Kemarin saya sempat mengecek akun pribadi saya di sebuah situs jejaring sosial. wah... ada berita terbaru ternyata dari tanah air. Saya pun langsung googling...nah setelah baca beritanya di sini dan juga di sini, saya jadi mulai nyambung dengan status teman-teman yang sedang keseeel...
Hmm, kalau boleh berpendapat sih... saya juga prihatin melihat hal ini. Terlepas beliau adalah seorang manusia biasa yang mungkin saja melakukan kekhilafan. Akan tetapi sebagai seorang yang berpendidikan, bahkan sedang dicalonkan untuk menjadi hakim di sebuah institusi yang terhormat, sudah selayaknya beliau lebih berhati-hati dalam bertindak, termasuk berbicara. Meskipun katanya, beliau mengucap demikian itu bermaksud bercanda. **emang ga ada bahan becandaan yang lain apa ya??**
"Mulutmu Harimaumu"
Berdasarkan Wikipedia, peribahasa Mulutmu Harimaumu berarti segala perkataan yang terlanjur kita keluarkan apabila tidak difikirkan dahulu akan dapat merugikan diri sendiri.
Hmmm...tuh kan? gimana coba? Besar juga akibatnya kaaan? misalnya, dalam kasus ini, banyak pihak (baca parpol) yang memutuskan untuk tidak memilih beliau untuk masuk ke tahap berikutnya dalam proses pencalonan hakim ini. Menyesalkah? Ya...sepertinya beliau menyesal, karena saya juga membaca berita bahwa beliau mengajukan permohonan maaf secara terbuka. Saya sendiri sih setuju jika kejadian ini tetap diproses secara hukum. Mengapa? agar bisa menjadi pelajaran bagi yang lain, khususnya para pejabat publik.
nah, agar tidak rugi dua kali, semoga beliau (dan kita semua) bisa mengambil hikmahnya agar tidak asal bicara dan bercanda pada tempatnya.
Saya jadi teringat akan sebuah sabda Rasulullah SAW, "man kana yu’minu billah wal yaumil akhir fal yaqul khairan aw liyashmut." Artinya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia harus berkata baik atau diam.
Masya Allah... Allah men"definisikan" orang yang beriman dengan apa yang ia ucapkan.
Yuk, kita ambil hikmahnya untuk lebih berhati-hati dalam bersikap, berucap, menulis, dan lain sebagainya... *mengingatkan diri saya sendiri, khususnya*
terlebih lagi, bagi para presiden yang diamanahi rakyat, para pemimpin yang diamanahi bawahan, bagi para orang tua yang diamanahi anak-anak, bagi para guru yang diamanahi murid,... mereka --rakyat, bawahan, anak-anak, murid-murid-- butuh keteladanan. Mari memberikan teladan yang baik! karena jika mereka melakukan kebaikan seperti yang Anda contohkan, in syaa Allah Anda pun akan kebagian pahalanya. Namun begitu pula sebaliknya, jika mereka melakukan kemaksiatan/kejahatan seperti yang Anda contohkan, bukan tidak mungkin... Allah pun menilai Anda turut andil di dalamnya.
Yuuuk...semangat untuk terus berbagi kebahagiaan dan menyebarkan kebaikan.
wallohu a'lam bish showab
Hmm, kalau boleh berpendapat sih... saya juga prihatin melihat hal ini. Terlepas beliau adalah seorang manusia biasa yang mungkin saja melakukan kekhilafan. Akan tetapi sebagai seorang yang berpendidikan, bahkan sedang dicalonkan untuk menjadi hakim di sebuah institusi yang terhormat, sudah selayaknya beliau lebih berhati-hati dalam bertindak, termasuk berbicara. Meskipun katanya, beliau mengucap demikian itu bermaksud bercanda. **emang ga ada bahan becandaan yang lain apa ya??**
"Mulutmu Harimaumu"
Berdasarkan Wikipedia, peribahasa Mulutmu Harimaumu berarti segala perkataan yang terlanjur kita keluarkan apabila tidak difikirkan dahulu akan dapat merugikan diri sendiri.
Hmmm...tuh kan? gimana coba? Besar juga akibatnya kaaan? misalnya, dalam kasus ini, banyak pihak (baca parpol) yang memutuskan untuk tidak memilih beliau untuk masuk ke tahap berikutnya dalam proses pencalonan hakim ini. Menyesalkah? Ya...sepertinya beliau menyesal, karena saya juga membaca berita bahwa beliau mengajukan permohonan maaf secara terbuka. Saya sendiri sih setuju jika kejadian ini tetap diproses secara hukum. Mengapa? agar bisa menjadi pelajaran bagi yang lain, khususnya para pejabat publik.
nah, agar tidak rugi dua kali, semoga beliau (dan kita semua) bisa mengambil hikmahnya agar tidak asal bicara dan bercanda pada tempatnya.
Saya jadi teringat akan sebuah sabda Rasulullah SAW, "man kana yu’minu billah wal yaumil akhir fal yaqul khairan aw liyashmut." Artinya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia harus berkata baik atau diam.
Masya Allah... Allah men"definisikan" orang yang beriman dengan apa yang ia ucapkan.
Yuk, kita ambil hikmahnya untuk lebih berhati-hati dalam bersikap, berucap, menulis, dan lain sebagainya... *mengingatkan diri saya sendiri, khususnya*
terlebih lagi, bagi para presiden yang diamanahi rakyat, para pemimpin yang diamanahi bawahan, bagi para orang tua yang diamanahi anak-anak, bagi para guru yang diamanahi murid,... mereka --rakyat, bawahan, anak-anak, murid-murid-- butuh keteladanan. Mari memberikan teladan yang baik! karena jika mereka melakukan kebaikan seperti yang Anda contohkan, in syaa Allah Anda pun akan kebagian pahalanya. Namun begitu pula sebaliknya, jika mereka melakukan kemaksiatan/kejahatan seperti yang Anda contohkan, bukan tidak mungkin... Allah pun menilai Anda turut andil di dalamnya.
Yuuuk...semangat untuk terus berbagi kebahagiaan dan menyebarkan kebaikan.
wallohu a'lam bish showab
Geen opmerkingen:
Een reactie posten