Saudaraku...sekarang kita telah masuk bulan Sya'ban. Itu artinya, Ramadhan sebentar lagi...tidak sampai sebulan lagi...^__^
Mungkin Ramadhan ini bukanlah kali pertama kita berpuasa, namun bisa jadi Ramadhan ini adalah Ramadhan kita yang terakhir. Wallohu a'lam. Karena kita tidak tahu apakah kita masih bisa bertemu lagi dengan Ramadhan di tahun yang akan datang. Oleh karena itu, mari kita jadikan Ramadhan kali ini Ramadhan yang istimewa, Ramadhan yang luar biasa, Ramadhan yang lebih baik dari Ramadhan sebelumnya. Setuju kaaan??
Banyak upaya yang bisa kita lakukan untuk menjadikannya istimewa. Para ulama salafus salih membagi ada beberapa persiapan yang bisa kita lakukan dalam menyambut bulan yang mulia ini, mencakup : Persiapan mental, Persiapan spiritual/ruhiyah, Persiapan intelektual/fikriyah, dan Persiapan fisik dan materi.
Banyak upaya yang bisa kita lakukan untuk menjadikannya istimewa. Para ulama salafus salih membagi ada beberapa persiapan yang bisa kita lakukan dalam menyambut bulan yang mulia ini, mencakup : Persiapan mental, Persiapan spiritual/ruhiyah, Persiapan intelektual/fikriyah, dan Persiapan fisik dan materi.
1. Persiapan mental
Kita pasti mengetahui syarat diterimanya sebuah amal, yaitu : niat ikhlas (hanya mengharap ridlo Allah) dan ittiba’ rasul (mengikuti tata cara yang telah dicontohkan oleh rasulullah SAW). Apabila kita menginginkan amal ibadah kita diterima oleh Allah, maka kita harus benar-benar memperhatikan kedua hal tersebut.
Secara psikologis, niat atau motivasi sangat membantu amal (perbuatan) yang akan dilakukan dan juga memberikan dampak yang sangat positif. Niat akan memunculkan semangat dan ketahanan seorang muslim dalam mengerjakan ibadah. Oleh karena itulah niat menjadi pilar utama dalam beribadah.
Bagi orang mukmin, Ramadhan adalah bulan (perbanyak) ibadah. Oleh karenanya diperlukan kesiapan mental dalam menyongsong berbagai macam bentuk ibadah tersebut, khususnya puasa, bangun malam (qiyamul lail), sholat tarawih dan lain-lain. Tanpa persiapan mental yang prima, maka orang-orang beriman akan cepat lelah dalam beribadah atau bahkan meninggalkan sebagian ibadah sama sekali.
Kesiapan mental akan sangat dibutuhkan khususnya pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena "ujian" akan semakin banyak. Lihat saja, mulai keinginan belanja mempersiapkan hari raya, sibuk membuat kue, menata rumah dan sebagainya. Hal ini dapat mempengaruhi kekhusyukan kita dalam ibadah di bulan Ramadhan. Padahal, kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim juga dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub serta ibadah lainnya, maka insya Allah, dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan. Dan akan lebih baik lagi, jika ke-istiqomah-an beribadah selama Ramadhan juga dilanjutkan di bulan-bulan berikutnya.
2.Persiapan spiritual/ruhiyah
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, puasa sunnah, dzikir, do’a dan lain-lain. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah SAW mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. Beliau berkata: ”Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
Dalam riwayat yang lain, dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya: “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda: ”Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah).
Memperbanyak ibadah sebelum Ramadhan juga bisa berfungsi sebagai ajang latihan dan pembiasaan. Bisa diandaikan jika kita seorang pelajar. Seorang pelajar yang baik tentunya akan belajar setiap hari, ada/tiada PR. Sehingga, ketika guru melaksanakan ujian, dia pun tidak perlu begadang semalaman atau bahkan sampai sakit, karena harus membaca buku pelajaran yang banyak. Hasilnya pun biasanya akan lebih baik, mereka yang sudah rutin belajarnya, karena ia sudah membacanya berulang kali dan memahaminya. "Bisa karena biasa", kata orang bijak.
Begitu pula dengan kita. Misalnya, kita menargetkan khatam Qur'an setidaknya sekali selama Ramadhan. Nah berarti, minimal kita baca 1 juz per hari (kalau buat muslimah yang sudah baligh, tentunya masa sucinya kurang dari 30 hari...skitar 21 hari. so, kita musti baca min.1,3 juz per hari). Nah, untuk bisa sesuai target, tentunya tidak mudah dan terasa berat. Apalagi jika kita tidak terbiasa. Artinya, jika ia sudah terbiasa dengan ritme ibadah, tidaklah ia "terkaget-kaget" atau ngebuuut ibadah selama ramadhan yang tanpa bisa menikmatinya, yang kemudian ia (bisa) "kelelahan" fisik maupun ruhiyah.
3. Persiapan intelektual/fikriyah
3. Persiapan intelektual/fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Sebagaimana dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i dan Ibnu Majah). Masya Allah, sungguh rugi kaan? Hal ini bisa dikarenakan puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup.
Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka. Dua orang yang mengamalkan ibadah yang sama tidak otomatis mendapatkan hasil yang sama. Rasulullah SAW menyampaikan ada dua kelompok orang yang sama-sama melakukan ibadah puasa, sedangkan hasilnya yang pertama mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya, sementara yang lain cuma mendapatkan lapar dan dahaga. Rasul Saw bersabda: Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (Hadits riwayat Bukhori dan, Muslim ). Semoga kita termasuk golongan yang pertama yaa...yang mendapatkan ampunan. Amin ya Robb.
Nah, ilmu apa saja sih yang sebaiknya kita ketahui? Mulai syarat dan rukun puasa, hal-hal apa saja yang membatalkan puasa, hal-hal apa saja yang diperbolehkan selama puasa, keringanan-keringanan selama berpuasa, tata cara ibadah-ibadah sunnah yang dianjurkan selama bulan Ramadhan, do'a dan dzikir yang sesuai dengan Al Qur'an dan Sunnah, dan sebagainya. Yang jelas ilmu yang kita butuhkan agar menjadikan puasa kita diterima oleh Allah dan kita raih kemuliaannya.
4. Persiapan Fisik dan Materi
4. Persiapan Fisik dan Materi
Fisik dan materi sangat menopang ibadah di bulan Ramadhan yang dilakukan seorang muslim. Seorang muslim tidak akan mampu berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah justru mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa kebiasaan di bawah ini :
· Menyikat gigi dengan siwak (HR Bukhari dan Abu Daud).
· Berobat dengan berbekam/Al-Hijamah. (HR Bukhori dan Muslim)
· Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah Saw kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud Ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR Al-Haitsami)
Kekuatan fisik/kesehatan perlu kita perhatikan juga, terlebih kita (yang tinggal di Belgia dan di daerah lain yang sedang summer nih) yang sekarang akan menjalani ibadah puasa Ramadhan di musim panas, yang artinya waktu puasanya (jarak antara matahari terbit hingga matahari terbenamnya) cukup lama. Jarak antara subuh dan maghribnya cukup panjang...yakni 16 -18 jam (abis ngintip jadwal di islamicfinder.org :)). Hmm...tidak jauh beda dengan tahun lalu, malah sedikit lebih panjang. Kalau sudah begini, jadi malu karena kurang bersyukuuur saat puasa di negeri sendiri. Puasa yang dimudahkan dan waktunya pun pas...tidak terlalu panjang/pendek (kalau pendek sihh sebetulnya harus lebih bersyukur lagiii...hehe).
Menyiasati kondisi yang demikian (puasa yang lama), maka kita perlu melakukan latihan-latihan, sehingga tubuh kita sudah “siap” dan terbiasa. Salah satu diantaranya adalah dengan melakukan ibadah puasa, baik puasa sunnah maupun puasa qadha’ (mengganti puasa Ramadhan yang lalu), di bulan-bulan ini sebelum Ramadhan. nah, mumpung masih sebulan lagi...yuk kita coba , skalian membayar hutang puasa kalau masih punya. Kalau saya, alhamdulillah hutang puasa sudah lunas ^__^, bagaimana dengan anda??
Kalaupun nanti, kita sakit/memiliki halangan yang syar'i...insya Allah, Allah pun memberi keringanan untuk tidak berpuasa.
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi (harta) yang halal, untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusyu, dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusyuan ibadah Ramadhan.
Untuk saudara2 yang memang dapet berkah Ramadhan, dengan meningkatnya job, --misalnya...penjual kue (banyak yang pesen kue-kue lebaran), penjahit (banyak yang menjahitkan baju), dsb--, semoga juga tetap bisa menikmati Ramadhan dengan ibadah-ibadah mahdhoh dan meniatkan pekerjaannya untuk mengharap ridho Allah. Tentunya, setiap kita, perlu membuat trik dan tips masing-masing...agar ibadah OK dan kerjaan jalan teruss, meski mungkin juga perlu tahu apa yang perlu kita prioritaskan. Sehingga, pada akhirnya..kita pun menjadi orang-orang yang menang...dengan meraih gelar TAQWA.
Saudaraku...kita persiapkan diri yuuk. Menyambut bulan Ramadhan yang mulia, sambut dengan hati suka cita dan persiapan jiwa dan raga...'tuk raih gelar TAQWA dan ridlo-Nya.
Amien ya robbal 'alamiin.
Saudaraku...kita persiapkan diri yuuk. Menyambut bulan Ramadhan yang mulia, sambut dengan hati suka cita dan persiapan jiwa dan raga...'tuk raih gelar TAQWA dan ridlo-Nya.
Amien ya robbal 'alamiin.
Terimakasih Elly atas artikel himbauan persiapan Ramadhan yg bagus ini. Tambahan sedikit dan sederhana dari saya,semoga berguna. Berpuasa disini juga meminta tekad kita yang lebih tinggi/bulat karena suasananya tidak seperti di Indonesia. Lingkungan disekitar kita terutama terdiri dari orang2 yg tidak berpuasa. Apalagi dimusim summer meraka banyak makan2/minum2 di teras2, jadi kita harus lebih kuat menentang gangguan lapar,gangguan 'kabita (pengen juga)' plus rasa dahaga karena cuaca yang panas. Bagi mereka yg belum pernah berpuasa dibulan summer, pengalaman saya adalah usahakanlah supaya cukup minum air yang cukup . Agak susah sih sebab perut masih penuh baru buka jam sepuluh lebih, isya baru tengah malaman dan jam 3-an sdh imsak. Tapi menahan lapar lebih mudah daripada menahan haus. Apalagi dgn jam kerja yang panjang dan diruangan yang panas tanpa AC.. Dan karena tidur juga kurang, kalau bisa (agak susah buat yang punya anak kecil) , atau yg bekerja) usahakanlah tdiur siang sebentar di-tengah2 kesibukan rutin se-hari2 .
BeantwoordenVerwijderenLink yg membahas permasalahan puasa panjang di-negara2 subtropis:
http://www.syariahonline.com/v2/puasa/2000-puasa-saat-musim-panas-yang-panjang.html
Terima kasih jg Wak Ann sudah mampir dan tambahannya. wah kl bgini nih kelihatan pengalaman yg berbicara, secara Wak Ann dah puluhan tahun tinggal di Belgia ^_^. Makasih jg atas link-nya, nanti akan sy kunjungi jg.
Verwijderen