maandag 13 februari 2012

Aku dan Delisa

Delisa, sebuah sosok yang baru saja kukenal.
Gadis kecil ini sudah "berani" menamparku. 
Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali.
Bahkan, ia juga mampu memeras air mataku.
Astaghfirullohal adziim...

Ceritanya, beberapa pekan yg lalu saya sempat melihat wall FB teman yg meng-upload trailer film "Hafalan Sholat Delisa".


Subhanalloh "merinding" menontonnya. Masya Allah... Astaghfirullohal adzim... Laa haula walaaa quwwata illa billah... Kalimat-kalimat itulah yang sempat meluncur dari bibirku, sambil mengingat "kehebohan" berita di TV yang melaporkan kejadian Tsunami tanggal 26 Desember 2004 yang lalu.

Sepertinya film yg merupakan visualisasi dari sebuah novel dengan judul yang sama ini bagus, sarat akan hikmah. Hmm, tapi sayangnya...saya sedang tidak di Indo. Tipis harapan ini untuk bisa menonton...huhu. Sesaat kemudian, saya jadi penasaran dengan novelnya. Maklumlah karena jauh dari Indo, jadi kurang update info.. Bisa jadi, novelnya ini sudah "meledak" duluan... seperti film-film yang merupakan visualisasi novel, seperti Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan sebagainya. Ternyata benar, novel yang diterbitkan tahun 2007 ini telah dicetak selama belasan kali. Tumb up!

Saya langsung bertanya pada mbah Google tentang novel ini..setidaknya resensinya. Menemukan beberapa resensinya ternyata membuat saya semakin penasarannn... Semakin kuatlah keinginan saya untuk membaca novel aslinya. Yaah... sekali lagi, tidak mudah mendapatkannya di sini. Give up? No way...hehe.

Browsing lagii, siapa tahu ada ebook-nya... beberapa kali mencoba, ga ketemu. Akhirnya, alhamdulillah...beberapa hari yang lalu saya dapeeet...^_^. Terima kasih sekali bagi yg sudah meng-upload... Salah satu link download-nya ada di sini.  Untuk teman-teman yang di Indo, sepertinya lebih baik membeli novelnya langsung aja ya. Setidaknya bentuk apresiasi pada si penulis. Isnya Allah ga rugi. apalagi kalo ikhlas...:-))

Sama seperti novel-novel "berisi" yang pernah saya baca, saya ngebuuut sekali bacanya... Saya suka gaya penulisannya, sederhana dan menyentuh, meski sejujurnya saya kurang mengenal penulis buku ini yaitu Tere-Liye.





---

Delisa "menamparku" berulang kali!!!

Subhanalloh banyak hikmah yang kudapatkan. Di antaranya adalah :


1. tentang keutamaan sholat khusyu
Sebagai seorang muslim, pasti kita sudah paham akan salah satu kewajibannya, yakni sholat. Sholat ini tidak sekedar bentuk komunikasi kita langsung dengan Allah, tapi ternyata juga berimplikasi pada keseharian. Setidaknya itu yang saya pahami dengan mentadabburi Al Qur'an khususnya surat Al Ankabut ayat 45. di ayat tersebut disebutkan, "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar ".Dengan kata lain, orang yang melakukan sholat, tidak mungkin bisa melakukan kemaksiatan/dosa alias tdak akan ada istilah STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan). Dahsyatnya sholat !! Tentu hal ini akan dapat terjadi, ketika shoat seseorang adalah sholat yang diterima oleh Allah, yang Ikhlas dan KHUSYU'!

Astaghfirullohal adzim, Kemaksiatan masih saja menghiasi hari-hariku, meski sholat sudah berulang kali kukerjakan. Ampuni hamba, Ya Allah...:(( Ajari hamba untuk bisa khusyu...

Dari novel ini saya belajar, setidaknya ada cara agar sholat kita khusyu, yaitu fokuuus (konsentrasi) dan memahami bacaan sholatnya. Sama-sama kita coba yuuuk, agar sholat kita tidak lagi sia-sia...

2. tentang ungkapan cinta
Membaca sekuel cerita bagaimana Delisa mengungkapkan rasa cintanya pada Ummi-nya, duuuh...membuat hatiku haru dan bahagia. Seandainya anak-anakku mengungkapkan hal yang sama (semogaaa...kelak aku punya anak-anak yg sholeh/ah...). Dan aku pun teringat saat telpon dengan ummi beberapa waktu yang lalu, dan di penghujungnya, dengan terbata-bata kuucapkan...love you, Ummi. Jauh dari wanita yang telah melahirkanku ini, membuatku gampang terharu jika mendengar atau membaca kisah tentang ibu, terlebih aku juga seorang wanita yang berharap suatu saat kelak berkesempatan untuk menjadi seorang ibu. Hemmm...

Dalam hadist yang diriwayatkan dari Anas bin Malik dikisahkan. Ada seorang sahabat yang berdiri disamping Rosulullah Shollalahu Alaihi Wa Sallam, lalu seorang sahabat lain lewat dihadapan keduanya. Orang yang berada disamping Rosulullah itu tiba-tiba berkata „Ya Rasulullah, aku mencintai Dia.“ "Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?“, tanya Nabi. "belum" jawab orang itu. Rosulullah berkata, "Nah, kabarkanlah kepadanya!“. Kemudian orang itu segera berkata kepada sahabatnya. "Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.“ Dengan serta merta orang itu menjawab, 'Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya“. (HR. Abu dawud)

Rasulullah sering menganjurkan para sahabat untuk menyatakan rasa kasih sayang terhadap sahabat lainnya. Suatu ketika Beliau bersabda, "apabila seorang muslim mencintai saudaranya (karena Allah) hendaklah dia memberitahukan (kepadanya)“ (HR. Abu dawud dan Tarmidzi)

 Rasulullah saw bersabda: ” Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya yaitu: Imam (pemimpin) yang adil; pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah; orang yang hatinya selalu terikat pada masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula; seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’; orang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya; dan seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan airmatanya.” (HR. Bukhari Muslim)

So, ayoo...kita ungkapkan cinta tulus kita pada orang tua, pasangan (suami/istri), anak-anak, saudara, teman, dan pada semuanya... Ungkapkanlah cinta ini karena Allah semata...

3. tentang bahaya kebencian/iri/dengki
"Kecemburuan itu bagai api yang membakar semak kering. Cepat sekali menyala, melalap apa yang ada di sekitarnya." (HSD : 33)
Astaghfirulloh, tidak mudah menghindari rasa iri, cemburu, dan dengki. Akan tetapi, diingatkan kembali akan bahayanya, membuatku semakin sungguh-sungguh untuk menjauhinya. Terus melatih diri dengan mensyukuri apa yang Allah berikan dan terus berdo'a. dalam Al Qur'an surat Al-Hasyr ayat 9, Allah berfirman :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (الحشر10)
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami, dan janganlah Engkau jadikan hati kami ada gill (dengki) terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau adalah Maha Lembut dan Maha Pengasih”

 Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa : “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)


4. tentang keindahan syukur dan sabar
Membaca bagaimana kisah Delisa bisa bangkit menatap masa depan, setelah ujian yang ia hadapi. Musibah tsunami, kehilangan ummi dan ketiga saudarinya, kehilangan kawan-kawannya...Saluuut! Di usianya yang masih belia, ia mampu menyikapi "takdir dengan indah.

Rasulullah saw bersabda:

“Sungguh mengkagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.” (Imam Muslim)

5. tentang makna keikhlasan. 
Ikhlas itu di awal, di tengah dan di akhir perbuatan
Saya terkesan sekali dengan bagaimana upaya Delisa dalam menghafal bacaan sholatnya. Sampai kemudian ia menanyakan penyebab kesulitannya menghafal. Jawabannya adalah belum adanya keikhlasan!! Hanya karena menginginkan "kalung berinisial D" itu dia jadi kesulitan dalam menghafal. Subhanalloh, begitu dia mulai meluruskan niatnya, menumbuhkan keikhlasan, Allah memberikan banyak kemudahan padanya.

Aku jadi introspeksi diri, "apakah kesulitan atau hambatanku dalam melakukan kebaikan, entah itu menghafal Al Qur'an, bershodaqoh, belajar, dsb, juga karena belum adanya KEIKHLASAN dalam hatiku??" Sebuah pertanyaan yang membutuhkan perenungan. Aku bertaubat Ya Allah...

Bismillah, mari kita latih untuk selalu ikhlas dalam beramal. luruskan niat, sucikan+optimalkan ikhtiar dan akhiri dengan ketawakkalan.


Itulah beberapa hikmah yang kudapat dari membaca novel ini. Barokalloh buat penulisnya... Moga kelak aku pun bisa melahirkan tulisan-tulisan yang sarat akan hikmah. Bravo dunia kepenulisan Indonesia!
---

Nah, alhamdulillah sekarang pun sudah ada film kumplitnya (mulai tayang 20 desember 2011)... Terima kasih sekali lagi buat yang meng-upload.

Selamat menikmati dan semoga ada manfaat yang didapatkan ^___^




Bagaimana? Do you have any comment after watching the movie? 
Barokalloh juga buat sutradara, produser, pemain dan semuanya... Kalian telah sukses...sukses membuat saya menangiiis :((( Insya Allah, juga sukses menyampaikan banyak "pesan". Semoga akan selalu lebih baik...
Terlepas dari kehebatan filmya, jujur saja... saya lebih suka membaca novelnya. Mengapa? Karena saya merasa lebih bebas mem-visualisasi-kan apa yang tertulis dalam novel. Dengan kata lain, aku juga bisa sekalian melatih daya imajinasiku.

Anyway, mabruk buat penulis dan sutradaranya... Semoga "pesan" yang ingin disampaikan sampai pada pembaca atau penontonnya...


wassalam,
Leuven, 13022012

Geen opmerkingen:

Een reactie posten