sumber gambar : dari sini
Munculnya kelompok feminisme akhir-akhir ini adalah karena tuntutan mereka yang konon katanya ingin disamakan dengan pria. Ingin ada persamaan hak, kewajiban, perlakuan, dan sebagainya. Nah, apakah memang PRIA itu sama dengan WANITA itu SAMA?
Mari kita lihat bersama...
1. Perbedaan struktur syaraf dan otak.
Otak manusia itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Pada PRIA, tidak ada syaraf penghubung antara kedua bagian ini. Berbeda dengan WANITA, mereka mereka memiliki syaraf penghubung antar keduanya.
Dalam sebuah tes yang ditujukan untuk pria dan wanita. Mereka masing-masing ditunjukkan beebrapa tulisan yang memiliki warna tertentu (Warna dan tulisannya berbeda , misal. tulisannya MERAH tapi bewarna PUTIH) dan mereka diminta dengan cepat menyebutkan warnanya, bukan tulisannya.
hasilnya, pria cenderung butuh waktu lama untuk menjawabnya (perlu berpikir panjang), sedangkan wanita tidak butuh waktu yang lama untuk menjawabnya dengan benar. Dalam perannya, otak kiri bertugas membaca huruf, dan otak kanan bertugas membaca warna. Sehingga pria yang tidak memiliki syaraf penghubung, terkadang merasa kebingungan saat menerima tugas tersebut, harus membaca WARNA-nya atau TULISAN-nya.
Dengan kata lain, konsep pria itu mono-tasking (berkonsentrasi dengan satu pekerjaan), sedang wanita itu multi-tasking (bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus).
Jadi, saat suami mengendarai mobil, jangan diajak bicara, karena ia akan marah karena ingin konsentrasi. Sedangkan seorang ibu, dia bisa bebersih, sambil menjaga anak dan nonton sinetron.
Perbedaan pria dan wanita secara struktur otaknya ini, berpengaruh pula pada perbedaan penglihatan.
Pria : sudut pandangnya sempit
Wanita : sudut pandangnya lebih lebar (180 drjt)
Sebagai contoh, jika suami-istri sedang jalan bersama, lalu suami memperhatikan wanita lain, maka si istri akan mudah tahu. karena jika pria memandang sesuatu, maka kepalanya pun mengarah ke sana. Sedangkan wanita, sudut pandangnya lebih lebar. Jadi, bisa jadi si istri juga melirik pria lain, tapi tidak ketahuan saja.
Apa hikmahnya? Hal ini sesuai dengan amanah wanita sebagai seorang istri/ibu dalam rumah tangga "ummu wa robbatul bait" (ibu dan sbg pengatur rumah tangga), bahwa dia dituntut untuk mengetahui sekeliliingnya. Dia harus meyakinkan bahwa lingkungan rumahnya aman, bersih, dan sebagainya. Meski semuanya itu bisa juga dikerjakan dengan bantuan orang lain (pembantu rumah tangga), tetapi setidaknya ia dituntut untuk pandai memikirkan atau mengerjakan banyak hal. Sedang pria itu lebih fokus. Saat berburu dia harus fokus, saat mencari nafkah dia juga harus fokus. Sehingga pria itu pusing jika diajak belanja, karena dia harus memperhatikan banyak hal (berdasarkan penelitian).
2. Perbedaan urgensi "sentuhan"
Berdasarkan hasil sebuah penelitian, wanita disebutkan 4-6 kali lebih sering menyentuh sesamanya dibanding pria. hal ini dikarenakan kulit wanita lebih tipis dari pria sehingga wanita lebih sensitif terhadap sentuhan. Hal ini berbeda dengan pria, yang tidak suka saling menyentuh.
Dalam keseharian yang bisa kita lihat, perempuan biasanya suka pergi bersama-sama sambil bergandengan tangan. Sedangkan laki-laki, mereka menganggap bergandengan tangan itu hal yang tidak penting. Contoh lain adalah saat foto bersama, perempuan biasanya saling menyentuh. Sedangkan laki-laki, cenderung bergaya cool, tanpa saling berpegangan.
Apa hikmahnya? Dalam Islam, disebutkan bahwa laki-laki yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya (HR Ahmad). Maka hendaknya, suami itu banyak "menyentuh" istrinya, tentunya dengan sentuhan penuh kasih. In syaa Allah mawaddah akan tumbuh subur dalam keluarga.
"Rasululloh SAW biasa setiap hari tidak melupakan untuk mengunjungi kami (para istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampirinya dan membelainya, sekalipun tidak mencampurinya, sehingga sampai ke tempat istri yang tiba gilirannya, lalu bermalam disitu." (HR. Abu Dawud).
"ketika seorang suami memegang tangan istrinya dengan penuh kasih sayang, dosa-dosa mereka akan keluar melalui celah-celah jari tangan mereka." (HR Abu Sa'id)
3. Perbedaan dalam hal berbicara.
Pria : tidak perlu bicara banyak, sehingga kosa kata yang dikuasainya lebih sedikit.
Wanita : perlu bicara banyak
Maka tidak heran, jika sebagian besar tele marketing yang bagus itu perempuan karena mereka memiliki kemampuan berbicara, lebih fluent dalam berbicara.
"Wanita itu perlu bicara . Di Itali, wanita berbicara 16-20 ribu kata per hari. Sedangkan pria hanya berbicara 7 ribu kata per hari" (hasil penelitian).
Biasanya, jika pria pulang dr kantor, ia biasanya tidak ingin banyak bicara (karena jatah bicaranya sudah habis di kantor :-)), ia ingin sekadar membaca, nonton TV atau tidur. Sedangkan perempuan, ia merasa perlu bicara. Perempuan itu harus cerewet untuk menjadi calon ibu yg baik. Bagaimana tidak? ketika ia kelak berinteraksi dengan anak-anak, betapa seorang ibu perlu "cerewet".
Berdasarkan sebuah riset tentang bidang keahlian pria dan wanita, disimpulkan bahwa wanita lebih unggul dalam bidang bahasa, sedangkan pria lebih unggul dalam bidang logika, fisika, dan teknologi informasi.
Apa hikmahnya? Di antaranya adalah betapa Allah itu maha Adil, Dia menciptakan wanita yang pandai bicara karena ia harus mengajarkan anak-anaknya
4. Perbedaan dalam menyikapi kondisi terdesak.
Dalam kondisi terdesak, pria akan bertindak tanpa berpikir sedangkan wanita akan berbicara tanpa berpikir. Maka dari itu, penghuni LP itu kebanyakan pria. Sedangkan wanita banyak mendatangi terapis, karena stress dan galau.
Perempuan tertarik pada emosi, sedangkan pria tidak tertarik pada emosi, tetapi lebih tertarik pada tujuan. Menurut penelitian, pria akan pusing setelah 20 menit berbelanja, sedangkan wanita tidak. Wanita itu jika belanja yang dicari itu bukan semata-mata barangnya, tetapi ya "belanjanya" itu sendiri. ia begitu bisa menikmati jalan-jalannya dan juga emosional yang terlibat di sana.
--> hmm, saya jadi ingat pengalaman pribadi nih. Suatu ketika saya pernah jalan-jalan dengan suami, window shopping lah. beberapa kali keluar masuk toko. Suami yang sedari awal, sebelum berangkat, mengingatkan untuk membuat list barang yang dicari pun akhirnya angkat bicara. Apa sih yang dicari? Saya pun menjawab, apa yang dicari tidak ada. Suami pun mengajak pulang. Tetapi, setengah merajuk saya pun meminta kesana dululah (sambil menunjuk ke beberapa toko). Terus suami bertanya lagi, memang mau cari apa di sana? Ya, kali aja ada yang "menarik" 'kan mumpung solden, jawab saya enteng. kalau begitu, kita pulang saja. Hmm, ya sudahlah akhirnya saya menurut meski sedikit nggerundel (maapin ya mas...). Sempat juga beberapa kali "rayuan" saya sukses, dan si Mas, dengan sabar menemani saya jalan-jalan. Ya Allah, saya langsung merasa bersalah setelah mendapat taujih ini, betapa saya sudah "memaksa" suami saya. Akhir-akhir ini pun, kami "bagi tugas" kalau terkait berbelanja. Untuk belanja harian, memang sudah menjadi tugas saya. Kalau ingin beli sesuatu, saya yang survei dulu (sambil window shopping), baru kasih referensi ke suami jika ada beberapa yang perlu "dilihat" atau "dibeli". Solved, dah!
5. Perbedaan dalam interaksi dengan sesama.
Pria cenderung bersaing, sedangkan wanita bekerja sama.
Pria lebih tertarik benda dari pada wajah, wanita lebih tertarik emosi dari pada yg lain
Subhanallah, betapa Allah menciptakan pria dan wanita itu BERBEDA, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
"Perbedaan antara Pria dan Wanita itu,
tidak lantas membuat salah satu lebih baik atau yang lainnya memiliki aib.
Akan tetapi dimaksudkan oleh Allah agar pria dan wanita bekerja sama untuk sampai pada tujuan, karena tidak ada manusia yang sempurna."
Itulah yangh diajarkan dalam ISLAM, betapa Allah sudah memberikan hak dan kewajiban, tanggung jawab pria dan wanita itu sesuai dengan potensi fitrahnya masing-masing. Karena membuat-buat yang tidak sesuai dengan fitrahnya, hanyalah akan mendatangkan kerugian dan kehancuran. Sebagaimana para feminis yang menggagas persamaan antara pria dan wanita yang tidak pada tempatnya.
Satu contoh saja misalnya, mereka memahamkan bahwa para istri tidak boleh "di bawah" suami. Oleh karena itu istri harus mandiri dan untuk mandiri, dia harus punya penghasilan sendiri. Dengan begitu, kini banyak wanita bekerja di luar rumah (bukan karena faktor kebutuhan, tetapi lebih karena ingin lebih secara materi atau ingin "eksis"), sehingga tidak sedikit anak-anak ayang kehilangan figur ibu. Sehingga lahirlah anak-anak yg tidak terdidik dengan baik, yang bisa jadi kemudian dia tumbuh menjadi pria yg "menjajah" wanita. So, jika ada pria yang seperti itu, perlu dipertanyakan masa kecilnya. Apakah dia pernah merasakan nikmatnya kasih sayang ibu -yang notabene seorang wanita juga-? naudzubillahi min dzalik
Sebaliknya, jika pasangan suami istri yang membina keluarga Islami itu memahami apa yang menjadi perbedaannya, pastinya mereka tidak mempermasalahkan perbedaannya. Akan tetapi, mereka akan lebih fokus melihat persamaannya, yakni tujuan untuk membentuk keluarga yang SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH.
Tidak lagi saling menuntut hak, tapi saling berusaha menjalankan kewajiban secara optimal.
Tidak lagi saling mencela kekurangan, tapi saling melengkapi.
Tidak ada yang merasa lebih hebat, justru yang tumbuh adalah semangat untuk saling meringankan beban.
Subhanallohu walhamdulillahi walaa ilaaha illallohu Allohu Akbar...
Nabi shallallahu 'alaihi bersabda :
" أَلاَ أُخْبِرُكُمْ
....بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ
الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا الَّتِي إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ
يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ : لاَ أَذُوْقُ غُمْضًا حَتَّى
تَرْضَى"
"Maukah aku kabarkan kepada kalian….tentang
wanita-wanita kalian penduduk surga? Yaitu wanita yang penyayang (kepada
suaminya), yang subur, yang selalu memberikan manfaat kepada suaminya, yang
jika suaminya marah maka iapun mendatangi suaminya lantas meletakkan
tangannya di tangan suaminya seraya berkata, "Aku tidak bisa tenteram
tidur hingga engkau ridho kepadaku" (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Sahihah no 287)
Wallohu a'lam bish showab
Sumber : disarikan dari ceramah ustadz Felix Siauw
Geen opmerkingen:
Een reactie posten