sumber gambar : dari sini
Bismillah...
Dalam Al Qur'an surat Thaha ayat 120-121 dikisahkan bagaimana syaitan berhasil membujuk nabi Adam as dan hawa. Allah berfirman, "Setelah itu maka Syaitan membisikkan (hasutan) kepadanya, dengan berkata: "Wahai Adam, maukah, aku tunjukkan kepadamu pohon yang menyebabkan hidup selama-lamanya, dan kekuasaan yang tidak akan binasa ? "Kemudian mereka berdua memakan dari pohon itu, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) Syurga dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah ia." Padahal di beberapa ayat sebelumnya (ayat 117) Allah telah mewanti-wanti nabi Adam, " Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka."
Subhanallloh... betapa Al qur'an memang pedoman hidup bagi umat manusia yang bisa kita jadikan sebagai pembelajaran atas segala yang terjadi, termasuk tentang tipu daya syetan.
Manusia dilahirkan dalam keasaan suci. Demikianlah fitrahnya... namun seiring berjalannya waktu ujian datang menghadang. Tak jarang yang di luar fitrahnya itulah yang dijadikan pegangan. naudzubillah.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, "Sungguh Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (condong kepada kebaikan). hanya saja mereka didatangi setan-setan yang memalingkan manusia dari agama mereka, dan mengharamkan apa yang Aku halalkan." (HR Muslim)
Mengapa setan terus cari "teman"? tak lain dan tak bukan karena itulah sumpahnya di hadapan Allah, bahwa ia akan menjerumuskan manusia. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa'id, bahwa rasulullah bersabda, "Sungguh setan berkata, 'Demi keagungan-Mu, wahai Tuhan, aku akan selalu menggoda hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka masih ada dalam jasad mereka.' Mendengar itu, Allah berfirman, 'Demi keagungan dan keluhuran-Ku, Aku akan mengampuni mereka selama mereka memohon ampun kepada-Ku".
Ada sebuah pepatah yang menyebutkan, "manusia itu tempat salah dan lupa". Artinya, kita memang punya kelemahan dan dengan kelemahan itu kita berpotensi untuk berbuat salah. Tidak ada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, kecuali orang yang telah di-ma'sum-kan oleh Allah, seperti Rasulullah SAW. Sebenernya wajar memang manusia itu melakukan kesalahan. Akan tetapi, di sisi lain Allah juga sudah memberikan akal dan hati, yang bisa digunakan untuk membedakan haq-bathil, yang bisa digunakan untuk merenungkan hikmah, menyadari kesalahan, dan sebaginya. Nah, jadi bukanlah orang yang baik itu yang tidak pernah bersalah (karena mustahil setiap orang tidak pernah melakukan kesalahan, kecuali yang Ia sucikan), akan tetapi mereka yang bersalah kemudian bertaubatlah yang menjadikan dirinya baik dihadapan Allah. Hal ini senada dengan
Manusia disebut insan (manusia), karena sifat nisyan (pelupanya)
Hati disebut qalb (hati), karena sifat taqallub (mudah berubah)
Sabda Rasulullah Saw, “Setiap anak Adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat.” (HR at Tirmidzi). Dari sini kita seharusnya sadar bahwa begitu Maha Pengampun-nya Allah. Allah itu sangat dekat dengan kita walaupun kita dilumuri dengan berbagai macam dosa. Kita diperintahkan untuk mendekat kepada-Nya dengan mengakui setiap dosa dan kesalahan kita, bukan dengan menjauhi-Nya dengan menambah dosa, sebagaimana ajaran Rasulullah dalam berdoa yang masyhur dengan sayyidul istighfar, yang bunyinya : “Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta” (Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR Bukhari)).
Allah memerintahkan kita untuk bertaubat yang sesungguhnya. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)..." (QS At Tahrim 6). Para ulama menyebutkan bahwa ciri-ciri dari taubat nasuha adalah bersungguh-sungguh menyesali perbuatan (buruk) nya, mohon ampun kepada Allah, berjanji untuk tidak mengulanginya kembali, dan memperbanyak amal sholeh. Namun jika kesalahannya itu berkaitan dengan sesama manusia, ia juga harus menunaikan hak orang yang didzolimi atau meminta keridloannya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Mu'adz ibn Jabal, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya, setan adalah serigala bagi manusia. Ia laksana serigala bagi seekor kambing. Ia akan mengambil kambing yang menyingkir dari teman-temannya. Maka janganlah kalian menyendiri. kalian harus tetap berjama'ah, bersama kelompok orang, dan di masjid." (Tafsir Ibnu Katsir) dari hadits tersebut, dapat diambil hikmah tentang fadhilah/keutamaan berjamaah dalam Islam. Betapa dalam Islam, Allah memberikan penilaian yang berlipat atas sebuah amalan yang dilakukan secara berjama'ah, sholat misalnya. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Shalat berjamaah mengungguli shalat sendirian sejauh dua puluh tujuh tingkatan.” (HR Bukhari). Selain meraih keutamaan/pahala dari Allah, tentunya kebersamaan ini berarti pula pentingnya bersama-sama dalam kebaikan. Dalam konteks tipu daya setan ini, dengan berada dalam jama'ah Islam, in syaa Allah kita akan bisa saling menguatkan, saling menasehati dan saling menolong. Tak lantas ketika kita futur, kita terhempas begitu saja. karena kita masih memiliki saudara-saudara yang peduli. Buat kita yang berada jauh dari komunitas Islam, katakanlah tinggal di Belgia, hendaknya kita pandai memilih komunitas. Saya yakin dari sekian banyak orang yang ada di sini, ada komunitas-komunitas yang baik, tinggal kita mau mencari dan menjadi bagian darinya, atau tidak.
Mengapa kita perlu mencari komunitas yang "baik"? Sekali lagi adalah karena kita menyadari akan kelemahan diri kita, padahal syetan terkenal pantang menyerah dalam merayu kita. Nah ketika kita sendirian, kemudian tidak juga berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan Allah, mulai terbiasa dengan kemaksiatan, Naudzubillahi mindzalik... kita akan dengan mudah mengikuti tipu daya setan, bahkan mungkin dengan suka rela dan berbangga diri mengikutinya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Sibrah dari Abu Al Faqih, dia menuturkan, bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya, setan menghadang anak keturunan Adam pada jalan-jalan mereka. Dia menghadang pada jalan islam dan berkata, 'Apakah engkau akan masuk Islam, lalu meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu?'Rasulullah saw bersabda, "Kemudian dia mengingkari perkataan setan tersebut dan masuk Islam. Setan tersebut kembali menghadangnya pada jalan hijrah dan berkata, "Apakah engkau akan berhijrah dan meninggalkan bumi dan segala sesuatu yang ada di atasmu. Orang yang berhijrah itu laksana seekor kuda yang menempuh perjalanan yang panjang. Kemudian orang tersebut mengingkari perkataan setan tersebut dan berhijrah. Setelah itu, setan tersebut menghadang jalan jihad, yaitu jihad dengan jiwa dan harta. Setan berkata, "Engkau akan berjihad kemudian engkau akan terbunuh. Istrimu akan dinikahi (orang lain) dan hartamu akan dibagi-bagi. Rasulullah saw bersabda, "Orang tersebut mengingkari (perkataan setan tersebut) dan pergi berjihad. Kemudian Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mengerjakan semua itu, kemudian dia meninggal dunia, maka menjadi hak bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam surga. Jika dia terbunuh, maka menjadi kewajiban bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan jika tenggelam, maka menjadi hak bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan jika seekor binatang mematahkan lehernya, maka menjadi hak bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam surga." (Tafsir Ibnu Katsir)
A'udzubillahis samii'il 'aliimi minasy syaithonirrojiim...
(aku berlindung kepada Allah yang maha Mendengar lagi maha Mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk)
A 'udzubikalimatillahit taammaati min syarri ma kholaq...
(aku berlindung pada kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya)
wallohu a'lam bish showab
sumber : Tafsir Ibnu Katsir, al ma'tsurat, dan Mushaf Al Burhan.
Geen opmerkingen:
Een reactie posten