dinsdag 26 maart 2013

Oma Georgette, Muallaf Tertua di Dunia

Membaca atau mendengar kisah-kisah muallaf, merupakan "penyemangat" tersendiri buat saya. Penyemangat untuk menjadi muslimah yang lebih baik, sebagai bentuk syukur saya pada Allah atas nikmat iman dan Islam. Belum lagi saat mendengar "perjuangan" mereka untuk ber-Islam. Luar biasa! Sering "malu hati" melihat kesungguhan dan komitmen mereka dalam ber-Islam. Alhamdulillah tinggal di luar negeri, tak menjadi halangan untuk merasakan manisnya iman. 


"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)


Kemarin, tanpa sengaja saya membaca postingan seorang teman via FB tentang kisah seorang Muallaf Belgia. Kisah kali ini cukup istimewa bagi saya. Apa istimewanya? Seseorang yang masuk islam kali ini bukanlah dari kalangan remaja atau paruh baya atau ilmuwan, seperti yang beberapa kali sempat saya dengar. Akan tetapi, orang yang masuk Islam ini adalah seorang Oma yang berusia 91 tahun (saat ini dia berusia 92 th). Allohu Akbar!

Ingin tahu kisahnya? Saya mencoba menuliskan sebatas yang saya tahu dari artikel di sebuah media online tersebut...

---------------------------------------------------------------------------------------

sumber gambar : dari sini

Georgette Lepaulle, namanya (selanjutnya saya sebut Oma). Oma tinggal di Berchem, di sebuah kota di propinsi Antwerpen, Belgia. Tahun lalu, th 2012, Oma telah membaca dua kalimat syahadat. Bahkan, saat itu Oma tercatat sebagai muallaf tertua di dunia (saat itu usianya 91 tahun). Oma memutuskan untuk menjadi seorang muslimah karena tertarik dengan keramah-tamahan muslim (yang berada disekelilingnya) dan beberapa kali dia merasa bahwa Allah mengabulkan do'anya. Allohu Akbar!
Ceritanya berawal saat 2 tahun yang lalu, saat keluarga Oma akan memasukkannya ke panti jompo. Mohammed, seorang muslim yang telah bertetangga dengannya lebih dari 40 tahun, menghalang-halangi niatan itu. Dia mengajak Oma untuk tinggal bersama keluarganya karena keluarga Mohammed telah mengenal Oma sejak lama. Apalagi ibu Mohammed juga sudah meninggal, dia sudah menganggap Oma seperti ibunya sendiri. Sejak tinggal bersama keluarga Mohammed, Oma mulai tertarik dengan Islam. Oma melihat mereka sholat berjama'ah, saling berkasih-sayang, dan saling berbagi. Oma melihat makna "keluarga" yang begitu indah dalam keluarga Muhammed, sangat berbeda dengan kondisi keluarganya.

Pada musim panas tahun lalu (2012), Oma ikut dengan Muhammed untuk mengunjungi keluarganya di Maroko. Pada waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan puasa bagi umat Islam. Puasa bukanlah hal yang asing bagi Oma yang (dulunya) beragama Katolik. Dia dibaptis, pergi ke biarawati di sekolah, dua kali menikah di gereja dan kedua suaminya pun telah meninggal dan dikuburkan dengan cara gereja. Selama hidup dia bekerja sebagai seorang pembantu di sebuah keluarga Yahudi. Namun dia merasa bahwa agamanya tidak pernah "menyentuh"nya. Sebaliknya, dia merasa jauh dari Tuhan. Dia mulai merokok untuk pertama kalinya saat berusia 5 tahun hingga usianya 78 tahun. Pada usia 7 tahun, dia mulai minum alkohol hingga sebelum dia masuk Islam, dia minum setengah botol wine setiap hari. Itulah kebiasaan lamanya sejak pernikahan pertamanya dengan seorang pilot Italia yang telah meninggal saat perang.

Oma merasa keikutsertaannya saat Ramadhan tahun lalu itu membangkitkan jiwa religiusnya. Dia sendiri merasa kaget. Dia merasa sangat terlambat merasakan "pengalaman" ini, merasakan hubungan dengan sesuatu yang "lebih tinggi", dengan Allah. Dia merasakan keterbukaan-Nya, juga cinta-Nya. Dia pernah berdo'a meminta kesembuhan untuk temannya dan untuk keselamatan seorang anak muda yang "salah jalan". Kedua do'anya itu telah dikabulkan-Nya. Baginya, itu sudah cukup menguatkan dirinya untuk masuk islam.

Saat masuk Islam, para muslimah "membersihkan" seluruh tubuh Oma (mungkin maksudnya adalah mandi besar sebagai salah satu hal yang diwajibkan ketika seseorang itu masuk Islam, sebagaimana dalam sebuah hadits, Dari Qais bin Ashim Radhiyallahu Anhu bahwa ia masuk Islam, lalu diperintah oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam agar mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 128, Nasa’I I: 109, Tirmidzi, II:58 no: 602 dan ‘Aunul Marbud II: 19 no: 351). -red). Setelah itu, para muslimah pun menghujani Oma dengan ciuman. Menurut Oma, ia tidak pernah mendapat ciuman yang sebanyak itu sepanjang hidupnya. Dia merasa senang karena mereka menganggapnya sebagai saudaranya. Sejak masuk Islam, banyak hal yang harus Oma tinggalkan, seperti minuman keras , rokok, daging babi dan juga sesuatu yang tidak mudah bagi seorang wanita yakni make-up. Sebelumnya, Oma selalu memakai make-up yang tebal.

Begitu kembali di Belgia, mereka pergi ke masjid besar di Brussels untuk mengurus Sertifikat ke-Islam-an Noor, nama baru Oma. Kemudian masjid di Brussels melaporkannya ke masjid di Mekah. Ternyata, tidak ada muallaf yang lebih tua dari usia Oma saat itu, yaitu 91 tahun. Segera saja Raja Saudi Arabia mengirimkan utusannya ke Berchem untuk memberikan hadiah, sebuah jam tangan emas untuk Oma. Tidak hanya itu, Raja Saudi Arabia juga mengirimkan "undangan"  baginya untuk menjalankan ibadah Haji tahun depan.

sumber foto : dari sini
 

Oma tampak bersungguh-sungguh dengan ke-Islam-annya (semoga Allah memberi Oma keistiqomahan). Komitmennya untuk menjadi muslimah yang baik terus dia upayakan, termasuk digambarkan saat wawancara ini. Saat perkenalan, dia menyembunyikan tangannya dibalik bajunya. Dia menolak untuk berjabatan tangan. Dia menyebutkan bahwa dia tidak akan mengulurkan tangannya untuk orang asing karena begitulah aturan Islam (Subhanalloh...bagaimana dengan kita? yang sudah muslim sejak lahir. Sudahkah kita memiliki komitmen seperti Oma? faghfirlana...). Dia hanya akan "menyentuh" suaminya. Sambil becanda, dia pun mengatakan bahwa pernyataan ini tidak berarti bahwa dia merencanakan sebuah pernikahan setelah ini (setelah ia menjadi muslimah). Bahkan ketika Oma ditanya, berapakah biaya yang harus dia keluarkan untuk menjadi seorang muslimah. Dia menjawab bahwa hal ini (ke-Islam-annya -red) tidak ada kaitannya dengan uang. Dia mengambil keputusan ini dengan sukarela.

---------------------------------------------------------------------------------------

Subhanalloh walhamdulillah walaa ilaaha illallohu Allohu Akbar!
Betapa kisah ini adalah salah satu contoh bahwa hidayah Allah bisa sampai kepada siapa pun, tidak terbatas asalnya, warna kulitnya atau usianya. Dan kita pun harus yakin bahwa Allah akan memuliakan orang yang bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain. 

"Seseorang mendapat hidayah Allah melalui engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari seekor unta merah "

Itulah yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib RA ketika beliau menyerahkan bendera kepadanya pada saat perang Khaibar. Kemudian Ali berkata : “Atas dasar apa kita memerangi manusia, kita memeranginya sampai mereka seperti kita?”. Rasul bersabda : Sabar, sampai engkau memasuki wilayah mereka, lalu dakwahkan mereka kepada Islam, dan sampaikan kepada mereka kewajiban-kewajibannya, maka demi Allah seseorang mendapatkan hidayah melalui engkau, hal itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah”.

baarokallohu fiiki ya habibati Noor...

Dalam surat Al Kahfi (18) ayat ke 17, Allah berfirman, "Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya."

baarokallohu fiikum untuk Mohammed sekeluarga yang telah menjadi "jalan hidayah" bagi Oma. yang telah mengingatkan kita agar berbuat baik kepada sesama, khususnya tetangga. Karena demikian pula lah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.


Dari ‘Aisyah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma,

bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


" مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِى بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يُوَرِّثُهُ "

” Jibril 'alaihissalam senantiasa (terus-menerus) berpesan kepadaku (untuk berbuat baik) dengan tetangga,sehingga aku mengira bahwasanya dia akan memberikan hak waris kepada tetangga.”

(HR. Al-Bukhari no. 6014 dan 6015, Muslim no. 6852 dan 6854, dan imam-imam ahli hadits lainnya)



Wallohu a'lam bish showab

donderdag 21 maart 2013

B.A.H.A.G.I.A

sumber gambar : dari sini


Tiada seorang pun yang ingin hidupnya sengsara. Betul kaaan? Akan tetapi, tanpa disadari kita melakukan suatu hal yang bisa menyebabkan "sengsara", yaitu banyak keinginan. Ingin ini...ingin itu... Padahal, kalau kita tahu bahwa karunia itu datang karena rasa syukur, bukan karena kenginan. So, banyakin syukurnya yaaa... kalau ingin mendapat karunia.

Ada beberapa kunci kebahagiaan (disampaikan oleh Aa' Gym dalam pengajian KPMI di Brussel tgl 16 Maret 2013), yaitu :
1. Hati yakin bahwa semua karunia ini bersumber dari Allah, lainnya (seperti manusia, tindakan, dsb) hanya sebagai "jalan" atau perantara saja.
2. Senantiasa membasahi lisan dengan mengucap syukur.
"Orang yang menderita itu bukan karena tidak mendapat kenikmatan, tetapi kufur nikmat/lupa bersyukur"
"Hamdalah adalah sebaik-baik do'a"
Seandainya kita yang dipilih oleh Allah sebagai jalan kebaikan bagi orang lain, janganlah berbangga diri. karena sesungguhnya, orang memuji kita bukan karena kebaikan atau kehebatan kita, melainkan karena Allah menutupi aib-aib kita. Astaghfirullohal adziim... :'(
3. Asykurkum lillah, Asykurkum linnas, artinya Orang yang paling bersyukur kepada Allah adalah paling banyak bersyukur kepada manusia (pandai balas budi/tahu berterima kasih).
"Jika kita hanya selalu menerima kebaikan orang lain tanpa membalasnya, maka izzah (kemuliaan/harga diri) kita akan turun. Dan jika kita melakukan kebaikan hanya karena mengharap balasan orang lain, maka itu akan dapat mengotori hati"
4. Manfaatkan nikmat yang ada untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ciri sikap yang benar --> hati merasa tenang
Ciri sikap yang tidak benar --> hati merasa gelisah

"Ahli syukur itu cirinya adalah ikhlas dan istiqomah adalah salah satu ciri ikhlas. 
So, mari kita selalu berusaha bersyukur dengan mengistiqomahkan kebaikan-kebaikan yang sudah kita kerjakan. Sambil terus menata hati dan menyempurnakan kualitasnya. (by : me)"

Bagi yang ingin mendengar rekaman tausyiahnya, bisa di-download di sini.

Wallohu a'lam bish showab

Mendidik Anak Berjiwa Al Qur'an

Subhanallohu Allohu Akbar...


Kesan pertama saya setelah melihat tayangan ini adalah LUAR BIASA! Tamparan keras buat saya, yang masih tertatih-tatih untuk mengistiqomahkan diri dalam menghafal Al Qur'an. Malu, kagum, salut berbalut takbir. Maha besar Allah. betapa tidak? Ketiga kakak beradik yang masih berusia belia ini, Tabarak (9 th), Yazeed (7 th) dan Zeenah (5 th), telah mulai menghafal Al Qur'an saat berusia 3 th-an. Kini ketiganya telah menjadi huffadzul Qur'an 30 juz. Semoga kelak saya dianugerahi putra-putri yang penghafal dan pengamal Al Qur'an..aamiin

 Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (HR. Al-Hakim)


Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bagaimana orang tuanya mengajarkannya? mengingat usia balita itu seorang anak sedikit banyak tergantung dengan apa yang dilakukan atau diberikan oleh kedua orang tuanya.

"Tiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islam). 
Ayah dan ibunyalah yang kelak menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari)

Apa yang dilakukan Dr Kamil Laboudi, ayah dari ketiga huffadz termuda di dunia ini? berikut sekilas dari apa yang saya dengar dari tausyiahnya :
- memperdengarkan ayat-ayat Al Qur'an berulang-ulang
- disiplin waktu
- menghafal dari yang paling mudah
- mendo'akan di saat-saat mustajabah
- memohon pertolongan pada Allah


Yazeed pun ikut berbagi cerita bagaimana ia mulai menghafal Al Qur'an...silakan disimak di video ini...


Subhanalloh...semoga Allah senantiasa memuliakan mereka semua. *sambil termewek-mewek karena terharu sekali ketika Yazeed sangat khusyu membaca do'a, bukan do'a untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk saudara-saudara muslim yang lainnya, termasuk kita :'(*

Wallohu a'lam bish showab

dinsdag 12 maart 2013

Pria vs Wanita

sumber gambar : dari sini

Munculnya kelompok feminisme akhir-akhir ini adalah karena tuntutan mereka yang konon katanya ingin disamakan dengan pria. Ingin ada persamaan hak, kewajiban, perlakuan, dan sebagainya. Nah, apakah memang PRIA itu sama dengan WANITA itu SAMA?

Mari kita lihat bersama...

1.  Perbedaan struktur syaraf dan otak.

Otak manusia itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Pada PRIA, tidak ada syaraf penghubung antara kedua bagian ini. Berbeda dengan WANITA, mereka mereka memiliki syaraf penghubung antar keduanya.

Dalam sebuah tes yang ditujukan untuk pria dan wanita. Mereka masing-masing ditunjukkan beebrapa tulisan yang memiliki warna tertentu (Warna dan tulisannya berbeda , misal. tulisannya MERAH tapi bewarna PUTIH) dan mereka diminta dengan cepat menyebutkan warnanya, bukan tulisannya.
hasilnya, pria cenderung butuh waktu lama untuk menjawabnya (perlu berpikir panjang), sedangkan wanita tidak butuh waktu yang lama untuk menjawabnya dengan benar. Dalam perannya, otak kiri bertugas membaca huruf, dan otak kanan bertugas membaca warna. Sehingga pria yang tidak memiliki syaraf penghubung, terkadang merasa kebingungan saat menerima tugas tersebut, harus membaca WARNA-nya atau TULISAN-nya.

Dengan kata lain,  konsep pria itu mono-tasking (berkonsentrasi dengan satu pekerjaan), sedang wanita itu multi-tasking (bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus).
Jadi, saat suami mengendarai mobil, jangan diajak bicara, karena ia akan marah karena ingin konsentrasi. Sedangkan seorang ibu, dia bisa bebersih, sambil menjaga anak dan nonton sinetron.

Perbedaan pria dan wanita secara struktur otaknya ini, berpengaruh pula pada perbedaan penglihatan.
Pria : sudut pandangnya sempit
Wanita : sudut pandangnya lebih lebar (180 drjt)

Sebagai contoh, jika suami-istri sedang jalan bersama, lalu suami memperhatikan wanita lain, maka si istri akan mudah tahu. karena jika pria memandang sesuatu, maka kepalanya pun mengarah ke sana. Sedangkan wanita, sudut pandangnya lebih lebar. Jadi, bisa jadi si istri juga melirik pria lain, tapi tidak ketahuan saja.

Apa hikmahnya? Hal ini sesuai dengan amanah wanita sebagai seorang istri/ibu dalam rumah tangga "ummu wa robbatul bait" (ibu dan sbg pengatur rumah tangga), bahwa dia dituntut untuk mengetahui sekeliliingnya. Dia harus meyakinkan bahwa lingkungan rumahnya aman, bersih, dan sebagainya. Meski semuanya itu bisa juga dikerjakan dengan bantuan orang lain (pembantu rumah tangga), tetapi setidaknya ia dituntut untuk pandai memikirkan atau mengerjakan banyak hal. Sedang pria itu lebih fokus. Saat berburu dia harus fokus, saat mencari nafkah dia juga harus fokus. Sehingga pria itu pusing jika diajak belanja, karena dia harus memperhatikan banyak hal (berdasarkan penelitian).

2. Perbedaan urgensi "sentuhan"

Berdasarkan hasil sebuah penelitian, wanita disebutkan 4-6 kali lebih sering menyentuh sesamanya dibanding pria. hal ini dikarenakan kulit wanita lebih tipis dari pria sehingga wanita lebih sensitif terhadap sentuhan. Hal ini berbeda dengan pria, yang tidak suka saling menyentuh.

Dalam keseharian yang bisa kita lihat, perempuan biasanya suka pergi bersama-sama sambil bergandengan tangan. Sedangkan laki-laki, mereka menganggap bergandengan tangan itu hal yang tidak penting. Contoh lain adalah saat foto bersama, perempuan biasanya saling menyentuh. Sedangkan laki-laki, cenderung bergaya cool, tanpa saling berpegangan.

Apa hikmahnya? Dalam Islam, disebutkan bahwa laki-laki yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya (HR Ahmad). Maka hendaknya, suami itu banyak "menyentuh" istrinya, tentunya dengan sentuhan penuh kasih. In syaa Allah mawaddah akan tumbuh subur dalam keluarga.
"Rasululloh SAW biasa setiap hari tidak melupakan untuk mengunjungi kami (para istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampirinya dan membelainya, sekalipun tidak mencampurinya, sehingga sampai ke tempat istri yang tiba gilirannya, lalu bermalam disitu." (HR. Abu Dawud).
"ketika seorang suami memegang tangan istrinya dengan penuh kasih sayang, dosa-dosa mereka akan keluar melalui celah-celah jari tangan mereka." (HR Abu Sa'id)

3. Perbedaan dalam hal berbicara.

Pria : tidak perlu bicara banyak, sehingga kosa kata yang dikuasainya lebih sedikit.
Wanita : perlu bicara banyak
Maka tidak heran, jika sebagian besar tele marketing yang bagus itu perempuan karena mereka memiliki kemampuan berbicara, lebih fluent dalam berbicara.

"Wanita itu perlu bicara . Di Itali, wanita berbicara 16-20 ribu kata per hari. Sedangkan pria hanya berbicara 7 ribu kata per hari" (hasil penelitian).
Biasanya, jika pria pulang dr kantor, ia biasanya tidak ingin banyak bicara (karena jatah bicaranya sudah habis di kantor :-)), ia ingin sekadar membaca, nonton TV atau tidur. Sedangkan perempuan, ia merasa perlu bicara. Perempuan itu harus cerewet untuk menjadi calon ibu yg baik. Bagaimana tidak? ketika ia kelak berinteraksi dengan anak-anak, betapa seorang ibu perlu "cerewet".

Berdasarkan sebuah riset tentang bidang keahlian pria dan wanita, disimpulkan bahwa wanita lebih unggul dalam bidang bahasa, sedangkan pria lebih unggul dalam bidang logika, fisika, dan teknologi informasi.

Apa hikmahnya? Di antaranya adalah betapa Allah itu maha Adil, Dia menciptakan wanita yang pandai bicara karena ia harus mengajarkan anak-anaknya

4. Perbedaan dalam menyikapi kondisi terdesak.

Dalam kondisi terdesak, pria akan bertindak tanpa berpikir sedangkan wanita akan berbicara tanpa berpikir. Maka dari itu, penghuni LP itu kebanyakan pria. Sedangkan wanita banyak mendatangi terapis, karena stress dan galau.

Perempuan tertarik pada emosi, sedangkan pria tidak tertarik pada emosi, tetapi lebih tertarik pada tujuan. Menurut penelitian, pria akan pusing setelah 20 menit berbelanja, sedangkan wanita tidak. Wanita itu jika belanja yang dicari itu bukan semata-mata barangnya, tetapi ya "belanjanya" itu sendiri. ia begitu bisa menikmati jalan-jalannya dan juga emosional yang terlibat di sana.

--> hmm, saya jadi ingat pengalaman pribadi nih. Suatu ketika saya pernah jalan-jalan dengan suami, window shopping lah. beberapa kali keluar masuk toko. Suami yang sedari awal, sebelum berangkat, mengingatkan untuk membuat list barang yang dicari pun akhirnya angkat bicara. Apa sih yang dicari? Saya pun menjawab, apa yang dicari tidak ada. Suami pun mengajak pulang. Tetapi, setengah merajuk saya pun meminta kesana dululah (sambil menunjuk ke beberapa toko). Terus suami bertanya lagi, memang mau cari apa di sana? Ya, kali aja ada yang "menarik" 'kan mumpung solden, jawab saya enteng. kalau begitu, kita pulang saja. Hmm, ya sudahlah akhirnya saya menurut meski sedikit nggerundel (maapin ya mas...). Sempat juga beberapa kali "rayuan" saya sukses, dan si Mas, dengan sabar menemani saya jalan-jalan. Ya Allah, saya langsung merasa bersalah setelah mendapat taujih ini, betapa saya sudah "memaksa" suami saya. Akhir-akhir ini pun, kami "bagi tugas" kalau terkait berbelanja. Untuk belanja harian, memang sudah menjadi tugas saya. Kalau ingin beli sesuatu, saya yang survei dulu (sambil window shopping), baru kasih referensi ke suami jika ada beberapa yang perlu "dilihat" atau "dibeli". Solved, dah!

5. Perbedaan dalam interaksi dengan sesama.

Pria cenderung bersaing, sedangkan wanita bekerja sama.
Pria lebih tertarik benda dari pada wajah, wanita lebih tertarik emosi dari pada yg lain

Subhanallah, betapa Allah menciptakan pria dan wanita itu BERBEDA, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

"Perbedaan antara Pria dan Wanita itu, 
tidak lantas membuat salah satu lebih baik atau yang lainnya memiliki aib. 
Akan tetapi dimaksudkan oleh Allah agar pria dan wanita bekerja sama untuk sampai pada tujuan, karena tidak ada manusia yang sempurna."


Itulah yangh diajarkan dalam ISLAM, betapa Allah sudah memberikan hak dan kewajiban, tanggung jawab pria dan wanita itu sesuai dengan potensi fitrahnya masing-masing. Karena membuat-buat yang tidak sesuai dengan fitrahnya, hanyalah akan mendatangkan kerugian dan kehancuran. Sebagaimana para feminis yang menggagas persamaan antara pria dan wanita yang tidak pada tempatnya.

Satu contoh saja misalnya, mereka memahamkan bahwa para istri tidak boleh "di bawah" suami. Oleh karena itu istri harus mandiri dan untuk mandiri, dia harus punya penghasilan sendiri. Dengan begitu, kini banyak wanita bekerja di luar rumah (bukan karena faktor kebutuhan, tetapi lebih karena ingin lebih secara materi atau ingin "eksis"), sehingga tidak sedikit anak-anak ayang kehilangan figur ibu. Sehingga lahirlah anak-anak yg tidak terdidik dengan baik, yang bisa jadi kemudian dia tumbuh menjadi pria yg "menjajah" wanita. So, jika ada pria yang seperti itu, perlu dipertanyakan masa kecilnya. Apakah dia pernah merasakan nikmatnya kasih sayang ibu -yang notabene seorang wanita juga-? naudzubillahi min dzalik

Sebaliknya, jika pasangan suami istri yang membina keluarga Islami itu memahami apa yang menjadi perbedaannya, pastinya mereka tidak mempermasalahkan perbedaannya. Akan tetapi, mereka akan lebih fokus melihat persamaannya, yakni tujuan untuk membentuk keluarga yang SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH.
Tidak lagi saling menuntut hak, tapi saling berusaha menjalankan kewajiban secara optimal.
Tidak lagi saling mencela kekurangan, tapi saling melengkapi.
Tidak ada yang merasa lebih hebat, justru yang tumbuh adalah semangat untuk saling meringankan beban.
Subhanallohu walhamdulillahi walaa ilaaha illallohu Allohu Akbar...

Nabi shallallahu 'alaihi bersabda :

" أَلاَ أُخْبِرُكُمْ ....بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا الَّتِي إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ : لاَ أَذُوْقُ غُمْضًا حَتَّى تَرْضَى"

"Maukah aku kabarkan kepada kalian….tentang wanita-wanita kalian penduduk surga? Yaitu wanita yang penyayang (kepada suaminya), yang subur, yang selalu memberikan manfaat kepada suaminya, yang jika suaminya marah maka iapun mendatangi suaminya lantas meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata, "Aku tidak bisa tenteram tidur hingga engkau ridho kepadaku" (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Sahihah no 287)

Wallohu a'lam bish showab

Sumber : disarikan dari ceramah ustadz Felix Siauw

zondag 3 maart 2013

Menjemput Jodoh Terbaik


Penulis: Ida Fauziah
Judul Buku: Puzzle Jodoh : Curhat Seru dan Tip Inspiratif Menemukan Belahan Jiwa
Jumlah Halaman: xii + 256 halaman
Penerbit: Penerbit Kalil, Imprint PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012
ISBN: 978-979-22-8804-9
Ukuran buku: 134 x 200 mm



Jodoh atau pasangan hidup adalah salah satu rahasia Ilahi, kita tidak tahu itu siapa dan kapan bertemunya. Oleh karena itu, topik ini selalu menarik untuk didiskusikan dan tidak akan ada habisnya. Ya, membicarakan tentang impian dan harapan adalah sesuatu yang mengasyikkan bukan? Namun jika impian itu tak kunjung datang, maka akan sangat memungkinkan timbul rasa H2C (harap-harap cemas), galau bin risau, dan perasaan tak menentu lainnya. Alhamdulillah, melalui buku ini penulis ingin ikut memberi solusi. Buku ini diharapkan bisa membantu menata diri dalam menanti kekasih hati.

Tampilan luar atau desain cover buku ini pun cukup menarik menimbulkan kesan positif. “Menanti jodoh” yang selama ini erat kaitannya dengan rasa cemas, melankolis, putus asa atau galau, ditepis dengan penggambaran cover buku yang warna-warni. Insya Allah setelah membaca buku ini “penantian” Anda akan menjadi lebih bermakna dan tetap ceria.

Buku ini terdiri dari delapan bab, mulai dari pembahasan tentang perasaan yang timbul di saat menanti pasangan, berbagai faktor kenapa tak kunjung menikah, menjelaskan berbagai pilihan “pintu jodoh” yang ibarat lampu lalu lintas. Ada pintu merah (yang terlarang), pintu kuning (yang perlu diwaspadai), dan pintu hijau (yang diperbolehkan). Dalam buku ini juga diuraikan tentang warna-warni perjodohan sebagai salah satu solusi, meskipun kita tidak lagi hidup di zaman Siti Nurbaya. Kemudian buku ini juga menjelaskan terapi mandiri yang bisa dilakukan sebelum menemukan jodoh, yakni dengan memperbaiki hubungan dengan Allah, memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, dan melakukan perbaikan diri. Selain itu, diuraikan pula tentang berbagai upaya untuk muhasabah (introspeksi) diri. Hal lain yang cukup penting adalah dibahasnya tentang hakikat sebuah pernikahan dan kiat meraih pernikahan bahagia. Mengapa hal ini penting? Karena idealnya pemahaman akan tujuan suatu hal itu adalah sebelum melaksanakannya. Al ‘ilmu qobla ‘amal. Pemahaman akan tujuan inilah yang bisa menentukan apa dan bagaimana upaya kita dalam meraihnya. Sebagai bab pamungkas, di bab delapan, Penulis menekankan sekali lagi bahwa kita tidak perlu mengkhawatirkan masalah jodoh ini. Kita harus berupaya untuk khusnudzon pada Allah, terus memperbaiki diri, selalu optimis dan “menjemputnya" di jalan yang diridloi-Nya karena hal ini adalah janji Allah yang disebutkan dalam Al Qur’an di surat Asy Syuraa ayat 11.

Kelebihan buku ini dibanding buku dengan topik serupa adalah, bagaimana Penulis menguraikan secara runut mulai dari permasalahan, alternatif jalan keluar dan solusi riil yang bisa dipraktekkan secara langsung (membuat catatan perbaikan diri pekanan). Buku ini juga tidak terkesan menggurui, baik secara bahasa maupun content-nya. Misalnya, saat menguraikan tentang “pintu jodoh”, penulis menyajikan berbagai alternatif, dari “pintu” yang terlarang, yang diwaspadai dan yang diperbolehkan. Penulis mengajak para pembaca untuk menanyakan pada “hati” masing-masing untuk memilih jalan mana yang akan ditempuh. Selain itu, kisah-kisah nyata yang disisipkan di hampir seluruh sub topiknya membuat buku ini “dekat” dengan realita dan terasa lebih “hidup”. Dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah pun turut menguatkan tulisan.

Salah satu proses penulisan buku ini adalah survei. Nah, gambaran tentang survei dan hasilnya kurang disajikan secara detail. Sekalipun seandainya penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, akan lebih “meyakinkan” jika diinformasikan pula siapa respondennya dan berapa banyak, serta hasilnya.

‘Ala kulli hal, saya turut merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh rekan-rekan yang sedang menanti jodoh. Tentunya bukan karena saya termasuk salah satu kontributornya, tetapi in syaa Allah Anda tidak akan rugi meluangkan waktu sejenak bersamanya dan banyak manfaat yang bisa diambil dengan membacanya. Tahap "menata diri" hendaknya menjadi bagian terbesar dalam masa ini, sehingga penantian Anda tidak akan sia-sia dan lebih bermakna. Semoga penantian rekan-rekan semuanya bernilai plus di hadapan Allah dan berujung pada sebuah pernikahan yang barokah.

Barokallohu fiik... khususnya untuk Penulis atas karya inspiratif-nya, juga para kontributor dan semua pihak yang membuat buku ini beredar di mana-mana, termasuk sampai di Belgia. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal sholeh dan membawa banyak manfaat.

Wallohu a’lam bish showab