas sekali idenya. Semoga mereka diberikan keistiqomahan dan bisa menyebar kebajikan di sekitar mereka. Aamiin

Waktu berlalu begitu cepat, jam menunjukkan hampir pukul tiga. Kemudian ada pemberitahuan bahwa sholat witir akan dimulai. Saya mengambil wudlu lagi, agar lebih segar. Sholat witir kali ini kayaknya yang terindah dalam ramadhan ini. Syahduu sekali saya menikmatinya...mulai bacaan Al Qur'annya yang indah, do'a qunut yang membuat hati bergetar dan mata berkaca-kaca, dan gerakan yang tidak terlalu cepat/lambat. Masya Allah....kenikmatan yang luar biasa. Setelah salam terakhir sholat witir, tak kuasa lagi saya membendung air mata ini. Air mata campur-campur...ada rasa penyesalan atas segala dosa, ada kesyukuran atas semua nikmat yang tak terkira, atas kerinduan pada keluarga tercinta dan tanah air, juga...teringat pada almarhum Abah. Allohumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa' fu'annii...Di penghujungnya, hanya do'a-do'a lah yang tercurah untuk orang terkasih, terselip pula permohonan agar Allah mengabulkan hajat terbaik kami tahun ini juga bermohon agar diberi kesempatan bertemu ramadhan lagi dalam keadaan yang lebih baik.

Setelah itu, kami menuju meja-meja yang sudah penuh dengan makanan, untuk makan sahur. Meski saya membawa bekal nasi dan lauk, saya memilih makan sahur ala maroko...hehe. makan sahur dengan menu roti, keju, jus buah, susu, dan kue-kue manis lainnya. Semoga Allah memberi kekuatan untuk menjalankan puasa hari ini.

Setelah selesai sahur, saya bersiap untuk sholat subuh. Setelah itu, sambil menunggu "panggilan" dari suami, saya bertilawah. Alhamdulillah setelah beberapa lembar, akhirnya ada call dari suami tercinta. Okee... time to go! Saya pun berpamitan dengan beberapa ibu yang masih ada di sana. Siaaaap...ngegowes lagi! Ramadhan mubarak!

Alhamdulillahirobbil 'aalamiin... bersyukur sekali Allah telah memberi kesempatan kepadaku untuk bisa bertemu Ramadhan tahun ini, 
semoga Allah menerima semua amal ibadah kita, mengampuni kekhilafan kita, mengabulkan do'a-do'a kita, memudahkan urusan kita, melapangkan dada kita, 
memberi kemampuan pada kita untuk bisa meng-istiqomah-kan ibadah yang sudah kita latih selama ramadhan, mengangkat derajat ketaqwaan kita dan 
mematikan kita dalam keadaan husnul khotimah. 
Aamin Yaa Robbal 'aalamiin


3 opmerkingen: