dinsdag 26 maart 2013

Oma Georgette, Muallaf Tertua di Dunia

Membaca atau mendengar kisah-kisah muallaf, merupakan "penyemangat" tersendiri buat saya. Penyemangat untuk menjadi muslimah yang lebih baik, sebagai bentuk syukur saya pada Allah atas nikmat iman dan Islam. Belum lagi saat mendengar "perjuangan" mereka untuk ber-Islam. Luar biasa! Sering "malu hati" melihat kesungguhan dan komitmen mereka dalam ber-Islam. Alhamdulillah tinggal di luar negeri, tak menjadi halangan untuk merasakan manisnya iman. 


"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)


Kemarin, tanpa sengaja saya membaca postingan seorang teman via FB tentang kisah seorang Muallaf Belgia. Kisah kali ini cukup istimewa bagi saya. Apa istimewanya? Seseorang yang masuk islam kali ini bukanlah dari kalangan remaja atau paruh baya atau ilmuwan, seperti yang beberapa kali sempat saya dengar. Akan tetapi, orang yang masuk Islam ini adalah seorang Oma yang berusia 91 tahun (saat ini dia berusia 92 th). Allohu Akbar!

Ingin tahu kisahnya? Saya mencoba menuliskan sebatas yang saya tahu dari artikel di sebuah media online tersebut...

---------------------------------------------------------------------------------------

sumber gambar : dari sini

Georgette Lepaulle, namanya (selanjutnya saya sebut Oma). Oma tinggal di Berchem, di sebuah kota di propinsi Antwerpen, Belgia. Tahun lalu, th 2012, Oma telah membaca dua kalimat syahadat. Bahkan, saat itu Oma tercatat sebagai muallaf tertua di dunia (saat itu usianya 91 tahun). Oma memutuskan untuk menjadi seorang muslimah karena tertarik dengan keramah-tamahan muslim (yang berada disekelilingnya) dan beberapa kali dia merasa bahwa Allah mengabulkan do'anya. Allohu Akbar!
Ceritanya berawal saat 2 tahun yang lalu, saat keluarga Oma akan memasukkannya ke panti jompo. Mohammed, seorang muslim yang telah bertetangga dengannya lebih dari 40 tahun, menghalang-halangi niatan itu. Dia mengajak Oma untuk tinggal bersama keluarganya karena keluarga Mohammed telah mengenal Oma sejak lama. Apalagi ibu Mohammed juga sudah meninggal, dia sudah menganggap Oma seperti ibunya sendiri. Sejak tinggal bersama keluarga Mohammed, Oma mulai tertarik dengan Islam. Oma melihat mereka sholat berjama'ah, saling berkasih-sayang, dan saling berbagi. Oma melihat makna "keluarga" yang begitu indah dalam keluarga Muhammed, sangat berbeda dengan kondisi keluarganya.

Pada musim panas tahun lalu (2012), Oma ikut dengan Muhammed untuk mengunjungi keluarganya di Maroko. Pada waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan puasa bagi umat Islam. Puasa bukanlah hal yang asing bagi Oma yang (dulunya) beragama Katolik. Dia dibaptis, pergi ke biarawati di sekolah, dua kali menikah di gereja dan kedua suaminya pun telah meninggal dan dikuburkan dengan cara gereja. Selama hidup dia bekerja sebagai seorang pembantu di sebuah keluarga Yahudi. Namun dia merasa bahwa agamanya tidak pernah "menyentuh"nya. Sebaliknya, dia merasa jauh dari Tuhan. Dia mulai merokok untuk pertama kalinya saat berusia 5 tahun hingga usianya 78 tahun. Pada usia 7 tahun, dia mulai minum alkohol hingga sebelum dia masuk Islam, dia minum setengah botol wine setiap hari. Itulah kebiasaan lamanya sejak pernikahan pertamanya dengan seorang pilot Italia yang telah meninggal saat perang.

Oma merasa keikutsertaannya saat Ramadhan tahun lalu itu membangkitkan jiwa religiusnya. Dia sendiri merasa kaget. Dia merasa sangat terlambat merasakan "pengalaman" ini, merasakan hubungan dengan sesuatu yang "lebih tinggi", dengan Allah. Dia merasakan keterbukaan-Nya, juga cinta-Nya. Dia pernah berdo'a meminta kesembuhan untuk temannya dan untuk keselamatan seorang anak muda yang "salah jalan". Kedua do'anya itu telah dikabulkan-Nya. Baginya, itu sudah cukup menguatkan dirinya untuk masuk islam.

Saat masuk Islam, para muslimah "membersihkan" seluruh tubuh Oma (mungkin maksudnya adalah mandi besar sebagai salah satu hal yang diwajibkan ketika seseorang itu masuk Islam, sebagaimana dalam sebuah hadits, Dari Qais bin Ashim Radhiyallahu Anhu bahwa ia masuk Islam, lalu diperintah oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam agar mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 128, Nasa’I I: 109, Tirmidzi, II:58 no: 602 dan ‘Aunul Marbud II: 19 no: 351). -red). Setelah itu, para muslimah pun menghujani Oma dengan ciuman. Menurut Oma, ia tidak pernah mendapat ciuman yang sebanyak itu sepanjang hidupnya. Dia merasa senang karena mereka menganggapnya sebagai saudaranya. Sejak masuk Islam, banyak hal yang harus Oma tinggalkan, seperti minuman keras , rokok, daging babi dan juga sesuatu yang tidak mudah bagi seorang wanita yakni make-up. Sebelumnya, Oma selalu memakai make-up yang tebal.

Begitu kembali di Belgia, mereka pergi ke masjid besar di Brussels untuk mengurus Sertifikat ke-Islam-an Noor, nama baru Oma. Kemudian masjid di Brussels melaporkannya ke masjid di Mekah. Ternyata, tidak ada muallaf yang lebih tua dari usia Oma saat itu, yaitu 91 tahun. Segera saja Raja Saudi Arabia mengirimkan utusannya ke Berchem untuk memberikan hadiah, sebuah jam tangan emas untuk Oma. Tidak hanya itu, Raja Saudi Arabia juga mengirimkan "undangan"  baginya untuk menjalankan ibadah Haji tahun depan.

sumber foto : dari sini
 

Oma tampak bersungguh-sungguh dengan ke-Islam-annya (semoga Allah memberi Oma keistiqomahan). Komitmennya untuk menjadi muslimah yang baik terus dia upayakan, termasuk digambarkan saat wawancara ini. Saat perkenalan, dia menyembunyikan tangannya dibalik bajunya. Dia menolak untuk berjabatan tangan. Dia menyebutkan bahwa dia tidak akan mengulurkan tangannya untuk orang asing karena begitulah aturan Islam (Subhanalloh...bagaimana dengan kita? yang sudah muslim sejak lahir. Sudahkah kita memiliki komitmen seperti Oma? faghfirlana...). Dia hanya akan "menyentuh" suaminya. Sambil becanda, dia pun mengatakan bahwa pernyataan ini tidak berarti bahwa dia merencanakan sebuah pernikahan setelah ini (setelah ia menjadi muslimah). Bahkan ketika Oma ditanya, berapakah biaya yang harus dia keluarkan untuk menjadi seorang muslimah. Dia menjawab bahwa hal ini (ke-Islam-annya -red) tidak ada kaitannya dengan uang. Dia mengambil keputusan ini dengan sukarela.

---------------------------------------------------------------------------------------

Subhanalloh walhamdulillah walaa ilaaha illallohu Allohu Akbar!
Betapa kisah ini adalah salah satu contoh bahwa hidayah Allah bisa sampai kepada siapa pun, tidak terbatas asalnya, warna kulitnya atau usianya. Dan kita pun harus yakin bahwa Allah akan memuliakan orang yang bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain. 

"Seseorang mendapat hidayah Allah melalui engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari seekor unta merah "

Itulah yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib RA ketika beliau menyerahkan bendera kepadanya pada saat perang Khaibar. Kemudian Ali berkata : “Atas dasar apa kita memerangi manusia, kita memeranginya sampai mereka seperti kita?”. Rasul bersabda : Sabar, sampai engkau memasuki wilayah mereka, lalu dakwahkan mereka kepada Islam, dan sampaikan kepada mereka kewajiban-kewajibannya, maka demi Allah seseorang mendapatkan hidayah melalui engkau, hal itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah”.

baarokallohu fiiki ya habibati Noor...

Dalam surat Al Kahfi (18) ayat ke 17, Allah berfirman, "Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya."

baarokallohu fiikum untuk Mohammed sekeluarga yang telah menjadi "jalan hidayah" bagi Oma. yang telah mengingatkan kita agar berbuat baik kepada sesama, khususnya tetangga. Karena demikian pula lah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.


Dari ‘Aisyah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma,

bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


" مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِى بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يُوَرِّثُهُ "

” Jibril 'alaihissalam senantiasa (terus-menerus) berpesan kepadaku (untuk berbuat baik) dengan tetangga,sehingga aku mengira bahwasanya dia akan memberikan hak waris kepada tetangga.”

(HR. Al-Bukhari no. 6014 dan 6015, Muslim no. 6852 dan 6854, dan imam-imam ahli hadits lainnya)



Wallohu a'lam bish showab

2 opmerkingen:

  1. Subkhanalloh...... kisah indah mendekati akhir hidup. Salah satu cermin buat memandang wajah kita.

    BeantwoordenVerwijderen
    Reacties
    1. betul mas Munir...sungguh akhir yang baik, khusnul khotimah, in syaa Allah. Smg qt jg diberikan akhir kehidupan yg baik..aamiin

      Verwijderen