zondag 20 januari 2013

Bertanya, Apa Salahnya?

sumber gambar dari : sini


Beberapa waktu yang lalu, seseorang bercerita bahwa ia akan "menyepi" dulu untuk beberapa waktu. Dia adalah sosok yang selama ini saya kenal supel dan luas pergaulannya. Ada apa gerangan?? Hal ini tidak biasa terjadi padanya maka saya pun menanyakan alasannya. "Males aah, habis ditanyain terus tentang itu", jawabnya enteng. Dia yang memang cukup dekat dengan saya dan belakangan ini memang sedang "sibuk" menghadapi berondongan pertanyaan seputar jodoh yang tak kunjung didapatkannya. Saya pun hanya bisa ber-oo-oo saja, mencoba memahami perasaannya, yang ditanya akan suatu hal yang menurutnya merupakan rahasia Tuhan, seperti halnya tentang hidup, mati, anak, dan rizki.

Lain lagi ceritanya dengan rekan yang lain. Ia adalah seorang ibu yang salah satu putranya meninggal dunia beberapa waktu yang lalu. Saat kejadian itu, dia bercerita di antara pelayat yang datang ada yang menanyakan penyebab kematiannya, apa tindakan yang dia lakukan dan sebagainya. Dengan hati yang berat, karena mengingat suatu kejadian yang begitu menyedihkan, dia pun mencoba menceritakan kronologisnya. Ada pelayat yang terharu sampai meneteskan air mata, ada yang hanya terdiam, ada yang mencoba memeluknya saja tanpa berkata apa-apa. namun ada juga yang kemudian berkata, "oo...kasihan ya si kecil, kenapa ga dibawa ke rumah sakit saja? mengapa koq dibawa ke puskesmas?". Ada juga yang berkomentar, " aduuh...sayang ya, coba kalo waktu itu kalian lebih tanggap, pasti si kecil terselamatkan.". dan komentar-komentar lain yang bernada sama. Please deh! Tidak bisakah kita berempati sedikiiit saja?

Dan mungkin masih banyak cerita-cerita serupa.

So, dari kedua cerita tersebut, saya mencoba mengambil hikmah. Mungkin memang tidak ada salahnya BERTANYA yang bersumber dari rasa INGIN TAHU ini. Tapiiii.... tentulah ada hal-hal yang harus kita perhatikan.

1. Menggunakan bahasa dan cara yang baik, jelas dan sopan.
2. Memperhatikan situasi dan kondisi.
3. Memperhatikan karakter orang yang ditanya.
4. Bertanya akan sesuatu yang "bermanfaat" / ada gunanya.
5. Tidak bertanya untuk hal-hal yang sensitif --> Nah, hal inilah yang terkadang kurang diperhatikan. Saking besarnya rasa ingin tahunya, hal ini menjadi dinomorsekiankan. Apalagi kalau niatnya sekedar iseng, basa-basi atau malah "menghakimi", bukan benar-benar ingin memberi solusi. Pasti jadinya malah menimbulkan "luka" bagi orang yang ditanya.

So, mulai sekarang kita harus berhati-hati dalam bertanya. Jangan sampai pertanyaan kita menyakiti perasaan orang lain. Mencoba terus untuk berempati pada orang lain, dengan membayangkan jika kita yang ditanya, dan seterusnya. **mengingatkan diri sendiri**

Semoga ke depannya tidak ada orang yang sakit hati karena ucapan kita. Ingat pesan Rasul SAW, "Falyaqul khoiron au liyasmut", yang artinya : Berkatalah yang baik atau diam.

Wallohu a'lam bish showab

Geen opmerkingen:

Een reactie posten