zondag 12 juni 2011

#Indonesiajujur : Nilai sebuah kejujuran

Astaghfirullohal 'adzim...

Baru saja saya membaca sebuah berita yang membuat hati ini sedih. Singkatnya, berita tersebut mengisahkan seorang ibu yang berusaha memperjuangkan kebenaran. Dia melaporkan tindakan kecurangan (mencontek massal saat Ujian Nasional) yang dilakukan di sekolah anaknya. Tetapi, bukannya didukung...usahanya itu mendapat tanggapan negatif dari sebagian orang, khususnya tetangga kanan-kirinya. Bahkan dia diusir dari rumahnya. Hmm...saya tidak ingin terlalu banyak menceritakan kisah ini, bikin tambah sedih :'(... So, kalau ada yang ingin membaca beritanya, silakan dilihat di sini atau di sumber yang lain. Masya Allah...sudah sebegitu parahkah kondisi bangsaku? Dimana nilai kejujuran sudah menjadi sebuah hal yang sulit untuk diterima, dibenci bahkan dinistakan...

Anyway, saya ingin mengajak kita semua mengambil hikmah dari kejadian ini. Agar kita tidak terjebak pada sebuah sikap yang hanya mencemooh, mengeluh, mencibir atau apapun namanya, seperti yang tidak sedikit dilakukan di antara kita, tanpa berusaha mengambil pelajaran atau melihat dari sudut pandang yang lain atau merasa jauuuh lebih baik (padahal...belum tentu kita lebih baik kan?). Bisa jadi, kejadian-kejadian di sekeliling kita, meski mungkin tidak berdampak langsung pada diri kita, adalah peringatan / pengajaran dari Allah untuk kita juga.

----------
Ada 2 poin yang bisa digarisbawahi dalam permasalahan tersebut, yaitu :

1. Ketidakjujuran (mencontek saat ujian nasional)

Mencontek adalah suatu tindakan yang tidak terpuji. Sepertinya siapapun tahu, namun kadang-kadang tidak mau tahu atau menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa, remeh atau bisa dimaklumi. Sekalipun tujuannya baik, yaitu mendapatkan ke-LULUS-an. Lagi pula, apakah tujuan SEKOLAH itu hanya ingin mengejar IJAZAH, bukan ilmu yang BAROKAH? Masya Allah... Jangan sampai kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kalaupun kita dulu pernah melakukannya, yuuk banyak-banyak beristighfar...semoga Allah mengampuni...*introspeksi diri*.

Kita semua berharap, generasi mendatang adalah generasi yang tidak lebih baik , atau setidaknya tidak lebih buruk,dari generasi sebelumnya. Jangan sampai kita membiarkan diri kita dan anak-cucu atau penerus kita terbuai dalam sikap pragmatis yang hanya melihat dan mengejar hasil akhir, tanpa memperhatikan proses meraihnya.

Yang membuat saya (tambah) sedih adalah konon katanya yang menyarankan untuk melakukan contek-mencontek ini adalah sang guru. Naudzubillah... GURU, yang dalam bahasa Jawa merupakan akronim dari diGUgu lan ditiRU (artinya Guru itu harus bisa jadi teladan), malah melakukan tindakan yang tidak terpuji. Apa jadinya anak didiknya kalau sang gurunya saja sudah mengajarkan demikian? Ingat pepatah "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari"?. Semoga beliau, dan juga siapapun yang masih melakukan hal yang sama, segera diberikan kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar, menunaikan amanah yang mulia sebagai pendidik...pencetak generasi terbaik untuk kemajuan umat...

2.  Anjuran untuk jujur dan menyampaikannya

Kejujuran merupakan suatu nilai yang dijunjung tinggi dalam Islam. Saya rasa, siapa pun setuju hal itu karena memang sesuai fitrahnya. Siapa sih yang mau dibohongi/dicurangi? Hati nurani pasti akan teriak ketika melihat atau merasakan suatu kecurangan atau ketidak-jujuran.

Kita pun sangat dianjurkan untuk menyuarakannya. Bagi umat Islam, mungkin sudah tidak asing lagi dengan pesan Rasulullah SAW : "Qulil haqqan walau kaana murran", yang artinya, katakan yang benar meski itu pahit. Bismillah...insya Allah, Allah akan menampakkan yang haq dan yang bathil. Dan kita, sebagai warga negara yang tinggal di negara hukum, ada mekanisme yang harus dijalani untuk menegakkannya. So, selama mekanisme tersebut kita jalani...insya Allah, masih dapat dibenarkan dan tetap semangat! Buat pihak-pihak yang berwenang pun juga harus ikut berperan dalam menegakkannya, dengan menjalankan amanah sebaik-baiknya. *Special buat ibu S, semoga Allah memberimu kekuatan*

Rasulullah menyatakan dengan sabdanya: "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Yuuk kita Mulai menanamkan ke-JUJUR-an pada diri kita masing-masing, Mulai dari hal yang kecil, Mulai dari sekarang (penerapan prinsip 3M-nya Aa Gym niyyy:)). Kejujuran pun perlu ditegakkan dalam berbagai hal, bukan hanya di dunia pendidikan. Yang ibu rumah tangga, jujur dalam mengelola keuangan rumah tangga ; yang lagi sekolah, belajar yang rajin, jadi ga perlu nyontek saat ujian ; yang pekerja..kalo jam kerja ya kerja...bukan melakukan aktivitas yang lain ; yang pimpinan, jadi yang amanah dan "membayar" pekerjanya sesuai haknya ; begitu seterusnya. Saya yakin ke-JUJUR-an ini bisa menjadi awal kebajikan yang lain dan bisa mencegah kita berbuat maksiat. koq bisa? Ya iyalah...lagian berbohong pada yang Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui itu tiada gunanya kan? karena Ia tetap akan merekam apa yang kita lakukan, dan memintai pertanggung-jawaban. Kalaupun di dunia kita bisa "ngeles" (menghindar), bisakah nanti kita begitu di akhirat?
----------

And the last...Harapan itu masih ada! Harapan untuk Indonesia yang lebih baik karena saya yakin masih ada banyak orang JUJUR di negeri ini. Kalapun sudah tinggal sedikit...semoga kita menjadi bagian yg sedikit itu dan bisa memperbanyaknya. Semoga Allah memberi kekuatan dan keistiqomahan pada para pejuang kebenaran dan kejujuran. Amin.

Geen opmerkingen:

Een reactie posten